BerandaTradisinesia
Minggu, 23 Jul 2022 17:05

Diponegoro Bukanlah Nama Orang, Tapi Gelar

Salah satu patung Diponegoro yang menghiasi Alun-Alun Magelang. (Flickr)

Saking fenomenalnya perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah, namanya diabadikan jadi nama universitas, nama jalan, stadion, dan lain-lain. Tapi, kamu tahu nggak kalau Diponegoro itu bukan nama aslinya? Yap, ternyata Diponegoro adalah gelar kepangeranan.

Inibaru.id – Nama Pangeran Diponegoro pasti sudah nggak asing bagi orang Indonesia. Saking terkenalnya, Diponegoro diabadikan menjadi nama jalan di sejumlah kota. Kamu juga bisa menemukan Universitas Diponegoro di Semarang, Jawa Tengah.

Tapi, kamu tahu nggak sih kalau Diponegoro sebenarnya bukanlah nama orang? Ternyata, Diponegoro adalah gelar dari keraton, lo, Millens.

Jadi Diponegoro atau Dipanagara merupakan sebuah gelar kepangeranan yang diberikan kepada para putra raja dari Kerajaan Mataram, baik itu Mataram Yogyakarta ataupun Mataram Surakarta.

Jadi, siapa dong nama asli Pangeran Diponegoro? Ternyata, laki-laki yang dikenal karena memimpin Perang Jawa pada 1825 hingga 1830 memiliki nama kecil Mustahar. Saat menginjak remaja, nama ini berganti menjadi Raden Mas Antawirya.

Diponegoro merupakan gelar bangsawan yang diberikan untuk putra Raja kala itu. (Instagram/Ronaldvicarius)

Dia mendapatkan gelar Diponegoro karena ayahnya, Hamengku Buwono III naik tahta menjadi Raja dari Kesultanan Mataram. Nama resminya sebenarnya lebih panjang, Millens, yaitu Bendara Pangeran Harya Dipanegara.

Yang menarik, sebenarnya ada beberapa orang yang sudah memiliki gelar Diponegoro sebelumnya. Jadi, kalau kita menyebut nama Diponegoro, aslinya kita merujuk ke tiga orang, Millens.

Jauh sebelum Diponegoro yang kita kenal hidup, ada Diponegoro lain yang juga terlibat dalam peperangan. Dia adalah putra dari Paku Buwana I yang memberontak pada Perang Suksesi Jawa Kedua. Tapi, dia dilaporkan “menghilang” di Lumajang pada 1723.

Selain itu, Ratu Bendara, seorang putri dari Sultan Mangkubumi juga dilaporkan menikah dengan seorang bangsawan Surakarta bernama Pangeran Diponegoro. Pangeran ini wafat pada 1878 dan dikebumikan di Kuncen, Yogyakarta.

Menanam pohon sawo menjadi cara berkomunikasi keturunan Diponegoro. (Instagram/Bali Tabulampot)

Setelah itu, gelar kepangeranan Diponegoro ini nggak digunakan lagi oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta dan Surakarta sampai sekarang. Alasannya terkait dengan kisah heroiknya dalam mengobarkan Perang Jawa.

Setelah perang tersebut berakhir, keturunan dan keluarga Pangeran Diponegoro diteror habis-habisan oleh penjajah. Banyak dari mereka yang memilih untuk menyembunyikan jati dirinya agar nggak dihabisi. Keluarga keraton pun akhirnya memilih untuk nggak lagi menyebut namanya agar selamat dari teror tersebut.

Omong-omong, keturunan dan pengikut Diponegoro punya cara unik untuk bisa saling mengenali satu sama lain meski menyembunyikan jati dirinya. Caranya, dengan menanam pohon kemuning di halaman rumahnya.

Nggak hanya itu, mereka biasanya juga menanam pohon sawo di sebelah kanan depan pintu masuk rumah. Terakhir, jika umumnya orang Jawa membuat sumur di sebelah kiri rumah, mereka membuatnya di sisi kanan.

Kisah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro memang selalu menarik untuk diulas, ya Millens? (Nat, Ens, Sol/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: