Inibaru.id - Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya".
Wejangan sang proklamator tersebut ternyata masih jadi pegangan beberapa sekolah tingkat dasar di wilayah Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Setiap satu bulan sekali, sekolah di wilayah itu rutin mengunjungi makam para pahlawan maupun tokoh Islam.
Di pagi hari yang cerah beberapa waktu lalu, gerombolan siswa dan guru dari SDN Pekunden, SDN Bangunharjo, dan SDN Kembangsari 01 dan 02 ramai-ramai jalan kaki mendatangi kompleks pemakaman Habib Toha bin Muhammad bin Yahya atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Depok.
Bagi warga Kota Lunpia, nama Mbah Depok tidaklah asing di telinga. Mbah Depok merupakan tokoh penyiar Islam sekaligus pahlawan yang memerangi para penjajahan di tanah Jawa.
"Sebelum tahlilal dan mendoakan Mbah Depok. Saya terlebih dahulu menyampaikan biografi beliau agar anak-anak tahu tentang jejak Mbah Depok di tanah Jawa," kata Kepala Sekolah SDN Pekunden, Abdul Khalik belum lama ini.
"Mbah Depok juga mewariskan keturunan-keturunan orang hebat salah satunya Habib Muhammad Luthfi bin Yahya," sambung lelaki murah senyum tersebut.
Upaya Menanamkan Pendidikan Karakter
Menurut lelaki yang akrab disapa Abdul itu kegiatan ziarah kubur merupakan upaya mengenalkan tokoh-tokoh pejuang di Kota Atlas, sekaligus sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.
"Tujuan utamanya agar siswa kami lebih menghargai para pahlawan. Dan mengingatkan mereka, kelak nanti kita semua akan meninggal. Maka hiduplah dengan baik serta bermanfaat bagi sesama," tambah lelaki berkaca mata tersebut.
Baca Juga:
Mengapa Disebut Sebagai Sepeda Jengki?Kegiatan berziarah ke makam para pejuang di Semarang bukan kali pertama ini bagi Abdul dan siswa-siswanya. Dia mengungkapkan sekolahnya bahkan cukup sering berziarah ke makam Sunan Pandanaran dan makam Sholeh Darat.
"Di setiap hari Jumat akhir bulan, sekolah kami memiliki agenda khusus untuk ziarah ke makam-makam pejuang atau tokoh Islam. Jargonnya itu 'Jumat Berkat. Jasmaniku kuat, berkarakter hebat'," kata Abdul.
Merawat Tradisi Jawa
Salah satu guru SDN Bangunharjo, Dwi Suparmiyati turut mengiyakan pendapat Abdul yang mengatakan kalau ziarah kubur bisa jadi media untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Lebih dari itu, kegiatan ziarah kubur juga sebagai upaya merawat tradisi masyarakat Jawa.
"Kita ketahui semua, ziarah kubur bagi masyarakat Jawa sudah menjadi sebuah tradisi. Tugas saya selaku guru sekaligus orang tua mengajak mereka (siswa-siswi) untuk merawatnya," ungkap Dwi.
Dwi lantas berharap kegiatan ziarah ke makam Mbah Depok ke depannya jadi agenda rutin. Selain karena jarak yang cukup dekat, kegiatan ziarah kubur menurut Dwi memiliki segudang pembelajaran bagi siswa-siswi di sekolah.
"Saya pikir sifat dan karakter religius siswa perlu ditingkatkan, salah satu caranya lewat ziarah kubur ini. Sebab kita tidak tahu, kapan diri kita dipanggil dan kembali ke sisi-Nya," tandas Dwi.
Wah, salut dengan upaya sekolah-sekolah di Semarang ini ya, Millens. Dalam belajar, mereka nggak melulu melakukan di kelas. Bagi mereka, belajar bisa dilakukan di mana saja, termasuk di makam para tokoh penting di Kota Semarang. (Fitroh Nurikhsan/E10)