BerandaTradisinesia
Sabtu, 15 Mar 2019 15:30

Lengger Lanang, Kesenian Lintas Gender dari Banyumas yang Coba Dihidupkan Lagi

Lengger Lanang. (myimage.id)

Lengger Lanang menjadi salah satu kesenian unik dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Seolah pengin mengatakan bahwa menari adalah aktivitas semua jenis gender, tarian ini menampilkan laki-laki dengan dandanan mirip perempuan. Bagaimana sejarah kesenian ini?

Inibaru.id – Kabupaten Banyumas memiliki kesenian yang nggak kalah unik dari kabupaten lain di Jawa Tengah. Lengger Lanang menjadi salah satu kesenian unik dari kabupaten di Jawa Tengah bagian selatan ini.

Kesenian tersebut terbilang unik lantaran menyajikan laki-laki sebagai penari dengan dandanan mirip perempuan.

Oya, bagi masyarakat Banyumas, Lengger Lanang merupakan kesenian lintas gender yang sakral. Pada zaman dulu, kesenian ini dianggap sebagai ritual pemujaan para petani terhadap Dewi Kesuburan.

https://myimage.id/wp-content/uploads/2018/03/10_rsz-3.jpg

Para lengger tengah menari. (Myimage.id)

Menilik arti namanya, Lengger diambil dari kata leng yang berarti lubang, sebagai simbol kelamin perempuan. Sementara, "-ngger" diambil dari kata “jengger” berarti mahkota kepala ayam jantan. Mahkota ini menjadi simbol kelamin laki-laki.

Secara keseluruhan, Lengger berarti “dikira perempuan ternyata laki-laki”.

https://cdn.tmpo.co/data/2012/11/16/id_151240/151240_620.jpg

Lengger Lanang. (Tempo.co)

Konon, kesenian ini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa Orde Baru, istilah lengger diubah agar sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Istilah lengger bergeser menjadi penari yang nggak memandang jenis kelamin. Kata “Lanang” kemudian ditambahkan pada kesenian ini supaya menjadi pembeda dengan lengger perempuan.

Kini, Lengger Lanang kembali dihidupkan seniman setempat. Sebagai kesenian lintas gender, Lengger Lanang dianggap merepresentasikan sisi feminitas masyarakat Banyumas.

Sayang, kendati berusaha dihidupkan kembali, tantangan lain yang lebih berat datang. Stigma negatif terhadap penari lengger belumlah lekang, padahal bukankah menari bisa dilakukan siapa pun? (IB15/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024