Inibaru.id – Kalau kamu datang ke acara pernikahan dengan adat Jawa, pasti ada satu benda yang nggak akan pernah tertinggal untuk dijadikan aksesoris, yaitu janur. Orang Jawa sendiri menyebutnya sebagai janur manten yang bermakna sebagai janur yang dipakai untuk acara pernikahan. Tapi, kamu pernah kepikiran nggak sejarah tentang janur manten ini?
Nah, pakar budaya Jawa dari Yogyakarta Profesor Dr Wusarna Dwijonagoro MPd tahu benar tentang sejarah janur manten ini. Di provinsi tempat dia tinggal, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tradisi menggunakan janur sebagai hiasan dalam acara pernikahan masih bertahan hingga sekarang. Alasannya, karena secara kultur dan sejarah, DIY masih termasuk dalam trah Mataram sehingga warganya tetap memegang teguh budaya khas Mataram hingga sekarang, termasuk dalam hal memakai janur manten.
Menariknya, janur manten disebut-sebut muncul berkat kepawaian Sunan Kalijaga. Jadi, ceritanya janur manten mulai dikenal masyarakat setelah sang Sunan dimintai tolong Ki Ageng Tarub membantu mengurus acara pernikahan putranya di Dusun Tarub. Asal kamu tahu saja, Ki Ageng Tarub itu bukan orang biasa. Dia adalah anak dari Syekh Maulana Maghribi, salah seorang sahabat dekat Sunan Kalijaga.
“Jadi Sunan Kalijaga lalu memakai janur, daun kelapa yang masih muda dan berwarna kuning, untuk hiasan pernikahan putra Ki Ageng Tarub,” terangnya sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Minggu (21/1/2024).
Ki Ageng Tarub dan masyarakat terkesan dengan keberadaan hiasan janur ini. Apalagi, setiap hiasan seperti kembar mayang misalnya, punya makna simbolik tersendiri.
“Janur kuning dianggap sebagai simbol kejayaan dari Yang Maha Kuasa. Ada kata ‘jan’ yang bermakna ‘sejatinya’, ‘nur’ yang bermakna cahaya dari Allah SWT, dan warna kuning yang melambangkan kejayaan,” terang Wusarna.
Pada akhirnya kebiasaan memakai janur manten ini diteruskan dan bahkan semakin populer di masa Kerajaan Mataram Islam. Bahkan, saat tentara Indonesia menyelesaikan misi Serangan Umum 1 Maret pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, Letkol Soeharto dan rekan-rekannya juga memakai kalung janur kuning untuk alasan yang sama, yaitu melambangkan kejayaan dari Allah SWT.
“Penggunaan janur manten terus bertahan sampai sekarang. Nggak hanya di acara pernikahan yang ada di kampung atau desa-desa, di tempat resepsi modern seperti hotel, auditorium, restoran, dan lain-lain, juga tetap melibatkan janur manten,” lanjut Wusarna.
Memang, kini dekorasi pernikahan modern mulai lebih banyak memakai bunga atau hiasan modern lainnya. Tapi, biasanya janur masih tetap dilibatkan meski nggak banyak, Millens. Hm, menarik banget ya sejarah tentang janur manten ini. (Arie Widodo/E05)