BerandaTradisinesia
Kamis, 26 Jan 2022 19:57

Cerita Unik Sarung yang Identik dengan Suku Tengger

Sarung identik dengan Suku Tengger yang bisa kamu temui di Bromo. (Flickr/ Khairil Adi)

Pernah ke Bromo, Millens? Nah di sana, ada Suku Tengger. Kalau kamu cermati, mereka selalu memakai sarung meski sudah memakai jaket dan penghangat lainnya. Hm, apa ya alasan mereka selalu mengenakannya?

Inibaru.id – Kalau kamu main ke Bromo, pasti bakal sering melihat warga Suku Tengger. Mereka punya ciri khas, Millens. Karena suhu udara di sana cukup dingin, mereka memakai jaket. Hanya, meski sudah memakai jaket, pasti ada sarung yang mereka pakai baik itu hanya disampirkan di bahu, atau dipakai layaknya selimut. Mengapa mereka melakukannya, ya?

Sebenarnya, sarung sudah jadi ciri khas orang Indonesia, khususnya yang sudah berusia tua. Sarung dipakai layaknya pengganti celana panjang dan bisa dipakai di acara-acara resmi. Hanya, bagi orang Suku Tengger, sarung seperti jadi pakaian yang harus dipakai sepanjang waktu.

Oya, didesa-desa tempat Suku Tengger berada terletak di dataran tinggi, tepatnya di sekitar 2 ribuan meter di atas permukaan laut (mdpl). Jadi, wajar kalau suhu udara di sana cenderung sejuk. Di sana, meski matahari sangat terang di tengah hari, rasanya nggak begitu terik. Kalau di pagi atau malam hari, suhunya sangat dingin dan bisa menusuk tulang, apalagi bagi para wisatawan yang aslinya berasal dari dataran rendah.

Suhu dingin jadi salah satu alasan mengapa warga Suku Tengger. Namun, menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Argosari, Kecamatan Sanduro, Lumajang, Jawa Timur Budiyanto, sarung sebenarnya punya banyak fungsi bagi keseharian warga Suku Tengger.

“Sarung ini saya pikir jadi identitas. Sarung ini jadi harga diri. Sarung ini juga jadi tren,” ungkap Budiyanto.

Sarung dianggap sebagai identitas dan kebanggaan Suku Tengger. (Flickr/ Aditya Prabaswara)

Saat merantau untuk kuliah, Budiyanto mengaku sempat meninggalkan kebiasaan memakai sarung. Dia hanya memakai jaket untuk menjaga tubuhnya tetap banyak. Nah, ternyata, hal ini membuatnya jadi obrolan sesama warga Suku Tengger.

Dia dianggap meninggalkan ciri khas Suku Tengger dan bahkan seperti malu jadi orang Tengger. Sejak saat itulah dia sadar kalau sarung lebih dari sekadar penghangat tubuh bagi Suku Tengger.

Ada banyak cara memakai sarung Suku Tengger. Contohlah, ada yang disebut Lampin dan dipakai kaum laki-laki saat bekerja. Ada juga cara penggunaan sarung saat bersantai atau saat melindungi tubuh saat kabut turun di gunung.

Kalau perempuan, sarung bisa dipakai di kanan atau kiri bahu dengan simpul Kekaweng. Contohlah, kalau simpulnya di bahu kanan, yang memakai adalah perempuan yang belum menikah namun sudah ada pacar atau calon suami, Millens.

Nah, mengingat sarung bukanlah asli Indonesia, apa yang dikenakan sarung sebelum pakaian khas Timur Tengah mereka kenal? Nah, di zaman dulu, yang dipakai adalah kain.

Omong-omong ya, Millens, Suku Tengger ini nggak hanya ditemukan di wilayah Lumajang, ya. Kamu juga bisa menemui mereka di Probolinggo serta Pasuruan. Tahu ciri khas mereka, kan? Yap, sarung yang jadi kebanggaan dan identitasnya. (Kom/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024