BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 16 Jul 2021 19:00

Sepi Selama Pandemi, Pedagang Barang Antik di Kota Lama Putar Otak untuk Cari Rezeki

Pasar barang antik di Kota Lama Semarang semakin sepi semenjak pandemi menyerang. (Inibaru.id/ Bayu N)

Pasar barang antik di gedung Galeri Industri Kreatif (GIK) Kota Lama Semarang itu kini makin sepi pengunjung semenjak pandemi melanda. Mereka bercerita, menjual tiga barang dalam seminggu saja sudah bersyukur.

Inibaru.id - Barang antik atau vintage hingga kini masih memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Namun, adanya pandemi yang menggoncang perekonomian mau nggak mau membuat orang lebih mengutamakan membeli kebutuhan pokok sehari-hari.

Inilah yang sekarang tengah menjadi kegusaran para anggota Antikan Kawasan Kota Lama Semarang (Asem Kawak). Sejumlah peraturan memaksa masyarakat untuk menghindari kerumunan demi mencegah penyebaran virus. Imbasnya, lapak dagang yang bertempat di gedung Galeri Industri Kreatif (GIK) Kota Lama Semarang itu perlahan mulai sepi pengunjung.

Toko-toko barang antik tampak sepi pengunjung. (Inibaru.id/ Bayu N)

Bahkan pada awal pandemi, Asem Kawak diharuskan tutup lapak selama hampir tiga bulan, lo.

"Makin ke sini makin sepi. Malahan, banyak juga yang datang cuma buat foto-foto,” ungkap Gondrong, salah satu pedagang yang menjual barang antik mulai dari koin kuno hingga foto lawas.

Nah, alih-alih menyerah, para pedagang yang terdaftar di kolektif yang beberapa kali berpindah lokasi dagang ini terus memutar otak untuk bisa menjual dagangannya. Salah satunya dengan berdagang secara daring.

Gondrong, salah satu pedagang barang antik di Asem Kawak mengaku mulai mencoba menjual dagangannya di <i>Facebook. </i>(Inibaru.id/ Bayu N)

Dengan bergabung dalam grup barang antik di Facebook, Gondrong mengaku mampu menjual beberapa dagangannya. Nggak cuma itu, beberapa relasinya di media sosial tersebut juga sering menanyakan ketersediaan barang tertentu padanya. Kendati bisa menjadi jalur dagang alternatif, keuntungan berdagang menggunakan media sosial masih kalah jauh dibandingkan berjualan di lapak secara langsung.

"Karena (Kota Lama) terkenal sebagai tempat wisata, dulu banyak orang luar kota juga mencari barang-barang antik di sini. Dagangan jadi gampang laris," ucapnya sambil tersenyum kecut.

Untuk meningkatkan penjualan, harga kaset pita di pasar barang antik diturunkan hingga Rp10.000. (Inibaru.id/ Bayu N)

Nggak cuma Gondrong, pedagang lain juga mengaku kesulitan menjual dagangannya. Strategi lain yang mereka pakai adalah banting harga. Tujuannya jelas; agar barang cepat laku.

Sayangnya, jauh panggang dari api. Meski harga sudah diturunkan, nyatanya penjualan barang masih tetap seret. Juli Hartono, bahkan mengaku hanya bisa menjual tiga barang dalam satu minggu.

“Bisa jual tiga barang dalam satu minggu saja sudah bersyukur. Lewat media sosial sama saja, untungnya tipis soalnya nggak bisa jual mahal dari harga modal," ungkapnya.

Terdapat berbagai barang antik yang dijual oleh pedagang di Asem Kawak, salah satunya uang lawas. (Inibaru.id/ Bayu N)

Saat saya berkunjung ke lapak Asem Kawak, tempat tersebut memang lengang. Di lajur kiri dan kanan, para pedagang tertunduk lesu, sementara di tengahnya pengunjung hanya berlalu lalang untuk berfoto ria.

Para pedagang barang antik di Asem Kawak ini merupakan protret sebagian lapisan masyarakat yang menolak menyerah dalam menghadapi pandemi. Bagi mereka, nggak masalah untung sedikit asalkan asap dapur tetap mengepul.

Eh, kapan kali terakhir kamu ke sini, Millens? (Bayu N/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024