BerandaPasar Kreatif
Rabu, 26 Nov 2024 16:45

Belajar Jadi Petani Melon Hidroponik di Guanjun Farm Kudus

Pengelola Guanjun Farm Kudus M Unggul Tri Budiharjo menunjukan salah satu varietas melon yang ditanamnya. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sembari membeli buah berkualitas premium, kamu juga bisa belajar menjadi petani melon hidroponik di Guanjun Farm.

Inibaru.id – Hari masih cukup pagi, tapi Unggul tampak sudah sibuk dengan kebun melon miliknya. Dengan penuh perhatian, pemilik Guanjun Farm, green house sekaligus agrowisata buah yang belakangan cukup populer di Kudus, ini memeriksa satu per satu tanaman yang dibesarkan dengan teknik hidroponik tersebut.

“Merawat melon itu penuh tantangan,” ujar lelaki bernama lengkap M Unggul Tri Budiharjo itu kepada Inibaru.id belum lama ini. “Mulai dari bibit hingga panen, semuanya harus dipantau agar hasilnya maksimal.”

Unggul memang harus bertani sejak pagi karena kebun yang dikelolanya cukup luas. Secara keseluruhan, dia memiliki empat green house berkapasitas masing-masing 2.000 tanaman. Semuanya dipusatkan di Desa Besito, Kecamatan Gebog.

"Tiap tanaman harus diperiksa satu per satu. Saat panen, setiap unit bisa menghasilkan sekitar dua ton melon," terang lelaki 28 tahun itu sembari menunjukkan melon yang menurutnya menjadi salah satu varietas premium paling banyak dicari di Indonesia.

Melon Kualitas Premium

Unggul memiliki empat green house hidroponik berkapasitas sekitar 2.000 tanaman per unit. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Unggul mengaku hanya menanam melon berkualitas premium di kebunnya. Ada empat varietas melon yang dia tanam, antara lain Fujisawa dari Jepang, Sweetnet dari Thailand, Kingshow dari Korsel, dan Adinda dari Indonesia.

“Setiap varietas memiliki karakteristik yang unik, dengan rasa manis yang luar biasa,” tuturnya berpromosi.

Varietas Fujisawa berkulit hijau dengan daging warna oranye yang bertekstur lembut. Menurut Unggul, varian ini punya rasa manis yang stabil. Sementara, Sweetnet yang memiliki kandungan air tinggi dicari karena terasa menyegarkan saat digigit, cocok untuk cuaca tropis di Indonesia.

"Nah, yang ketiga ada Kingshow," kata Unggul sambil menunjukkan melon yang dimaksud, "Rasa manisnya khas dan kulitnya tebal, bikin durasi simpan lebih lama. Ini menjadi kebanggaan Guanjun Farm bersama Adinda yang kualitasnya nggak kalah saing dengan buatan mancanegara."

Lebih Manis dari Melon Biasa

Unggul merasa percaya diri dengan buah melon hasil budi dayanya di Guanjun Farm. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Unggul berani menjamin, produk-produk melon yang dihasilkan Guanjun Farm nggak akan mengecewakan konsumen karena telah dirawat sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan buah dengan tingkat kemanisan mencapai angka 13, jauh lebih tinggi dibanding melon kebanyakan yang berkisar di angka 8-9.

“Kami pastikan semua buah di sini grade A. Kami jual Rp40 ribu per kilogram dan banyak sekali pengunjung yang beli untuk oleh-oleh sepulang dari sini," lontarnya diiringi senyum puas.

Oya, selain menjadi tempat budi daya, Guanjun Farm juga merupakan agrowisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Saat panen tiba, Unggul menawarkan sejumlah paket wisata edukasi yang harganya terbilang ramah di kantong.

"Kami coba tawarkan pengalaman unik berkeliling kebun, mencicipi buah melon, sekaligus belajar tentang pertanian hidroponik. Semua paket dapat cash back 5 persen untuk pembelian melon. Bahkan, untuk beberapa paket, kami juga akan ajak pengunjung menanam dan memetik selada." kata dia.

Rekreasi, Edukasi, dan Teknologi

Selain kebun budi daya melon hidroponik, pada musim panen Guanjun Farm juga menawarkan paket wisata edukasi dengan harga terjangkau. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sejak awal, Unggul memang pengin mengonsep Guanjun Farm sebagai agrowisata edukasi, rekreasi, dan teknologi. Ada empat paket yang ditawarkan ditawarkannya, dengan kisaran harga mulai dari Rp30 ribu yang termurah hingga Rp45 ribu untuk paket paling lengkap.

"Untuk paket ekonomis, pengunjung akan kami ajak berkeliling kebun melon sambil menikmati melon segar, lalu mendapatkan cash back sebesar 5 persen untuk pembelian melon," paparnya.

Sementara untuk paket terlengkap, selain berkeliling kebun melon, pengunjung juga bakal diajak ke kebun selada untuk belajar menanam dan memanen. Selada yang dipanen boleh dibawa pulang. Selain itu, pengunjung juga dapat oleh-oleh berupa media tanam.

"Setiap paket kami rancang untuk memberikan edukasi yang menyenangkan terkait budi daya melon dan selada bagi pengunjung, Sejauh ini, yang ikut dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga keluarga," akunya.

Fokus pada Teknologi Modern 

Ada empat varietas melon yang dikembangkan Unggul di Guanjun Farm Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sejak awal mendirikan Guanjun Farm, Unggul memang telah memilih untuk fokus mengembangkan pertanian modern yang memanfaatkan teknologi mutahir, ternasuk di dalamnya menggunakan teknik hidroponik dan green house. Tujuannya, untuk menunjukkan bahwa petani lokal juga bisa bersaing di kancah nasional.

“Kami ingin punya produk yang berkualitas, untuk menunjukkan bahwa kita juga pantas bersaing di pasar nasional, bahkan mancanegara,” serunya, optimistis.

Lalu, dengan menawarkan wisata edukasi kepada masyarakat, dia berharap para pengunjung nantinya bisa belajar secara langsung sekaligus memahami bahwa teknologi bisa meningkatkan kualitas panen, yang berdampak positif pada perekonomian petani lokal.

“Kami ingin masyarakat memahami bahwa bertani dengan teknologi akan meningkatkan hasil. MIsi utamanya lebih dari peningkatan produksi, tapi gimana agar hasil bumi kita bisa dikenal luas di pasar internasional," tandasnya.

Misi yang menarik! Untuk kamu yang pengin belajar lebih jauh, silakan kunjungi Guanjun Farm pada musim panen. Mereka buka setiap hari antara pukul 08.00–17.00 WIBm ya! (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Asal Nama Kecamatan Wedi di Klaten, Terkait dengan Pasir atau Rasa Takut?

18 Nov 2024

MOGO, Tempat Aman Berbagi Cerita bagi Para Korban PHK

18 Nov 2024

Kisah Sebuah Desa Di Jepang yang Merayakan Kelahiran Bayi untuk Kali Pertama dalam 52 Tahun

18 Nov 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Memilih Perjanjian Pranikah?

18 Nov 2024

Latar Jembar, Upaya Seniman Demak Kenalkan Kembali Dolanan Anak

18 Nov 2024

Bangga, 30 Budaya Jawa Tengah Raih Status Warisan Budaya Takbenda Indonesia

18 Nov 2024

Polda Jateng Grebek Tambang Ilegal di Klaten, Modusnya Konsumen Datang ke Lokasi

19 Nov 2024

Dua Sisi Fenomena Ulat Pohon Jati di Gunungkidul, Ditakuti Sekaligus Dinanti

19 Nov 2024

Menguak Sejarah Penggunaan Karpet Merah untuk Acara Penyambutan Resmi

19 Nov 2024

Dua Desa Indonesia Dinobatkan Jadi Desa Wisata Terbaik di Dunia 2024

19 Nov 2024

Sapa Masyarakat Jepara, Lestari Moerdijat Bahas Demokrasi dan Ratu Kalinyamat

19 Nov 2024

Pneumonia Masih Menjadi 'Pembunuh Senyap' bagi Anak-Anak

19 Nov 2024

Baru Kali Ini, Indonesia akan Gelar Pilkada Langsung Serentak

19 Nov 2024

Ugly Fruits dan Potensi Tersembunyi di Balik Buah Berpenampilan 'Jelek'

19 Nov 2024

Begini Dampak PPN 12 Persen yang Bakal Berlaku 2025

19 Nov 2024

Lestari Moerdijat: Aspirasi Masyarakat adalah Bahan Bakar untuk Kebijakan yang Inklusif

19 Nov 2024

Mencicipi Rasa Legendaris yang Disajikan di Warung Mi Lethek Mbah Jumal

20 Nov 2024

Nggak Ada Perayaan Tahun Baru di Shibuya, Tokyo, Jepang

20 Nov 2024

Petani Milenial, Berhasilkah Bikin Anak Muda Berkarier Jadi Petani?

20 Nov 2024

Mau Pertama atau Berkali-kali, Pengalaman Nonton Timnas Indonesia di GBK Membekas Abadi

20 Nov 2024