BerandaTradisinesia
Kamis, 13 Des 2023 09:34

Kampung Kwarasan Magelang, Dulu Tempat Karantina dari Serangan Wabah

Kampung Kwarasan Magelang, Dulu Tempat Karantina dari Serangan Wabah

Kampung Kwarasan di Magelang. (Googlestreetview)

Kampung Kwarasan di Magelang sudah berusia hampir satu abad. Kampung ini didirikan sebagai cara Belanda menanggulangi wabah pes pada masa itu.

Inibaru.id – Dari sekian banyak tempat yang bisa kamu kunjungi di Magelang, Jawa Tengah, barangkali Kampung Kwarasan punya cerita yang nggak bakal kamu temui di tempat-tempat lain. Maklum, kampung ini nggak hanya sudah eksis sejak zaman penjajahan Belanda, namun juga menyimpan sejarah tentang wabah yang terjadi pada masa itu.

Kampung Kwarasan bisa kamu temui di Kelurahan Cacaban, Kota Magelang. Jarak antara kampung ini dengan Alun-Alun Magelang nggak sampai 1 kilometer, Millens. Meski kotanya kecil, Magelang yang dulu mendapatkan julukan Bergstad van Midden Java ini ditinggali oleh cukup banyak orang Belanda, lo.

Kedatangan orang-orang Belanda ke Magelang didasari oleh Perang Jawa yang mulai berkecamuk pada 1825. Tiga tahun setelahnya, Jenderal De Kock memindahkan markasnya dari Surakarta ke Magelang. Setelah perang Jawa berakhir pada 1830, Magelang pun berkembang menjadi kota administrasi sekaligus pusat militer.

Sayangnya, perkembangan kota kecil ini diiringi dengan munculnya wabah pes yang memakan banyak korban. Tahu bahwa penyakit yang disebabkan oleh tikus ini harus ditanggulangi, pemerintah kolonial pun membentuk sebuah kampung yang dianggap bisa jadi tempat di mana para pejabat kolonial nggak mudah terkena wabah tersebut. Nama kampung tersebut adalah Kampung Kwarasan.

O ya, pada kampung ini pula, mereka yang terjangkit penyakit pes bisa dikarantina dan mendapatkan perawatan hingga sembuh.

Kampung Kwarasan dibangun pada 1937 dan diarsiteki oleh Thomas Karsten. Nama “Kwarasan” diambil dari Bahasa Jawa yang berarti “sehat”. Intinya, kampung dengan luas dua hektare ini dirancang demi memenuhi kebutuhan kualitas hidup sehat masyarakat yang tinggal di dalamnya sesuai dengan saran H.F Tillema pada buku Kromoblondo.

Kampung Kwarasan pada masa penjajahan Belanda. (KITLV Leidan)

Pada kampung ini, jarak antar-rumah dibuat nggak terlalu renggang dan terlalu rapat agar udara tetap bisa segar dan cahaya matahari bisa masuk ke dalam rumah. Kampung ini juga menyediakan banyak tanah lapang sebagai tempat olahraga dan memiliki sistem pembuangan yang baik. Jalannya juga dilengkapi dengan pohon peneduh.

“Pada 1932, selain mengalami krisis ekonomi besar atau Mala Ise, Magelang juga diserang wabah pes,” jelas pemerhati sejarah Magelang Gusta Wardhana sebagaimana dilansir dari Magelangekspress, Minggu, (8/10/2023).

Kamu bisa menemukan tiga tipe rumah yang ada pada kampung ini. Yang pertama adalah rumah-rumah berukuran besar yang ada di sisi barat dari Jalan Sumbing. Tipe kedua adalah rumah-rumah berukuran sedang yang bisa kamu temui di sisi utara di Jalan Sindoro. Nah, yang terakhir, adalah rumah-rumah berukuran terkecil yang bisa kamu temui di sisi timur gang kecil.

Semua rumah-rumah tersebut memiliki arsitektur kombinasi kolonial Belanda dan Jawa. Karena keunikan inilah, kampung yang sempat dikosongkan pada masa penjajahan Belanda ini sudah dijadikan kawasan cagar budaya Magelang, Millens.

Oleh karena itulah, meski kampung ini kini terlihat sepi karena ada banyak bangunannya yang nggak dihuni, rumah-rumah kuno di sana masih terlihat terawat. Yap, bisa dikatakan, kalau kamu jalan-jalan ke sana, kesan kembali ke masa lalu sangat terasa.

Jadi, kalau kamu pengin menikmati wisata sejarah yang masih berada dalam kondisi baik yang nggak jauh dari pusat kota Magelang, nggak perlu bingung. Datang saja ke Kampung Kwarasan, ya, Millens! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025