BerandaTradisinesia
Jumat, 20 Mar 2025 09:55

Kali Pertama 'Terjebak' dalam Tarawih Supercepat; Menyerah atau Beradaptasi?

Ilustrasi: Salat tarawih. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Saat 'terjebak' dalam tarawih supercepat 23 rakaat untuk kali pertama, apa yang akan kamu lakukan? Menyerah atau beradaptasi?

Inibaru.id – Lahir dan besar lingkungan yang sebagian besar warganya orang Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Semarang, Soleh Sugiyanto terbiasa menjalankan salat tarawih 23 rakaat tiap Ramadan. Dengan jumlah rakaat sebanyak itu, salat tarawih biasanya berlangsung sekitar satu jam.

Nggak bisa dibilang cepat, tapi nggak lambat juga. Nah, suatu hari dia yang harus mengurus pekerjaan di pinggiran Kabupaten Demak merasa terkejut karena di masjid dekat kontrakannya, salat tarawih bisa selesai dalam waktu kurang dari 30 menit. Itu pun sudah termasuk salat Isya.

Dengan jumlah rakaat yang sama, mengingat sebagian besar warga di masjid yang ada di Kecamatan Karangawen itu juga anggota NU, para jemaah bisa ngebut 23 rakaat plus salat Isya. Soleh yang biasanya turun dari masjid selepas pukul 20.30 WIB pun bisa pulang lebih gasik lebih.

“Lumayan kaget; ngebut banget tarawihnya, imamnya juga ‘spam kulhu’ (sering membaca surat Al Ikhlas). Memang sama-sama tarawih 23 rakaat. Tapi jadi sebelum pukul 20.00 sudah selesai,” ucapnya pada Rabu (19/3/2025).

Berbuka Secukupnya Dulu

Saking cepatnya salat tarawih di sana, Soleh sampai memutuskan untuk berbuka puasa dengan kudapan secukupnya saja untuk beradaptasi. Tujuannya, untuk mengantisipasi agar perutnya nggak bergejolak karena terus bergerak dengan cepat selama salat tarawih.

“Kali pertama salat tarawih dengan perut penuh, langsung begah rasanya. Jadi, akhirnya saya putuskan makan jajanan saja. Setelah tarawih baru saya makan nasi,” tuturnya diikuti dengan tawa.

Di sejumlah tempat, masjid menggelar salat tarawih super cepat. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Beda dengan Soleh yang tetap mengikuti salat tarawih supercepat, rekannya yakni Lukman yang terbiasa salat tarawih 8 rakaat sebagaimana yang biasa dia lakukan di Purbalingga, memilih untuk mencari masjid lain. Bukan karena beda "aliran", tapi karena nggak kuat dengan kecepatan salat itu.

Ketimbang capai saat menjalankan salat mode ngebut, dia memilih berjalan 500 meter lebih jauh dari masjid tempat Soleh salat. Masjid yang dituju Lukman hanya 8 rakaat dengan waktu selesai lebih malam. Artinya, tiap rakaatnya memakan waktu jauh lebih lama.

“Badan saya nggak terbiasa dan jadi mudah capai kalau ikut salat tarawih 23 rakaat yang cepat. Kebetulan ada masjid yang menggelar tarawih 8 rakaat dan lebih pelan, yang badan jompo saya masih bisa ngikuti," ungkap Lukman.

Ihwal Mula Tarawih Supercepat

Nggak ada yang tahu pasti sejarah yang bikin banyak masjid di Karangawen, Demak terbiasa menggelar salat tarawih super cepat. Tapi, bisa jadi hal ini terinspirasi dari tarawih supercepat di Pesantren Mambaul Hikmah Blitar yang sudah dilakukan sejak 1907.

Konon, alasan dari terciptanya tradisi salat tarawih ini adalah di sana ada banyak kaum pekerja yang butuh beristirahat pada malam hari setelah bekerja keras seharian. Mereka nggak mampu jika harus mengikuti salat tarawih yang lama.

Karena durasi salat tarawihnya yang cepat, wajar jika banyak warga tertarik melakukan salat berjemaah di masjid yang berlokasi di Kecamatan Udanawu tersebut. Makmumnya bisa sampai ribuan, lo!

Yap, meski jadi pro dan kontra, ada alasan yang bikin salat tarawih super cepat eksis di banyak tempat di Indonesia. Kalau di tempat tinggalmu sendiri, apakah juga ada masjid yang menggelarnya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Narkoba Sitaan Jaringan Fredy Pratama Dimusnahkan dengan Metode Asam Sulfat

8 Mar 2025

Diskon 20 Persen selama Mudik Lebaran 2025, Berapa Tarif Tol Jakarta-Semarang?

8 Mar 2025

Menyoal Stunting, Prof Budi: Lebih Efektif dengan Fokus pada Tindakan Preventif

8 Mar 2025

Hukum Salat Tarawih Sendirian di Rumah, Bolehkah?

8 Mar 2025

Orang Indonesia Kerap Menjarah Muatan Kendaraan yang Kecelakaan, Mengapa?

8 Mar 2025

Potensi Desa Perlu Didorong sebagai Fondasi Pembangunan Daerah

8 Mar 2025

Sering Bertengkar dengan Pasangan; Wajar atau Tanda Nggak Cocok?

9 Mar 2025

Jarak Subuh dan Maghrib Satu Jam, Seperti Apa Fakta Puasa di Kutub Utara?

9 Mar 2025

Tips Mengamankan Rumah Sebelum Ditinggal Mudik Lebaran

9 Mar 2025

Pemandian Air Panas Bayanan, Sudah Jadi Tujuan Wisata Sejak Zaman Penjajahan

9 Mar 2025

Begini Cara Membeli Tiket Pesawat Murah di Menit Terakhir

9 Mar 2025

Ekspansi Penerbangan Kargo, Bandara Ahmad Yani Semarang Tambah Rute ke Banjarmasin

9 Mar 2025

Nasi Goreng Pliket, Menu Andalan di Warung Satai Kambing Pak Dakir Yogyakarta

9 Mar 2025

Sering Dikonsumsi, Makanan-Makanan Ini Bisa Memperpendek Umur

9 Mar 2025

Cara Mendaftar Kuota Mudik Motor Gratis Kemenhub dengan Kereta

10 Mar 2025

'Hilal' Mulai Terlihat; Pencairan THR PNS Pekan Ini, Swasta Maksimal H-7 Lebaran

10 Mar 2025

Lawan Southhampton, Kok Liverpool Bisa Ganti Pemain Lebih Banyak dari Seharusnya?

10 Mar 2025

Satai Keong, Megengan, dan Perayaan Menyambut Ramadan di Kabupaten Demak

10 Mar 2025

Kapasitas Sekolah Negeri Terbatas, Pemkot Semarang Rencanakan Program Beasiswa ke Sekolah Swasta

10 Mar 2025

Mengapa Pernikahan Kerap Dianggap sebagai Solusi Sebuah Masalah?

10 Mar 2025