BerandaTradisinesia
Senin, 7 Mar 2021 15:30

Kain bagi Masyarakat Jawa Kuna, Penutup Aib dan Penanda Strata Sosial

Kain yang kenakan masyarakat Jawa Kuna bisa menunjukkan dari kelas mana dia berasal. (vrouw-te-soerakarta-1915)

Selain menjadi penutup tubuh, kain bagi masyarakat Jawa kuna juga berarti penanda strata sosial. Siapa pun dengan mudah dapat mengenali seseorang dari kain yang dipakainya. Kaum bangswan misalnya, yang merupakan kelompok yang mampu memiliki kain-kain yang indah.

Inibaru.id - Kain mempunyai banyak fungsi. Selain digunakan sebagai penutup tubuh dan pelindung, kain juga dipakai untuk menutupi kekurangan tubuh. Nggak cuma itu, kain juga bisa menunjukkan status sosial para pemakainya. Hal ini berlaku untuk masyarakat Jawa kuno, Millens.

Nah, fungsi kain sebagai penanda status tersebut terdapat pada relief Karmawibhangga di dinding candi Borobudur. Inda Citraninda Noerhadi, penulis Busana Jawa Kuna menulis, masyarakat yang status sosialnya rendah menjadikan kain hanya sebatas menutupi tubuh.

“Sedangkan yang status sosial tinggi berfungsi menghias tubuh bahkan menjadi ciri kebesaran,” tulis Inda Citraninda Noerhadi dalam bukunya Busana Jawa Kuna.

Kain Indah (Hanya) untuk Bangsawan

Namanya juga bangsawan, apa yang dipakainya tentu nggak sembarangan. Kain yang mereka pakai menjadi penanda kebesarannya. Karena itu, tampak istimewa. Sering, kain-kain tersebut dihias secara khusus, seperti disulam dengan benang emas atau ditulis dengan bubuk emas. Batik tradisional yang dihias dengan tulisan emas disebut prada (parada), Millens.

Berdasarkan hasil pembacaan prasasti serta naskah abad ke-19, Edhie Wurjantoro dan Tawalinudin Haris dalam artikel berjudul Kain "Dalam Masyarakat Jawa Kuna", mengungkap bahwa fungsi sosial dari wdihan (kain) justru lebih menonjol dari fungsi ekonominya.

Kain terbaik hanya bisa dipakai bangsawan. (Tropenmuseum)

Beberapa sumber prasasti dari abad ke-19 tersebut memuat kata “wdihan” merujuk pada pakaian kaum laki-laki. Biasanya, wdihan diberikan kepada lelaki sebagai pasek atau hadiah ketika upacara penetapan sebuah wilayah menjadi sima atau tanah perdikan digelar.

Sedangkan sebutan pakaian untuk kaum perempuan ialah ken atau kain.

Selain wdihan, berdasar pada penelitian Edie Wurjantoro, dikenal istilah wastra, sinjang, kampuh, tapih, dan kain. Istilah-istilah tersebut merujuk pada kain sebagai bahan sandang. Bahan kain ini biasanya dari sutra atau katun dengan warna beragam, seperti merah, biru, hijau tua, jingga, ungu, dan kuning emas.

Perbedaan warna ini berdasar pada pemakainya, contohnya, nggak semua orang boleh memakai wdihan tertentu kecuali bangsawan. Jadi, orang bakal langsung ketahuan strata sosialnya dari kain yang dikenakan.

Eits, ini hanya berlaku pada masa Jawa kuna ya. Sekarang, siapa pun bisa memakai kain apa pun. Lagipula, jangan lantas mendewakan seseorang dari yang dia pakai ya! Don’t judge a book by its cover, kalau kata orang Barat. Sepakat, Millens? (MP/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024