Inibaru.id – Para abdi dalem Keraton Yogyakarta biasanya tinggal di kampung-kampung yang nggak jauh dari bangunan keraton. Nah, nama-nama kampung tersebut biasanya disesuaikan dengan keunikan atau keahlian yang dimiliki para abdi dalem. Salah satunya adalah Kampung Polowijan, tempat di mana para abdi dalem penyandang disabilitas tinggal.
Lokasi Kampung Polowijan bisa kamu temui di Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton. Jaraknya hanya sekitar 800 meter di sisi barat daya dari bangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Dulu, Kampung Polowijan memang jadi tempatnya pada Abdi Dalem Polowijan yang punya tubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, atau memiliki keistimewaan fisik lainnya,” ungkap Lurah Patehan Gunawan sebagaimana dikutip dari Detik, Rabu (6/9/2023).
Peran utama Abdi Dalem Polowijan adalah untuk selalu hadir dan mendampingi Sultan saat ada momen-momen istimewa seperti acara penobatan raja (jumeneng) atau grebeg. Para abdi dalem ini akan berjalan di belakang putra mahkota saat grebeg. Selain itu, mereka juga punya peran lain yaitu sebagai penasehat, penghibur, atau pelawak keraton.
Ciri khas dari abdi dalem yang dikenal dengan sebutan lain Cebolan Abdi Dalem adalah busananya berupa kain merah dengan motif bunga serta sabuk besar, bertelanjang dada, nggak memakai penutup kepala, dan mengenakan hiasan rambut yang terbuat dari bunga atau bulu.
Keberadaan mereka seringkali dikaitkan dengan para Punakawan alias Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong yang memang digambarkan punya bentuk fisik yang nggak biasa. Meski begitu, apa yang dikatakan para Punakawan itu selalu didengar oleh Sultan dalam mengambil keputusn-keputusan penting.
Kampungnya Sudah Berubah
Meski memiliki peran yang cukup penting dalam tradisi keraton, nyatanya status Abdi Dalem Polowijan dilebur menjadi Abdi Dalem Punakawan yang berarti para abdi dalem dari masyarakat umum dan Abdi Dalem Keprajan yang berstatus anggota TNI, Polri, atau PNS. Perubahan ini terjadi saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah (1940-1988).
Nggak hanya keberadaan status Abdi Dalem Polowijan yang kini sudah hilang, Kampung Polowijan yang dulu menjadi bukti bahwa Sultan memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa mengabdi kepada kerajaan juga mengalami perubahan.
Di sana, kamu nggak akan lagi mudah menemukan penyandang disabilitas. Banyak yang tinggal di sana kini adalah warga biasa. Bahkan, kini kampung tersebut berubah menjadi pasar dan dipenuhi tempat makan.
“Polowijan statusnya sudah nggak lagi kampung. Bahkan rumah milik warga asli Polowijan kini disewakan menjadi kios atau tempat usaha lain ke orang dari kampung lain,” ungkap Gunawan.
Meski begitu, keberadaan Kampung Polowijan membuktikan bahwa penyandang disabilitas jika diperhatikan dan diberi kesempatan, juga bisa berdaya dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)