BerandaTradisinesia
Rabu, 12 Des 2023 09:44

Cerita Sebuah Punden di Macanan, Karanganyar yang Ramai saat Pilkades

Cerita Sebuah Punden di Macanan, Karanganyar yang Ramai saat Pilkades

Punden Macanan di Desa Macanan, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar. (Radarsolo/Rudi Hartono)

Pundennya sangat sederhana. Suasana di sekitarnya juga sangat sepi. Tapi, jika ada musim pemilihan kepala desa (pilkades), punden ini langsung dipenuhi orang yang pengin menjalankan ritual.

Inibaru.id – Desa Macanan hanya berjarak kurang lebih 9 kilometer dari pusat kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tapi, suasana desa yang masuk wilayah Kecamatan Kebakkramat ini bisa dibilang cukup asri, jauh dari ingar-bingar kawasan perkotaan.

Menariknya, sebagian warga Desa Macanan juga masih percaya jika desa tersebut memiliki danyang alias penunggu desa berupa seekor harimau. Nah, dalam Bahasa Jawa, harimau disebut dengan ‘macan’. Dari nama hewan inilah nama desa tersebut diambil.

Konon sih ya, harimau yang disebut-sebut berwarna putih itu biasa muncul pada malam Jumat Pon. Meski dikenal sebagai hewan buas, tapi karena sudah dipercaya sebagai penjaga desa, warga nggak khawatir jika sampai melihatnya.

“Desa ini ada penjaganya, seekor macan putih. Makanya nama desanya Desa Macanan. Warga sini, khususnya yang sudah tua sebagian besar sudah mengetahui macan itu dan menyebutnya sebagai danyang desa,” terang Kepala Desa Macanan Sutrisno sebagaimana dilansir dari Solopos, Minggu (8/12/2013).

Nggak hanya memiliki penunggu desa berupa harimau putih, ada keunikan lain yang bisa kamu temui di desa tersebut, yaitu adanya Punden Macanan. Konon, punden ini sudah eksis di masa penjajahan Belanda. Nah, saat Belanda melakukan agresi militer beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, punden tersebut kabarnya jadi lokasi persembunyian tentara Belanda.

Suasana Desa Macanan yang masih asri. (Googlestreetview)

“Dulu di sini sangat sepi, rawa-rawa juga. Kalau ada yang sembunyi ya nggak ketahuan. Kalau ada yang gerak-gerak di tanaman liar, warga mikirnya adalah macan, bukannya manusia. Makanya dijadikan persembunyian tentara Belanda yang kocar-kacir karena gagal melakukan agresi di Solo Raya,” ucap warga setempat Supriyanto sebagaimana dikutip dari Radarsolo, Minggu, (10/12/2023).

Puluhan tahun setelah agresi militer tersebut, punden yang dikelilingi pohon-pohon besar ini masih cocok dijadikan tempat persembunyian. Suasananya juga sunyi dan tenang, cukup jauh dari keramaian.

Nah, suasana yang sunyi ini membuat punden yang sudah diberi tambahan bangunan dengan cat warna hijau tersebut sering dijadikan tujuan orang-orang dari berbagai daerah untuk melakukan wisata religi. Ada yang sekadar melakukan meditasi di sana. Tapi, banyak pula yang datang karena memiliki hajat khusus.

Hajat yang dimaksud adalah mencalonkan diri sebagai kepala desa. Mereka yakin jika dengan melakukan ritual tertentu di sana, keinginannya untuk menang pilkades bisa terwujud.

“Yang datang orang-orang yang mau menang pilkades, baik itu dari wilayah Karanganyar atau luar daerah. Selain itu, karena lokasinya tenang sering jadi tempat meditasi. Makanya oleh warga pundennya dipugar, ditata untuk wisata religi,” lanjut Supriyanto.

Hm, cukup menarik ya, sebuah punden sederhana ternyata sering dijadikan jujugan orang-orang yang pengin melakukan ritual tertentu. Tapi, karena suasananya tenang, sepertinya Punden Macanan ini memang cocok untuk dijadikan tempat meditasi atau healing. Setuju? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025