BerandaTradisinesia
Rabu, 13 Jun 2023 08:00

Ajarkan Pendidikan Karakter, Siswa Diajak Ziarah Kubur

Beberapa sekolah di Kelurahan Kembangsari tengah berziarah ke makam Mbah Depok Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Di masyarakat Jawa, ziarah kubur telah menjadi sebuah tradisi. Lebih dari itu, sekolah-sekolah di Semarang juga menjadikan ziarah sebagai media pendidikan karakter bagi siswa-siswanya.

Inibaru.id - Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya".

Wejangan sang proklamator tersebut ternyata masih jadi pegangan beberapa sekolah tingkat dasar di wilayah Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Setiap satu bulan sekali, sekolah di wilayah itu rutin mengunjungi makam para pahlawan maupun tokoh Islam.

Di pagi hari yang cerah beberapa waktu lalu, gerombolan siswa dan guru dari SDN Pekunden, SDN Bangunharjo, dan SDN Kembangsari 01 dan 02 ramai-ramai jalan kaki mendatangi kompleks pemakaman Habib Toha bin Muhammad bin Yahya atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Depok.

Bagi warga Kota Lunpia, nama Mbah Depok tidaklah asing di telinga. Mbah Depok merupakan tokoh penyiar Islam sekaligus pahlawan yang memerangi para penjajahan di tanah Jawa.

"Sebelum tahlilal dan mendoakan Mbah Depok. Saya terlebih dahulu menyampaikan biografi beliau agar anak-anak tahu tentang jejak Mbah Depok di tanah Jawa," kata Kepala Sekolah SDN Pekunden, Abdul Khalik belum lama ini.

"Mbah Depok juga mewariskan keturunan-keturunan orang hebat salah satunya Habib Muhammad Luthfi bin Yahya," sambung lelaki murah senyum tersebut.

Upaya Menanamkan Pendidikan Karakter

Para siswa dan guru SD di Kelurahan Kembangsari duduk di halaman luar makam Mbah Depok Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Menurut lelaki yang akrab disapa Abdul itu kegiatan ziarah kubur merupakan upaya mengenalkan tokoh-tokoh pejuang di Kota Atlas, sekaligus sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.

"Tujuan utamanya agar siswa kami lebih menghargai para pahlawan. Dan mengingatkan mereka, kelak nanti kita semua akan meninggal. Maka hiduplah dengan baik serta bermanfaat bagi sesama," tambah lelaki berkaca mata tersebut.

Kegiatan berziarah ke makam para pejuang di Semarang bukan kali pertama ini bagi Abdul dan siswa-siswanya. Dia mengungkapkan sekolahnya bahkan cukup sering berziarah ke makam Sunan Pandanaran dan makam Sholeh Darat.

"Di setiap hari Jumat akhir bulan, sekolah kami memiliki agenda khusus untuk ziarah ke makam-makam pejuang atau tokoh Islam. Jargonnya itu 'Jumat Berkat. Jasmaniku kuat, berkarakter hebat'," kata Abdul.

Merawat Tradisi Jawa

Siswa-siswi SD di Kelurahan Kembangsari tengah berjalan menuju makam utama Mbah Depok Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Salah satu guru SDN Bangunharjo, Dwi Suparmiyati turut mengiyakan pendapat Abdul yang mengatakan kalau ziarah kubur bisa jadi media untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Lebih dari itu, kegiatan ziarah kubur juga sebagai upaya merawat tradisi masyarakat Jawa.

"Kita ketahui semua, ziarah kubur bagi masyarakat Jawa sudah menjadi sebuah tradisi. Tugas saya selaku guru sekaligus orang tua mengajak mereka (siswa-siswi) untuk merawatnya," ungkap Dwi.

Dwi lantas berharap kegiatan ziarah ke makam Mbah Depok ke depannya jadi agenda rutin. Selain karena jarak yang cukup dekat, kegiatan ziarah kubur menurut Dwi memiliki segudang pembelajaran bagi siswa-siswi di sekolah.

"Saya pikir sifat dan karakter religius siswa perlu ditingkatkan, salah satu caranya lewat ziarah kubur ini. Sebab kita tidak tahu, kapan diri kita dipanggil dan kembali ke sisi-Nya," tandas Dwi.

Wah, salut dengan upaya sekolah-sekolah di Semarang ini ya, Millens. Dalam belajar, mereka nggak melulu melakukan di kelas. Bagi mereka, belajar bisa dilakukan di mana saja, termasuk di makam para tokoh penting di Kota Semarang. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024