BerandaTradisinesia
Rabu, 25 Jun 2024 08:45

Bagaimana Awal Mula Gelar Haji Disematkan di Depan Nama Seseorang?

Sapaan haji bagi orang Indonesia yang usai melaksanakan ibadah ke Tanah Suci dimulai pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda. (MCH 2022)

Seseorang yang pulang haji akan dipanggil 'Pak Haji' atau 'Bu Hajah'. Gelar tersebut hanya ada di Indonesia, lo. Bagaimana awal mula gelar haji disematkan di depan nama seseorang?

Inibaru.id - Kepulangan jemaah haji Indonesia tahun ini terbagi menjadi dua gelombang, yaitu pada 22 Juni -3 Juli 2024 dari Jeddah, dan 4-21 Juli dari Madinah. Adakah saudara, teman, atau tetanggamu yang sudah tiba di Tanah Air usai melaksanakan haji ke Baitullah?

Biasanya, mereka yang pulang berhaji secara otomatis bakal mendapat panggilan "haji" atau "hajah" di depan namanya. Rupanya hal itu hanya terjadi di Indonesia dan sudah menjadi tradisi yang melekat sejak zaman dulu. Sapaan dan julukan haji nggak ada dalam syariat Islam ataupun aturan dari Kerajaan Arab Saudi. Kamu penasaran bagaimana asal usul gelar haji di Indonesia?

Rupanya, kebiasaan memanggil haji kepada seseorang yang sudah menunaikan rukun Islam ke lima itu dimulai sejak Belanda di Indonesia. Kala itu, sekitar dua abad lalu, pergi haji nggak cuma dilihat dari sudut pandang bisnis, ibadah, atau spiritual, namun juga dari sudut pandang politik. Kenapa?

Ya, karena di mata orang Belanda, jemaah haji Indonesia kerap "berulah" setelah pulang dari Makkah. Mereka kerap belajar hal baru dan menyebarkan ajaran itu sehingga memantik rakyat di akar rumput untuk berontak ke Pemerintahan Hindia Belanda.

Aqib Suminto dalam Politik Islam Hindia Belanda (1986) menyebut, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1980-an) menilai penduduk pribumi yang pulang haji kerap menghasut rakyat. Maka dari itu, Daendels meminta para jemaah itu untuk mengurus paspor haji sebagai penanda.

Pemikiran seperti ini juga dimunculkan saat Indonesia dijajah Inggris lewat Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles. Dalam catatannya berjudul "History of Java" (1817), Raffles terang-terangan "menyerang" orang pergi haji.

Katanya, orang Jawa yang pergi haji itu sok suci. Karena dengan kesuciannya itu mereka bisa menghasut rakyat dan menjadi ujung tombak perlawanan di kalangan kelompok masyarakat.

Aturan Haji Zaman Kependudukan Belanda

Sapaan dan julukan haji nggak ada dalam syariat Islam ataupun aturan dari Kerajaan Arab Saudi. (MCH 2024)

Died Madjid dalam Berhaji di Masa Kolonial (2008) menuliskan kebijakan politis haji baru diterapkan secara menyeluruh pada 1859 lewat aturan khusus. Aturan ini mengatur secara jelas mekanisme penerimaan orang yang baru saja pulang haji.

Lewat mekanisme tersebut, mereka bakal melalui serangkaian ujian. Apabila lolos, mereka diharuskan menyantumkan gelar haji dalam sapaan atau nama. Selain itu, mereka juga diwajibkan mengenakan pakaian khas orang haji, yakni jubah ihram dan sorban putih.

Dengan menyantumkan gelar haji, akan memudahkan Pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi. Apabila ada pemberontakan, maka pemerintah akan langsung menangkap orang bergelar haji di suatu daerah. Cara ini tentu lebih efektif dibanding harus mencari dalang dari pemberontakan.

Begitulah asal-usul penyebutan gelar haji di Indonesia. Sejak aturan tersebut, pemerintah kolonial sama sekali nggak mengendurkan pengetatan itu. Di abad ke-20, ketika ajaran Islam tersiar dari Makkah ke Indonesia, mereka tetap mengawasi ketat eks-jamaah haji.

Nah, panggilan politis "haji" dari Pemerintah Belanda itu tampaknya nggak luntur bahkan terwariskan lintas generasi hingga ke masa kini ya, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024