BerandaTradisinesia
Selasa, 28 Nov 2022 17:35

Legenda Sungai Serayu, Konon Berasal dari Air Seni Werkudara

Sungai Serayu yang melewati lima kabupaten di Pulau Jawa. (Instagram @rumahbudi)

Konon, air seni Werkudara berubah menjadi Sungai Serayu. Seperti apa sih cerita legenda dari salah satu sungai terpenting di Jawa Tengah ini?

Inibaru.id – Konon, dahulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Dewanata yang memiliki dua istri. Pernikahannya dengan Dewi Kunthi membuahkan lima orang putra yang kita kenal sebagai Pandawa Lima.

Dilansir dari Story Cilacap (17/03/20), suatu hari Pandawa Lima mendapatkan tugas oleh sang ayah untuk membangun sebuah candi pemujaan di Dataran Tinggi Dieng. Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula, dan Sadewa pun mengiyakan titah tersebut.

Meski tahu perjalanan bakal sangat berat, mereka berangkat dengan penuh semangat. Mereka pun sudah mengantisipasi jalanan yang licin, medan yang terjal, hingga hutan belantara yang ganas.

Di tengah perjalanan, Werkudara seperti gugup menahan sesuatu. Sebelum sempat ditanya oleh saudara-saudaranya, dia langsung berlari ke arah semak-semak dan berdiri di balik pohon.

Sekembalinya ke rombongan, Werkudara bercerita bahwa dia sudah merasa lega. Ternyata, Werkudara hanya ingin buang air kecil. Tapi, karena memiliki badan terbesar dan terkuat jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, air seni Werkudara menjelma menjadi aliran sungai yang begitu deras.

Melawan Raksasa Bakasura

Pandawa Lima akhirnya kembali meneruskan perjalanan dan sampai di sebuah desa bernama Desa Ekacara. Anehnya, desa ini terlihat suram, berantakan, dan sepi seperti baru saja terkena bencana besar.

Puntadewa sebagai yang kakak tertua mencoba mencari warga desa yang masih tersisa. Setelah beberapa kali mengetuk rumah tanpa hasil, akhirnya ada yang menjawab ketukannya.

Mereka bertemu dengan seorang pria yang kemudian mempersilahkan Pandawa Lima masuk. Pria tersebut bercerita bahwa ada raksasa bernama Bakasura yang mengamuk dan memakan para penduduk desa. Semua ini terjadi karena Bakasura nggak diberi persembahan lembu betina saat penduduk sedang mengadakan pesta.

Ilustrasi Pandawa Lima, Werkudara menjadi yang sosok yang paling kuat dan terbesar di antara keempat saudaranya dengan menggenggam gada sakti rujakpala. (Pinterest/Haryram Suppiah)

Belum selesai cerita tersebut, tiba-tiba saja Bakasura kembali datang. Werkudara yang paling kuat dan paling tidak sabaran langsung menemuinya untuk diajak berduel. Dengan bantuan gada sakti rujakpala miliknya, Werkudara berhasil mengalahkan raksasa yang jahat tersebut.

Asal Muasal Nama Sungai Serayu

Setelah pertarungan yang hebat, Desa Ekacara pun kembali damai. Pandawa Lima pun kembali melanjutkan perjalanan melewati aliran sungai yang dibuat dari air seni Werkudara.

Tatkala mereka beristirahat, Werkudara mendengar suara kecipak air sungai. Ternyata, Dewi Drupadi sedang mencuci baju di dekat mereka. Werkudara yang baru kali itu melihat kecantikan Dewi Drupadi terpesona. Dia tanpa sadar mengucap “sira ayu” yang berarti "kamu cantik".

Dewi Drupadi terkejut dengan ucapan tersebut dari laki-laki yang nggak dia kenal. Dia pun berusaha untuk berenang menjauhi Werkudara. Sayangnya, karena panik dan terburu-buru, dia justru tenggelam. Meski Werkudara sudah berusaha untuk menolongnya, perempuan tersebut nggak bisa diselamatkan.

Semenjak kejadian itulah, sungai tersebut dinamai Sungai Serayu. Nama ini diambil dari ucapan Werkudara "sira ayu" yang sebenarnya diperuntukkan bagi perempuan yang ia kagumi, namun justru kemudian tenggelam.

Sungai Serayu adalah sungai yang sangat penting karena melintasi lima kabupaten, yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap. Di kabupaten yang disebut terakhir, Serayu bermuara di Samudra Hindia.

Nggak nyangka ya, Millens, ternyata nama Sungai Serayu memiliki cerita legenda yang cukup menarik. (Kharisma Ghana Tawakal/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024