BerandaTradisinesia
Senin, 2 Jul 2023 17:00

Cerita Tumenggung Endranata yang Dikubur di Anak Tangga Makam Raja Imogiri

Makam Tumenggung Endranata di anak tangga kompleks Makam Raja Imogiri. (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Pada anak tangga kompleks Makam Raja Imogiri, terdapat makam Tumenggung Endranata yang dianggap sebagai pengkhianat Mataram Islam. Seperti apa ya kisahnya?

Inibaru.id – Makam Raja Imogiri atau yang memiliki nama resmi Astana Pajimatan Hiagiri bisa kamu temui di Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Selain berisi makam dari para raja dan kerabatnya dari Kesultanan Mataram, terdapat sebuah makam yang sangat nggak biasa, yaitu makam Tumenggung Endranata.

Lokasi makamnya sangat nggak biasa, yaitu di anak tangga yang menujuk bagian utama dari kompleks makam tersebut. Makam tersebut sengaja ditempatkan di sana sebagai penghinaan, bahwa setelah meninggal sekalipun, dia harus diinjak-injak banyak orang. Kok bisa begitu? Ternyata, Tumenggung Endranata dianggap sebagai pengkhianat, Millens.

Memang seperti apa sih kisah Tumengung Endranata sampai bisa dicap sebagai pengkhianat? Kalau menurut keterangan Kompas, Jumat (23/6/2023), awalnya laki-laki dengan nama asli Ngabehi Mertajaya ini adalah salah satu orang kepercayaan Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ketiga Mataram Islam yang memerintah pada 1613 – 1645. Pada masa pemerintahannya pulalah, Makam Raja Imogiri dibangun pada 1623.

Awalnya, Tumenggung Endranata dianggap berjasa besar bagi Mataram karena membantu penaklukan Demak dan sekitarnya. Tapi, dia kemudian melakukan dua kesalahan besar yang membuat Sultan Agung marah besar dan nggak bisa memaafkannya.

Kesalahan besar pertama yang dilakukan putra dari Tumenggung Wiraguna itu adalah menghasut Sultan Agung untuk memerangi saudara iparnya sendiri, Adipati Pragola II. Dia menyebut penguasa Pati itu bakal melakukan pemberontakan.

Kisah penyerangan pasukan Sultan Agung yang dibantu Pangeran Sumedang Adipati Martalaya itu sampai tercatat di Serat Kandha. Meski Adipati Pragola dan pasukannya mampu dikalahkan pada 4 Oktober 1627, nyatanya 200 ribu pasukan Mataram tewas dalam perang tersebut. Dampaknya fatal, kekuatan Mataram pun berkurang drastis.

Makam Tumenggung Endranata dianggap pantas diinjak-injak banyak orang karena mengkhianati Mataram. (Kompasiana/Agus Siswanto)

Padahal, Mataram membutuhkan pasukan yang kuat dengan jumlah yang besar untuk menyerang VOC di Batavia setahun kemudian. Ditambah dengan buruknya koordinasi perbekalan logistik, serangan pasukan Mataram ke Batavia pada 1928 gagal total.

Sultan Agung yang masih berambisi menaklukkan Batavia kemudian mengatur strategi demi mengakali masalah perbekalan tersebut dengan membangun lumbung di kawasan Pantura, tepatnya di wilayah Karawang dan Cirebon. Sayangnya, strategi ini dibocorkan oleh Temanggung Endranata ke VOC. Lumbung – lumbung itu dihancurkan VOC dan serangan kedua pada 1929 kembali gagal.

Saat tahu pembocor strategi tersebut adalah orang kepercayaannya sendiri, Sultan Agung marah besar. Tumenggung Endranata dihukum mati. Mayatnya bahkan dimutilasi. Kepalanya dipancung di Alun-alun Jayakarta untuk ditunjukkan kepada pihak Belanda. Kakinya dibuang ke laut sebagai lambang bahwa dia nggak lagi diterima di Tanah Jawa. Terakhir, badannya dikubur di anak tangga Makam Raja Imogiri.

Dia dianggap nggak hanya mengkhianati raja, melainkan juga mengkhianati rakyat. Oleh karena itu, makamnya pun dianggap layak untuk diinjak-injak siapa saja.

Kalau kamu mampir ke kompleks Makam Raja Imogiri, pasti bakal ngeh dengan makam Tumenggung Endranata di anak tangga tersebut, Millens. Soalnya, bentuk anak tangganya sangat berbeda dari sekitarnya. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024