BerandaTradisinesia
Jumat, 27 Apr 2023 08:00

Krobongan, Ruangan Kosong untuk Dewi Padi pada Rumah Adat Jawa

Krobongan sebagai ruangan penghormatan Dewi Padi di rumah adat Jawa. (Wikimedia)

Dewi Sri atau Dewi Padi mendapat tempat spesial di hati para masyarakat Jawa zaman dahulu. Untuk menghormatinya, di setiap rumah Jawa atau joglo ada ruangan kosong lengkap dengan pernik-perniknya yang dipersembahkan untuk Dewi Padi.

Inibaru.id - Beruntunglah kamu yang pernah melihat krobongan yang ada di dalam rumah adat Jawa. Krobongan adalah sebuah ruangan berada di bagian tengah yang dibiarkan kosong dan dianggap sakral oleh penghuni rumah.

Kenapa beruntung? Karena sekarang ini krobongan sudah jarang dijumpai, Millens. Masyarakat yang menghuni rumah adat Jawa biasanya sudah merenovasi ruangan dan menganggap krobongan nggak relevan lagi.

Sebenarnya apa sih krobongan itu? Krobongan merupakan kamar yang sengaja dibiarkan kosong guna dipersembahkan kepada Dewi Sri, sang dewi padi dalam mitologi Jawa. Biasanya, krobongan dihiasi gorden, kasur, bantal, sajen, dan perlengkapan lain, tapi nggak untuk dipakai tidur.

Di dalam krobongan, para petani Jawa kuno melakukan pemujaan, pembakaran kemenyan, dan peletakan sajen. Mereka percaya, supaya usaha lancar, perlu disediakan tempat khusus untuk menghormati sang dewi padi di dalam rumah.

Selain dipersembahkan untuk dewi padi, krobongan ini juga biasa dipakai untuk menghormati penyatuan dewa-dewi asmara perkawinan Jawa, yaitu Dewa Kamajaya dan Dewi Kama Ratih. Nggak heran bila terkadang krobongan ini digunakan oleh pengantin baru melakukan malam pertama.

Kalau krobongan yang ada di istana raja dan para priyayi, serta para pangeran Keraton Yogyakarta dan Surakarta gunanya lain lagi. Selain untuk persembahan, krobongan umumnya juga digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata atau harta pusaka.

Benda-Benda yang Ada di Krobongan

Ilustrasi penggambaran Dewi Sri alias Dewi Padi yang dihormati oleh petani Jawa. (Seide)

Jika ingin melihat krobongan, kamu bisa datang ke kraton Yogyakarta atau Surakarta. Di sana krobongan masih ada karena pihak kraton ingin selalu melestarikan tradisi budaya Jawa.

Nah, di rumah joglo para bangsawan kraton biasanya krobongan berisi bermacam benda sakral. Walaupun berbeda dengan para petani, tapi benda-benda itu tetap melambangkan kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga. Benda-benda tersebut diantaranya adalah;

1. Genuk

Genuk adalah gentong atau gerabah dari tanah liat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan beras. Berjumlah sepasang di depan krobongan, genuk bermakna agar pemilik rumah nggak kekurangan makanan.

2. Kendhi

Kendhi adalah tempat menaruh air dari tanah liat. Jumlahnya sepasang dan letaknya di belakang genuk. Kendhi bermakna nggak akan kehausan atau kekurangan air.

3. Juplak

Juplak adalah lampu minyak kelapa di antara dua genuk, melambangkan kehidupan.

4. Robyong

Robyong adalah lampu gantung yang memiliki banyak cabang dan hiasan, berjumlah sepasang. Robyong ini melambangkan kehidupan.

5. Model burung garuda

Model burung garuda digantungkan pada lampu silang atau tirai penutup senthong tengah atau di bagian atas antara dua genuk. Benda ini melambangkan pemberantas kejahatan.

6. Paidon

Paidon adalah vas bunga yang terbuat dari kuningan berbentuk seperti landasan pohon hayat di Candi Prambanan. Benda ini terletak di kiri-kanan krobongan. Fungsi aslinya sebagai tempat penampungan air ludah orang makan sirih. Tapi, di rumah ini, ia dijadikan tempat untuk menaruh kembar mayang, yakni dua buah hiasan kembar dari bunga jambe yang wajib ada dalam pernikahan adat Jawa.

7. Loro Blonyo

Sepasang patung pengantin Jawa yang duduk bersila, konon menggambarkan wujud Dewi Sri dan Raden Sadana.

Wah, semua benda yang ada di krobongan penuh makna dan filosofis, ya? Semuanya merupakan benda-benda yang melambangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Menarik, ya? (Kharisma Ghana Tawakal/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024