BerandaPasar Kreatif
Kamis, 16 Jun 2021 08:00

Memikat Selera Orang Semarang dengan Bubur Ayam ala Mang Dede

Bubur yang dipenuhi berbagai topping menjadi ciri khas Bubur Ayam Mang Dede. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Bubur ayam bukanlah masakan istimewa di Kota Lunpia. Namun, kepiawaian Mang Dede melihat peluang dan berinovasi dalam menjalankan usaha bubur ayam membuatnya bertahan selama 15 tahun. Gimana lelaki asal Bandung itu memikat selera orang Semarang dengan bubur ayam?

Inibaru.id – Bertahan belasan tahun dan punya banyak pelanggan loyal tentu sudah cukup menjadi gambaran bahwa Bubur Ayam Mang Dede cukup memikat selera orang Semarang. Hampir tiap hari, kedai yang berada di Jalan Sompok, Lamper Kidul, Semarang Selatan, itu nggak pernah sepi antrean.

Konon, menaklukkan lidah orang Semarang adalah tantangan tersendiri. Di kalangan pengusaha, Semarang kerap menjadi ujian. Nggak sedikit bisnis kuliner yang ambruk nggak lama setelah didirikan. Namun, kalau bertahan, mereka percaya bakal lebih mudah mendirikan cabang di kota lain.

Nah, karena alasan inilah bisnis kuliner yang bertahan hingga belasan tahun atau lebih di Kota Lunpia biasanya sudah menjadi semacam "legenda". Terlepas dari adanya keberuntungan, masakan yang dijual biasanya dijamin enak, harganya pas, kualitasnya juga nggak diragukan lagi, seperti Bubur Ayam Mang Dede.

Memikat Selera Orang Semarang 

Mang Dede, sang istri, dan anaknya sedang meracik bubur ayam pesanan pelanggan. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Bubur ayam jumbo yang dibanderol Rp 20 ribu untuk porsi penuh ini memang selalu diminati pembeli tiap hari. Ade Ka’un, sang pemilik, juga kini tinggal menikmati hasilnya. Namun, kesuksesan itu tentu saja nggak terjadi begitu saja. Butuh strategi dan aksi coba-coba untuk hasil yang mumpuni seperti sekarang ini. Hm, apa saja ya tipsnya?

1. Ikuti Selera Pasar

Mang Dede, begitu pelanggannya biasa menyapa Ade Ka’un, mengungkapkan, hal pertama yang harus dilakukan saat membuka usaha, termasuk kuliner, adalah menyesuaikan dengan lingkungan tempat usaha itu didirikan.

“Seperti saya ini, kan berasal dari Bandung; di sana lebih dominan makanan asin, berbeda dengan di sini (Semarang) yang lebih suka yang manis-asin. Ya sudah, sesuaikan dengan lidah setempat,” kata dia.

2. Konsistensi Rasa

Setelah melakukan riset selera pasar, hal yang juga perlu diperhatikan adalah konsistensi rasa. Untuk mendapatkannya, Dede mengaku harus menggunakan bahan yang benar-benar dipilih dengan baik. Takarannya dan cara memasaknya pun harus tepat.

Dia kemudian mencontohkan pembuatan bubur yang merupakan inti dari dagangannya. Menurutnya, dalam membuat bubur, takaran beras dan airnya harus pas. Beras yang dipakai pun harus benar-benar dipilih yang bagus.

"Ada beras yang nggak begitu suka banyak air, ada yang sebaliknya," ungkap Dede. "Jadi, harus bisa menyesuaikan takaran beras dan air itu (agar hasilnya sesuai)."

3. Tampil Beda

Berbagai macam topping yang disediakan Mang Dede untuk bubur ayam yang dijualnya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Dalam penggunaan bahan dan bumbu, Dede mengaku nggak banyak bedanya dengan kebanyakan bubur ayam di Semarang. Namun, memang ada beberapa hal yang enggan diubah Dede, yang justru bakal menjadikan ciri khas kedai tersebut.

Lantaran mengklaim kedainya sebagai "bubur ayam khas Bandung", dia mengaku menyertakan bumbu ala orang Sunda. Berbeda dengan orang Jawa yang umumnya memasak bubur dengan menambahkan daun pandan sebagai pemberi aroma, orang Sunda menggunakan daun salam.

Menurut Dede, tampil beda memang diperlukan dalam bisnis kuliner. Selain aroma bubur, dia juga tampil beda dengan menyajikan porsi jumbo plus topping yang berlimpah. Namun, nggak sekadar banyak, penataannya juga harus dipertimbangkan.

“Penataan dan padu padan topping nggak bisa asal-asalan. Terus, harus rapi dan bersih (menatanya),” papar Dede.

4. Memperhatikan Detail

Kalau kamu berkunjung ke kedai Mang Dede, kamu bakal tahu apa yang disebut rapi dan bersih. Lelaki yang dalam bekerja dibantu istri dan kedua anaknya ini memang tampak sangat memperhatikan detail. Menurutnya, hal ini penting.

Pemilihan topping misalnya, dia mengaku sangat memperhatikan selera masyarakat. Cakwe yang biasanya menjadi bagian dari topping bubur ayam digantinya dengan tahu-ati-ampela dan ayam serundeng yang lebih menggugah selera.

Hal serupa juga berlaku saat memasak. Terkait hal ini, Dede teringat pada satu cerita. Suatu ketika, bubur ayamnya yang diduga mengandung pengawet, karena punya ketahanan hingga malam, dibawa ke sebuah laboratorium di salah satu RS di Semarang untuk dicek. Dugaan ini pun nggak terbukti.

Menurutnya, dalam memasak itu perlu memperhatikan detail. Memasak itu, lanjutnya, harus tanek, jangan asal matang.

"Kalau tanek bisa tahan lama dan nggak cepat basi,” pungkasnya.

Nah, itulah effort yang dilakukan Dede untuk memikat selera orang Semarang dengan bubur ayam buatannya. Tertarik mempraktikkannya, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: