BerandaTradisinesia
Sabtu, 26 Feb 2021 17:30

Dominan Kiri di Dunia yang Sangat 'Kanan', Apa Saja Tantangan Orang Kidal?

Ilustrasi: Nasib orang kidal di Indonesia yang menganggap tangan kanan lebih baik. (RD/Shutterstock/Itakdaleei)

Di tengah masyarakat yang yang sangat 'kanan', orang dominan kiri tentu saja mengalami banyak kesulitan di Indonesia. Kultur sosial yang menganggap tangan kanan lebih baik dari kiri sudah jadi satu kendala tersendiri. Lalu, apa saja tantangan orang kidal?

Inibaru.id – Menggunakan tangan kiri untuk berjabat tangan dianggap nggak sopan. Bahkan, pada abad pertengahan, orang-orang bertangan kidal kerap dapat masalah karena selalu diasosiasikan sebagai penyihir. Saat itu ada kepercayaan, iblis bertangan kidal dan penyihir mengutuk dengan tangan kiri.

Namun, kini menyoal orang dominan tangan kiri sebagai sosok berbahaya agaknya sudah nggak relevan lagi. Banyak tokoh penting di dunia bertangan kidal, mulai dari Leonardo da Vinci hingga Barack Obama. Kendati demikian, beraktivitas dengan tangan kiri masih dianggap nggak sopan, termasuk di Indonesia.

Perlu kamu tahu, jumlah orang kidal di seluruh dunia berkisar 10-12 persen. Kebanyakan laki-laki. Namun, di beberapa negara seperti Indonesia, nggak banyak orang tua yang akan membiarkan anaknya kidal dengan melakukan aktivitas memakai anggota tubuh dominan yang dikuasainya itu.

Tangan Kanan Perlambang Kesopanan

Setiap orang punya keunikan masing-masing. Kenapa harus selalu didorong ke sisi yang sama terus? (Theguardian/Alamy/Pink)

Beberapa orang akan dengan keras menyuruh anaknya memakai tangan kanan dengan alasan moral, agama, kesopanan, hingga kultur sosial yang berlaku di lingkungan tersebut. Padahal, ini bukanlah keputusan yang bijak.

Psikolog Elizabeth Santosa mengatakan, anak kidal yang dominan menggunakan anggota tubuh kiri sebaiknya jangan dipaksa untuk menggunakan tangan kanan. Dia menyarankan, sebaiknya anak nggak dipaksa, karena ditakutkan justru bakal mematikan bakat terpendamnya.

Dia juga menyayangkan pendapat publik yang masih berpikir bahwa tangan kanan lebih baik dari tangan kiri. Ini nggak lepas dari norma dan adat istiadat di Indonesia.

"Tangan kiri masih dianggap sebagai tangan yang kurang sopan," kata dia. “Kita masih percaya tangan kiri itu tangan tidak baik, buat cebok, dan berkonotasi negatif lainnya.”

Harus Dihadapi Orang Kidal

Tangan kiri dianggap kurang sopan untuk norma dan adat istiadat. (Flickr/colleenmorgan)

Serial kartun The Simpsons yang ngetop pada 1980-an sempat melontarkan kritik melalui sosok Nedward "Ned" Flanders Jr yang mendirikan The Leftorium, yang menjual produk-produk orang kidal. Toko ini mungkin menjadi luapan unek-unek Matt Groening, sang ilustrator, yang juga dominan kiri.

Yap, bahkan di dunia modern, keberadaan orang kidal sepertinya memang belum bisa setara dengan orang dominan tangan kanan. Kendati sudah diperingati secara global sejak 13 Agustus 1976, ini nggak serta-merta membuat lefties, pengguna tangan kiri, bernapas lega.

Sampai sekarang, mereka masih harus berjuang untuk menyesuaikan diri dengan pelbagai fasilitas publik yang umumnya diperuntukkan bagi pengguna tangan kanan. Apa saja yang harus dihadapi orang kidal di Indonesia?

1. Harus Memodifikasi Barang Tertentu

Beberapa barang yang dimiliki orang dominan tangan kiri biasanya customized, misalnya gitar. Di toko alat musik, gitar yang dijual umumnya default dengan tangkai di kiri yang diperuntukkan bagi pengguna tangan kanan.

Seorang Kurt Cobain, vokalis cum gitaris dan pencipta lagu band grunge Nirvana, mungkin harus lebih dulu memodifikasi gitarnya saat kali pertama belajar musik, karena dia seorang kidal. Jimi Hendrix dan Paul McCartney, dua gitaris kenamaan dunia, sepertinya juga setali tiga uang.

Selain alat musik, beberapa perabot dapur dan stasioneri juga umumnya nggak diperuntukkan bagi orang dominan tangan kiri. Beberapa toko di Indonesia mungkin sudah mulai melihat peluang ini dan mulai menjual perabot khusus left-handed, tapi sepertinya belum banyak.

2. Nggak Leluasa di Muka Umum

Di Indonesia, nggak sedikit orang kidal yang kesulitan makan di tempat umum karena terpaksa memakai tangan kanan untuk memegang sendok atau pisau. Mereka juga kesulitan menulis di depan umum karena nggak memakai tangan kiri. Mungkin mereka bisa, tapi nggak nyaman atau bebas.

Untuk hal-hal seperti kesantunan, beberapa orang kidal barangkali masih bisa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain seperti bersalaman atau menerima dan mengangsurkan barang ke orang lain, meski hal ini benar-benar harus dibiasakan sejak kecil.

3. Kesulitan Mengikuti Aktivitas Fisik

Nggak sedikit anak kidal yang kesulitan mengikuti kelas umum seperti seni atau olahraga yang membutuhkan aktivitas fisik. Laiknya toko alat musik, kelas seni juga umumnya menggunakan alat musik yang disetel "normal".

Pun demikian dengan peralatan olahraga. Beberapa alat seperti busur panah atau senapan umumnya masih diperuntukkan untuk pengguna tangan kanan. Demikian pula dengan stik biliar, pemukul golf, dan sarung tangan bowling.

4. Terkendala Memakai Fasilitas Publik

Gagang pintu biasanya terletak di kiri, karena masyarakat kita umumnya bertangan dominan kanan. Namun, pernahkah kamu membayangkan betapa sulitnya membuka pintu jika gagangnya terletak pada bagian kanan? Sulit? Nah, inilah yang dialami orang kidal.

Itu baru gagang pintu. Masih banyak fasiltas umum lain yang juga nggak left-handed friendly, mulai dari tombol lift, pembuka botol di vending machine, hingga mesin untuk tiket parkir atau tol.

Yap, nggak ada orang yang memilih terlahir dengan dominan tangan kiri atau kanan. Namun, kenapa orang-orang kidal masih dipersekusi, bahkan harus berjuang menyesuaikan diri di lingkungan yang serba "kanan" ini? (Vic/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: