Inibaru.id – Kita mengenal Prancis sebagai sebuah negara yang ada di Eropa Barat. Tapi, kamu tahu nggak kalau wilayah Prancis lebih luas dari itu? Soalnya, negara ini masih mengenal wilayah Overseas France. Nah, salah satu teritori Prancis yang masuk dalam istilah wilayah tersebut adalah Kaledonia Baru.
Di Overseas France, terdapat 13 wilayah koloni yang secara administrasi di bawah kekuasaan Prancis. Lokasi koloni-koloni ini tersebar di Samudera Hindia, Samudera Pasifik, Samudera Atlantik, hingga di benua Amerika Latin, lo.
Nah, khusus untuk Kaledonia Baru, bisa kamu temui di Samudera Pasifik, tepatnya di 1.500 kilometer sebelah timur Australia. Dari Prancis yang ada di balik bumi, jarak Kaledonia Baru adalah 17 ribu kilometer. Nah, yang menarik dari negara kepulauan yang ada di tengah-tengah samudera ini, kamu bisa menemui banyak orang Jawa di Kaledonia Baru.
Jarak antara Jawa dan Kaledonia Baru padahal lebih dari 6.000 kilometer. Ditambah dengan kecenderungan orang Jawa yang nggak punya budaya kuat untuk merantau, bagaimana bisa ya ada sekitar 4 ribu orang hidup di Kaledonia Baru, ya?
“Iya, kalau berdasarkan sensus penduduk Kaledonia Baru pada 2021, keturunan Indonesia, tepatnya Jawa mencapai 4 ribu orang. Artinya, 1,4 persen penduduk Kaledonia Baru memiliki darah Indonesia,” ungkap Konsulat Sosial Budaya KJRI Noumea Kaledonia Baru Ema Noviana sebagaimana dilansir dari RRI, Rabu (16/5/2024).
Usut punya usut, kisah Orang Jawa di Kaledonia Baru bermula pada masa penjajahan Belanda. Pada 16 Februari 1896, sebanyak 170 orang Jawa yang kebanyakan adalah kuli kontrak tiba di Kaledonia Baru yang dikirim pemerintah Hindia Belanda. Mereka dibutuhkan untuk bekerja di berbagai perkebunan layaknya orang-orang Jawa yang dikirim ke Suriname.
“Kebanyakan dari Yogyakarta, Solo, Wonosobo, Pekalongan, Kediri, Surabaya, Batavia, dan Bandung. Mereka diminta untuk membabat alas untuk dijadikan perkebunan dan pertambangan. Ada yang juga jadi pembantu rumah tangga,” ungkap Iwan Santosa dalam buku Sejarah Kecil: Indonesia – Prancis 1800 -2000.
Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1970-an, booming tambang Nikel kembali membuat banyak orang Jawa berdatangan ke sana. Orang-orang Jawa ini banyak yang menikah dengan sesama orang Jawa yang ada di sana, tapi banyak pula yang menikahi orang dari ras lain. Yang pasti, orang-orang Jawa ini dikenal dengan istilah Wong Baleh, Sojourner, atau Trekker.
O ya, nggak semua orang Jawa di Kaledonia yang terus-menerus menjadi kuli. Sejarah mencatat banyak orang Jawa yang sukses dan kemudian memiliki banyak apartemen untuk disewakan. Ada juga yang menjadi pemilik bengkel, pemilik tempat makan, dan lain-lain. Meski minoritas, bisa dikatakan orang Jawa di Kaledonia baru diakui eksistensinya.
“Yang pasti, di Kaledonia Baru ada budaya lokal yang dipengaruhi budaya Jawa seperti “Slametan” untuk acara berduka. Bahkan, banyak istilah Bahasa Jawa yang dicampur dengan Bahasa Prancis yang kemudian dikenal luas oleh orang Kaledonia Baru seperti contohnya‘gateau-nya di-coupe’ yang bermakna ‘kuenya dipotong,” lanjut Ema.
Nggak disangka ya, Millens. Jauh di Samudera Pasifik sana, ternyata ada orang-orang Jawa di Kaledonia Baru. Kepikiran nggak untuk main atau berwisata ke sana? (Arie Widodo/E05)