BerandaPasar Kreatif
Senin, 17 Des 2017 08:40

Kesuksesan Riezka, Kesuksesan Es Pisang Ijo

Riezka Rahmatia (adasatu.com)

Berkali-kali gagal dalam bisnis. Riezka Rahmatia nggak menyerah untuk berbisnis. Bermodal awal Rp 150 ribu dan kerja keras, es pisang ijo mengantarkannya pada kesuksesan.

Inibaru.id - Berbagai jajanan kuliner kini merebak. Jenisnya pun beraneka ragam. Salah satunya adalah jajanan camilan khas Makassar, yaitu es Pisang Ijo.

Melalui bisnis camilan pisang ijo, Riezka Rahmatia kini meraih kesuksesannya. Dengan nama Justmine Pisang Ijo, gadis kelahiran 1986 tersebut kini memiliki lebih dari 300 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Hongkong, dan Korea. Omzetnya pun mencapai ratusan juga per bulan. Wah, hebat sekali, bukan?

Namun tentu saja semua kesuksesan tersebut nggak didapat Riezka dengan mudah. Dia pernah mengalami kegagalan demi kegagalan dalam berbisnis. Mulai dari berbisnis pulsa, penatu (laundri) hingga MLM pun pernah dia jalani namun semuanya kandas. Belajar dari pengalaman sebelumnya, perjuangan Riezka dalam menggeluti dunia bisnis akhirnya membuahkan hasil.

Berawal dari ketidaksengajaan, perempuan kelahiran Lombok itu menemukan konsep es pisang ijo yang dijualnya. Saat itu, dirinya sedang makan di rumah makan Makassar dan menemukan menu es pisang ijo sebagai dessert. Setelah mencoba dan menemukan bahwa rasa es pisang ijo enak terbetik keinginannya berjualan es itu.

Riezka memulai bisnis es pisang ijo pada tahun 2008 dengan modal Rp 150 ribu. Uang tersebut dia gunakan untuk membeli bahan baku membuat es pisang ijo. Dia mencari resep es pisang ijo yang paling cocok dengannya, termasuk belajar langsung dari pemilik restoran Makassar.

Baca juga:
Keripik Lebay ala Rini Lebay
Nurul Bikin Bisnis demi Banyak Orang

Setelah menemukan resep yang manjur, lulusan Universitas Padjajaran itu mulai berjualan dengan menggunakan etalase di pinggir jalan. Awal berjualan, Riezka hanya  mampu menjual lima porsi dengan keuntungan Rp 5 ribu. Namun dengan ketekunannya, usaha es pisang ijonya kian dikenal orang dan bisa sesukses sekarang.

Selain kerja keras dan ketekunan, kunci keberhasilan pemenang Ernest & Young Woman tahun 2012 itu adalah inovasi dan kreativitas mengembangkan makanan pisang ijo dalam berbagai aneka rasa. Dari pisang ijo tradisional Riezka mengembangkannya menjadi berbagai varian rasa, mulai dari cokelat, vanila, stroberi hingga durian.

Dipasarkan dengan harga Rp 6 ribu - Rp 7 ribu per porsi, es pisang ijo Justmine laris manis diserbu pembeli.

Oya, es pisang ijo Justmine juga tanpa bahan pengawet, lo. Jadi bahan bakunya hanya bisa dipakai pada hari itu saja. Jadi, kalau nggak habis, ya nggak bisa dipakai untuk hari berikutnya. Hmmm, wajar saja jika es pisang ijonya selalu enak dan disukai pembeli, karena bahan bakunya selalu baru.

Sempat dilarang berbisnis oleh orang tuanya, Riezka pun memulai berbagai terobosan. Dimulai dari membuat izin usaha di bawah bendera CV Eka Giga Pratama dengan produk Justmine Pisang ijo. Supaya pemasarannya lebih luas, dia pun mewaralabakan usahanya pada 2009.

Sistem waralaba ini menurutnya menjadi salah satu cara pemberdayaan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan tanpa harus repot memikirkan resep makanan dan proses pembuatannya. Riezka pun sukses memasarkan produknya ke berbagai pelosok Nusantara bahkan luar negeri tanpa dia harus berada di sana. Kini, dari ratusan gerai yang ada, lebih dari 30 gerai adalah miliknya sendiri.

Baca juga:
Menengok Kampung Keramik Balong di Blora
Ke Pariaman, Jangan Lupa Cokelat Adam

Eits, tapi untuk menjadi mitra bisnisnya nggak mudah. Riezka memiliki prosedur dan seleksi dalam memilih pewaralaba. Mitranya wajib punya jiwa entrepreneur. Dia juga harus mampu mengontrol dan mampu melaporkan hasil usahanya kepada manajemen. Kalau nggak sanggup, maka nggak akan terima sebagai mitra.

Nggak cukup sampai di situ saja, supaya bisnis es pisang ijo bisa berjalan mulus dan nggak kekurangan bahan baku, Riezka juga merambah sektor hulu dengan menanam bahan baku pisang di lahan seluas 1 hektare. Menguasai sektor hulu sampai hilir, wajar saja jika usaha ibu dua anak ini pun mampu meraup omzet hingga Rp 10 miliar dalam setahun. Luar biasa! (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024