BerandaPasar Kreatif
Minggu, 12 Nov 2022 11:40

Kenapa Perusahaan Sepatu Ramai-Ramai Bikin Pabrik di Jateng?

Sebanyak tiga perusahaan sepatu di Serang, Banten disebut akan merelokasi pabriknya ke beberapa daerah ke Jawa Tengah tahun depan. (Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Ada banyak pabrik sepatu di Jateng. Hal itu pastinya menyedot banyak tenaga kerja asal Jateng. Apa alasan mereka ramai-ramai bikin pabrik di Jateng ya?

Inibaru.id - Sekitar lima tahun terakhir, Jawa Tengah gencar membangun kawasan industri dan membuka peluang investasi dari berbagai negara. Salah satu yang jelas terlihat adalah industri sepatu. Seperti yang kita tahu, di Jateng ada banyak sekali pabrik sepatu, kan?

Salah satunya adalah perusahaan manufaktur asal Korea Selatan, PT Hwa Seung Indonesia (HWI) 1 yang ada di Desa Bayuputih, Kalinyamatan, Jepara. Ada juga PT HWI 2 ada di Desa Ketitang Wetan dan Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Pati.

Selain PT HWI yang memproduksi sepatu Adidas itu, masih banyak perusahaan sepatu lainnya yang memiliki pabrik produksi di Jawa Tengah. Sebut saja PT Parkland World Indonesia di Jepara, PT Ara Shoes Indonesia di Semarang, PT Tensindo di Semarang, Vin Shoes di Semarang dan masih banyak lagi.

Kabar terbaru, sebanyak tiga perusahaan sepatu di Serang, Banten disebut akan merelokasi pabriknya ke beberapa daerah ke Jawa Tengah tahun depan. Kepala Disnakertrans Banten Septo Kalnadi menyebutkan tiga perusahaan tersebut yaitu PT Nikomas Gemilang, PT KMK Global Sport dan PT Parkland World Indonesia (PWI).

"Nikomas ke Pekalongan, KMK ke Salatiga dan Temanggung, PWI 1 dan 2 di Pati. Industri besar, padat karya. Nikomas aja sekarang 54 ribu (karyawan) di dalam, kalau sudah hengkang kita nggak tahu disisakan berapa (pegawai) disini," kata Septo, Kamis (10/11), dilansir dari Cnnindonesia, Sabtu (12/11/2022).

Ramai-Ramai ke Jawa Tengah

Banyak perusahaan besar yang mendirikan pabrik satelit di Jateng karena UMK yang kompetitif. (EPA)

Banyaknya perusahaan sepatu yang mendirikan pabrik di Jawa Tengah bukannya tanpa alasan, Millens. Kamu mungkin sudah mengetahui sebabnya. Ya, alasan utama perusahaan alas kaki mendirikan pabrik di Jateng adalah upah karyawan yang rendah.

Hal tersebut dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri. Menurutnya, perusahaan memilih pindah ke Jateng karena upah minimum provinsi (UMP) di wilayah tersebut paling murah se-Indonesia.

Relokasi produksi ini sebenarnya sudah lama dan dilakukan secara bertahap. Para pengusaha melakukan langkah ini karena pertumbuhan ekonomi tinggi sejak beberapa tahun terakhir, sementara permintaan ekspor dari negara mitra dagang turun akibat perang Rusia-Ukraina.

"Jadi hampir semua pabrik yang ada di daerah dengan UMK tinggi sudah memiliki pabrik satelit di daerah dengan UMK yang kompetitif," tegasnya Firman.

SDM Jateng Harus Beradaptasi

Perusahaan perlu memberi pelatihan keterampilan untuk SDM di Jateng agar bisa beradaptasi dengan kultur perusahaan. (Reuters)

Banyaknya lowongan pekerjaan di Jateng sebagai dampak positif adanya pabrik-pabrik sepatu tentunya harus diimbangi dengan SDM yang memadahi.

Sayangnya, Jawa Tengah masih minim tenaga kerja terampil. Perusahaan masih perlu memberi pelatihan keterampilan hingga melatih untuk beradaptasi dengan kultur perusahaan.

“Tetapi, terlepas dari tantangan itu, anggota-anggota kita (Aprisindo) masih melihat tidak ada cara lain untuk bisa survive selain efisiensi. Salah satu efisiensi yang paling bisa diraih adalah relokasi mencari beban SDM yang lebih kompetitif," terang Firman dalam Bisnis (14/11/2019).

Menurutmu, hadirnya pabrik alas kaki di Jateng bisa membuat kesejahteraan warganya semakin meningkat nggak, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024