BerandaPasar Kreatif
Kamis, 12 Sep 2018 17:19

Misi Dallank Art Boyolali: Menjaga Kualitas Gamelan Biar Tetap Berkelas di Mata Dunia

Gamelan karya Dallank Art. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Kendati keberadaannya kerap dilupakan di negeri sendiri, gamelan tetap menjadi salah satu alat musik kebanggaan Indonesia. Sayang, nggak banyak lagi yang kini masih membuat alat musik tersebut. Salah satu yang tersisa adalah Dallank Art, sentra gamelan yang berada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Inibaru.id – Perkembangan alat musik kontemporer memaksa alat-alat musik tradisional ikut berpacu merebut hati para pemusik. Sebagian memilih menyerah, sebagian lainnya bertransformasi menjadi lebih modern. 

Gamelan, perangkat alat musik pukul yang biasa mengiringi tari-tarian tradisional, juga mulai kehilangan peminat. Keberadaan alat musik itu lebih sering dianggap sebagai musik zadul yang nggak kekinian. Padahal, kalau kita kenal lebih dekat, gamelan adalah alat musik berkelas yang sangat diapresiasi di luar negeri.

Nah, buat kamu yang pengin lebih mengenal gamelan, jalan-jalanlah ke sentra gamelan bernama Dallank Art yang berada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Usaha pembuatan alat musik gamelan tersebut sudah berlangsung sejak lama. Kini, Dallank Art dimiliki Suwaldi, generasi ketiga.

Suwaldi dikenal cukup piawai membuat gamelan. Lelaki 59 tahun ini mewarisi “kedekatan” dengan gamelan dari sang kakek yang merupakan guru dalang di Keraton Surakarta. 

Sang kakek yang berprofesi sebagai dalang menumbuhkan minat Suwaldi terhadap kebudayaan. Dia pun juga memproduksi wayang. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Set Gamelan Lengkap

Berlokasi di Jalan Pengging-Banyudono, Dallank Art memproduksi pelbagai jenis alat musik gamelan, seperti bonang, gong, kenong, peking, gendang, dan lain-lain. Alat musik perunggu biasanya berbahan timah dan tembaga. Sementara, alat musik kayu dibuat dengan menggunakan kayu jati, mahoni, dan yang mendekati keduanya.

Pembuatan gamelan diawali dengan menyiapkan bahan. Untuk membuat alat musik perunggu, Dallank Art memakai timah dan tembaga dengan komposisi 3:10. Setelah itu, bahan-bahan dilebur di atas bara api. Bahan-bahan yang sudah dilebur kemudian ditempa dan dibentuk, kemudian baru disetem.

Satu set gamelan perunggu dengan kualitas standar dibanderol dengan harga Rp 350 juta. Sementara, gamelan berkualitas "super" dihargai Rp 450 juta. Oya, kalau kamu mau "mengecer" juga boleh. Misalnya, sebuah gong besar bisa kamu tebus dengan harga Rp 20 juta.

Proses pembuatan gamelan dari kayu. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Tembus Pasar Mancanegara

Dallank Art terus memproduksi alat musik gamelan tanpa menunggu pesanan. Jadi, kamu bisa langsung membawa pulang alat musik yang kamu inginkan.

Oya, gamelan produksi Dallank Art nggak hanya dijual di sekitar Kota Tersenyum, tapi juga telah menjangkau luar Jawa di antaranya Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Bahkan, gamelan ciptaan mereka juga sudah menembus pasar internasional, seperti Australia, Amerika, Jepang, dan Singapura. Keren, ya?

Gamelan hasil produksi Dallank Art. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Suwaldi mengatakan, kesuksesan itu diraih karena mereka selalu berupaya memproduksi gamelan dengan kualitas tinggi. Tentu saja hal tersebut berimbas pada harga gamelan yang mahal, yang pasti akan menyulitkan anak-anak yang pengin belajar gamelan.

"Pendidikan budaya nggak boleh ditinggalkan masyarakat, termasuk gamelan. Nah, biar nggak terasa mahal, sekolah-sekolah harus punya gamelan. Jadi, untuk belajar nggak harus mahal," ujarnya.

Suwaldi. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Suwaldi menambahkan, nggak masalah kalau anak muda menyukai musik asing, asalkan musik dan budaya sendiri nggak ditinggalkan.

“Tolong kesenian bangsa ini dilestarikan, di wilayah mana pun!” pungkasnya.

Betul, nih, kata Pak Suwaldi. Kita jaga bareng-bareng biar budaya yang kita miliki tetap lestari, yuk, Millens! (Ayu S Irawati/E03)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024