BerandaTradisinesia
Selasa, 5 Des 2022 11:35

Kisah KGPH Hangabehi, Penguasa Mataram yang Hanya Punya Satu Istri

Pakubuwono VIII menjadi satu-satunya Raja Mataram yang hanya memiliki satu istri. (Leiden University Libraries/Woodbury & Page)

Beristri lebih dari satu sepertinya sudah menjadi kebiasaan raja-raja Jawa Mataram pada zaman dahulu. Namun Pakubuwono VIII justru melakukan yang sebaliknya. Dia setia dengan satu istrinya!

Inibaru.id – Bisa jadi, sedari kecil Raden Mas Kusen atau Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Ngabehi nggak pernah bercita-cita menduduki kursi tertinggi Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Maklum, meski merupakan putra dari Susuhan Pakubuwono IV, ibunya hanyalah seorang selir raja.

Sang ayah, Pakubuwono IV meninggal pada 1820. Tapi, dia baru dinobatkan menjadi Raja Kasunanan Surakarta saat usianya bisa dikatakan sudah lanjut usia. Bisa jadi, pemberian jabatan tersebut juga cukup mengejutkan buatnya.

Dikutip dari Tirto (28/12/17), Raden Mas Kusen lahir pada 20 April 1789. Ibundanya adalah Raden Ayu Rantansari, seorang selir yang merupakan putri dari Ngabehi Joyokartiko, seorang abdi dalem Kadipaten Anom.

Ketika kakak tiri Raden Mas Kusen, Pakubuwono VII wafat, kerabat keraton melakukan urun rembug untuk menentukan siapa pewaris tahta selanjutnya. Soalnya, Pakubuwono VII sama sekali nggak memiliki anak lelaki dari kedua orang istrinya.

Atas kesepakatan bersama, Raden Mas Kusen dipilih menjadi penerus Pakubuwono VII dan selanjutnya diberi gelar Pakubuwono VIII pada tahun 1858. Anak seorang abdi dalem pun resmi menjadi seorang raja.

Setia dengan Satu Istri

Pakubuwono VIII dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, pandai dalam pelbagai hal, dan mudah bergaul. Pemerintahannya pun dijalankan secara konvensional berdasarkan adat dan aturan-aturan yang lumrah diterapkan dalam kehidupan keraton.

Foto Pakubuwono VIII saat menjabat sebagai raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Twitter @potretlawas)

Dilansir dari Kompas (17/11/21), masa pemerintahan Pakubuwono VIII cukup tenang dan tanpa gejolak. Nggak ada masalah besar yang terjadi di internal keraton, masyarakat, hingga dalam hal hubungan dengan pihak belanda.

Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan rumah tangganya. Pakubuwono setia dengan satu-satunya istrinya, yaitu Raden Ayu Ngaisah, putri dari Pangeran Adipati Purbanegara yang memimpin Kediri.

Tindakannya yang menerapkan pernikahan monogami cukup unik karena biasanya laki-laki di lingkungan keraton, apalagi seorang raja, biasanya memiliki istri lebih dari satu. Bahkan, pada masa pemerintahannya, ada sejumlah patih yang memiliki istri lebih dari empat.

Sayangnya, pemerintahan Pakubuwono VIII hanya berlangsung singkat, yaitu tiga tahun. Pada 28 Desember 1861, beliau wafat. Tahta Kasunanan Surakarta pun beralih ke keturunan Pakubuwono VI, yaitu Raden Mas Duksina. Dia dinobatkan menjadi raja pada 30 Desember 1861 dan mendapatkan gelar Pakubuwono XI.

Beda dengan Pakubuwono VIII, penerusnya memiliki dua permaisuri dan 53 selir. Tradisi poligami yang dilakukan raja pun kembali muncul.

Menarik ya, Millens, cerita tentang kesetiaan Pakubuwono VIII menerapkan tradisi monogami. (Kharisma Ghana Tawakal/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024