BerandaTradisinesia
Selasa, 29 Jul 2024 17:00

Lamporan, Tradisi Mengarak Obor untuk Menjaga Ternak di Dukuh Dombyang

Warga Dukuh Dombyang, Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, membawa obor berkeliling desa untuk melakukan tradisi Lamporan. (Dok Pondok Tani Bendo Agung)

Di Dukuh Dombyang, untuk tolak bala menjaga ternak, mereka menggelar tradisi mengarak obor yang dikenal sebagai Lamporan.

Inibaru.id - Malam Jumat Wage pada Bulan Suro menjadi tanggal spesial bagi warga Dukuh Dombyang, Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pada hari itu, masyarakat setempat menggelar tradisi Lamporan.

Tradisi yang kembali dihidupkan setelah sempat meredup pamornya itu diperingati dengan menyalakan obor dan mengaraknya keliling desa. Tahun ini, Lamporan jatuh pada 25 Juli lalu. Sembari berjalan keliling desa, mereka beratraksi dengan api, membuatnya tampak gemerlap pada malam hari.

Salah seorang warga Dukuh Dombyang Adid Rafael Aris Husaini mengatakan, lampor adalah kata dalam bahasa Jawa yang bisa diterjemahkan sebagai "obor". Maka, secara harfiah bisa diartikan sebagai tradisi membawa obor.

“Tujuan tradisi ini adalah untuk tolak bala bagi hewan ternak kami,” jelas Adid, sapaan akrabnya, saat ditemui Inibaru.id selepas Lamporan belum lama ini. "Tradisi ini melibatkan warga. Kami membawa obor sambil mengelilingi desa, termasuk ke tempat-tempat hewan ternak biasa digembalakan."

Di Dukuh Dombyang, Adid saat ini menjabat sebagai Ketua Pondok Tani Bendo Agung, yayasan yang fokus melestarikan tradisi dan budaya di dukuh tersebut. Komunitas ini didirikan salah satunya untuk menjaga kelestarian Lamporan, termasuk menyokong rangkaian gelaran budaya itu hingga selesai.

“Lamporan adalah rangkaian event budaya pada bulan Suro (Muharram) dengan puncak acara pada Jumat Wage. Acara dimulai dengan ritual ngalungi sapi (memberi kalung pada sapi) pada Selasa Kliwon dan Jumat Pahing, serta ngalungi kebo pada Rabu Pahing,” terang lelaki 30 tahun itu.

Upaya Tolak Bala

Warga Dombyang mengikuti <i>barikan</i> atau kondangan bersama sebagai penutup rangkaian tradisi Lamporan. (Dok Pondok Tani Bendo Agung)

Puncak rangkaian acara Lamporan ditandai dengan berkumpulnya warga untuk menyalakan obor-obor berukuran sekitar dua meter pada malam Jumat Wage. Obor ini kemudian dibawa berkeliling desa. Acara ini ditutup dengan barikan (kondangan) yang diniati sebagai upaya tolak bala.

Adid mengungkapkan, obor yang dinyalakan lalu diarak dalam tradisi ini dulu berfungsi sebagai penerang di tempat-tempat yang dulunya dianggap angker. Tempat-tempat tersebut biasanya adalah lahan-lahan lapang yang menjadi tempat menggembala atau mengarit rumput.

“Maka, lamporan semula digelar oleh para pemilik ternak sapi atau kerbau saja,” kata dia. "Namun, seiring berjalannya waktu, warga yang nggak punya ternak juga ikut memeriahkan tradisi ini hingga menjadi sebesar sekarang."

Malam itu, rombongan pembawa obor menerangi Dukuh Dombyang, mulai dari jalan-jalan dukuh hingga lahan-lahan terbuka yang dipakai untuk angon ternak serta ngarit rumput. Dari kejauhan, obor-obor ini tampak dramatis, menjalar laiknya ular besar menyala yang meliuk-liuk mengelilingi desa.

Kita mungkin memandang lamporan sebatas ritual tahunan yang menarik wisatawan. Namun, bagi warga setempat, tradisi ini agaknya jauh lebih spesial, karena merupakan perlambang kebersamaan dan komitmen untuk menjaga warisan budaya leluhur agar tetap lestari. (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: