BerandaPasar Kreatif
Jumat, 25 Jun 2020 19:15

Sirup Parijotho, Manfaatkan 'Buah Kesuburan' yang Bertebaran di Lereng Muria

Tanaman parijata yang banyak ditemukan di lereng Gunung Muria. Buahnya yang berwarna merah muda dan ungu merupakan bahan utama pembuatan Sirup Parijotho. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Menyukai daerah teduh nan lembap dengan ketinggian 300-750 mdpl, 'buah kesuburan' ini mudah ditemukan di lereng Gunung Muria, Kudus. Parijata namanya. Kini, siapa pun bisa menikmati buah sepat-asam ini dalam bentuk sirup dengan jenama Sirup Parijotho.

Inibaru.id – Warna merah muda keunguan membuat buah ini disebut anggur Asia. Parijata namanya. Di Jawa, buah bercita rasa asam dan sepat ini banyak ditemukan di lereng Gunung Muria. Nggak hanya dikonsumsi sebagai buah segar, parijata juga dijadikan sirup oleh warga setempat.

Sirup Parijotho, begitulah sirup yang bisa kamu temukan di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, itu dilabeli. Adalah Sumarlan, sosok di balik pembuatan sirup dari buah yang diyakini dapat meningkatkan kesuburan alat reproduksi tersebut.

Sudah menjadi semacam mitos di Kudus, pasangan yang belum dikaruniai keturunan dalam waktu lama sebaiknya mengonsumsi parijata. Hal ini seperti diungkapkan Sumarlan. Keyakinan ini nggak lepas dari kisah Sunan Muria yang makamnya juga berada di Desa Colo.

“Parijoto, kan, memang kuat mitosnya. Dulu, Mbah Sunan Muria sudah berkeluarga, tapi belum juga diberi keturunan,” tutur Sumarlan kepada Inibaru.id di kediamannya, sekitar awal Juni 2020.

Konon, untuk memperoleh keturunan, Sunan Muria harus menunggu dalam waktu yang cukup lama. Singkat cerita, putra dari Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Umar Said itu mengonsumsi parijata yang banyak tumbuh di lereng Gunung Muria.

"Nggak lama (setelah makan parijata), beliau punya keturunan. Begitu mitosnya," terang Sumarlan.

Produk Sirup Parijotho produksi Argo Mulyo. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Namun, dia menambahkan, khasiat parijata sejatinya bukanlah sekadar mitos. Menurutnya, ada penelitian ilmiah yang mendukung mitos tersebut.

"Parijoto mengandung tannin, flavonoid, dan saponin, antioksidan yang mampu meningkatkan kesuburan," terangnya.

Di Desa Colo, Sumarlan memang dikenal sebagai satu orang yang "rajin" bereksperimen dengan buah bernama latin Medinilla speciosa ini. Di paguyuban, pegiat UMKM ini mungkin menjadi yang pertama membuat sirup dari parijata.

Nggak hanya dipasarkan di sekitar Kudus, sirup parijata buatan Sumarlan juga pernah mengikuti pameran di Singapura. Sirup itu bahkan sempat mengikuti uji laboratorium di sana.

Berdasarkan cerita Sumarlan, ihwal pembuatan sirup bermula ketika dirinya menemukan banyak sekali buah parijata yang terbuang. Di Kudus, parijata semula dijual dalam bentuk buah segar kepada para wisatawan yang banyak ke Makam Sunan Muria tiap akhir pekan.

“Kami lihat, setelah Minggu, banyak buah yang semula dijual ke peziarah tersisa dan terbuang sia-sia," kenang lelaki murah senyum tersebut. "Dari situlah kami memikirkan gimana cara mengolah parijata agar tahan lama, hingga terbesitlah Sirup Parijotho."

Bulan-bulan awal pembuatan sirup parijata, Sumarlan hanya memproduksi dalam jumlah kecil, itu pun untuk dibagikan ke teman-temannya. Ini dilakukannya untuk mendapatkan penilaian, saran, dan masukan dari mereka.

Respons Positif

Sumarlan, pemilik UMKM yang memproduksi Sirup Parijotho. (Inibaru.id/Rafida Azzundhani)

Setelah mendapat respons positif dari teman-temannya, Sumarlan pun mulai memberanikan diri untuk memasarkan sirup parijata bikinannya. Menurutnya, ketimbang bahan baku terbuang sia-sia, kenapa nggak dijadikan produk bernilai jual saja?

Sirup Parijotho bikinan Sumarlan yang diproduksi Argo Mulyo ini kemudian dijual dalam beberapa ukuran, yakni 100 ml, 250 ml, dan 300 ml. Kendati nggak memakai pengawet, dia mengaku produknya bisa tahan sampai sembilan bulan.

"Harganya berkisar antara Rp 35 ribu hingga 100 ribu, tergantung besanya botol," kata dia. Hm, lumayan mahal, ya?

Harga sirup yang mahal, imbuh Sumarlan, disebabkan oleh bahan bakunya, yakni buah parijata, yang harganya memang sudah cukup mahal. Kali pertama memproduksi sirup, dia bahkan mengaku begitu sulit memperoleh buah yang di Jawa diucapkan parijoto tersebut.

“Sulit (dapat parijata) sebanyak yang dibutuhkan,” ujarnya.

Solusinya, Sumarlan dan teman-temannya pun terjun langsung ke para petani. Mereka melakukan penyuluhan terkait potensi parijata dan gimana cara membudidayakan tanaman yang tumbuh optimal di daerah teduh nan lembap dengan ketinggian 300-750 mdpl tersebut.

Saat ini, Sumarlan mengaku senang karena sudah mulai banyak petani yang membudidayakan tanaman yang juga tumbuh secara alami di Kalimantan tersebut.

Angkat Potensi Lokal

Parijata merupakan tanaman Lereng Muria. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Selain untuk menambah pendapatan, Sumarlan dan kawan-kawan juga memiliki misi mengangkat potensi lokal di Kudus, salah satunya melalui kuliner khas, yakni parijata. Mereka berharap bisa mengenalkan sirup parijata sebagai minuman khas dari Gunung Muria.

“Kalau bisa, sirup ini dikenal sampai kancah nasional, bahkan internasional,” harapnya.

Oya, dalam sehari, Argo Mulyo bisa memproduksi sirup sekitar 50-100 botol dalam berbagai ukuran. Sementara, untuk penjualan, Sumarlan dan teman-teman mengaku bisa menjual 400 hingga 500 botol. Itu pun hanya di daerah Colo.

"Secara keseluruhan, mungkin bisa sampai 600 botol," terangnya.

Namun, penjualan itu, lanjutnya, menurun selama pandemi corona. Dia mengungkapkan, dalam bulan-bulan terakhir, Sirup Parijotho yang mampu dijual mereka mungkin sekitar 100 botol saja per minggu.

Untuk kamu yang tertarik menikmati asam sepat sirup parijata, silakan datang ke Desa Colo, ya. Atau, kamu juga bisa membelinya via daring, kok. (Rafida Azzundhani/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: