Inibaru.id – Di Indonesia, ada banyak aliran Islam yang dianut warga. Salah satu yang menarik adalah aliran penganut penanggalan Alif Rebo Wage atau yang lebih dikenal sebagai Aboge. Nah, penganut Aboge di Dusun Binangun, Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, punya tradisi Lebran yang menarik bernama Selametan Tedun Bada
Asal kamu tahu saja, hampir separuh warga Dusun Binangun adalah penganut Aboge, penanggalan yang dipakai untuk menentukan awal puasa dan Idulfitri dengan memakai perhitungan Kalender Jawa. Makanya, terkadang perhitungan mereka sedikit berbeda dengan penentuan awal puasa dan Idulfitri pemerintah.
Baca Juga:
Aboge, Saka Tunggal, dan Kidung JawaBaca Juga:
"Bada Perlon", Iduladha Khas Anak PutuUntuk awal puasa 2025 ini saja, penganut Aboge baru melakukannya pada Minggu (2/3/2025), satu hari lebih lambat dari yang ditentukan oleh pemerintah.
“Nama Aboge berasal dari istilah ‘tahun alif, tanggal 1 bulan Sura, dan harinya Rebo Wage’. Nah, perhitungan awal puasa ataupun 1 Sawal ditentukan lewat kalender ini,” ungkap salah seorang sesepuh penganut Aboge di Dusun Binangun bernama Sarno Kusnandar sebagaimana dilansir dari Tribunnews, Minggu (23/4/2023).
Nah, berdasarkan kalender itulah, malam sebelum Lebaran disebut penganut Aboge sebagai Malem Riyadi. Pada malam tersebut, warga sudah berkumpul di Masjid Al Huda yang ada di Dusun Binangun untuk melakukan doa bersama.
Pada pagi saat Lebaran, layaknya umat Islam pada umumnya, mereka melakukan salat Id. Tapi, setelah melakukannya, mereka kembali ke rumah untuk mengambil nasi golong separo atau kenong, nasi yang dibentuk setengah lingkaran yang sudah dilengkapi dengan aneka sayur dan lauk-pauk.
Kembali ke masjid, masyarakat berkumpul untuk melakukan doa bersama. Setelah itu, warga pun menyantap nasi golong separo tersebut sembari mengobrol. Usai acara makan-makan, warga Dusun Binangun kemudian saling bersalaman dan bermaaf-maafan dengan iringan selawat.
“Tradisi ini memang harus dipertahankan warga Dusun Binangun karena bisa jadi ajang saling bersilaturahmi, khususnya di hari yang fitri ini. Apalagi, yang ikut saling bermaaf-maafan nggak hanya penganut Aboge, melainkan juga warga lainnya juga,” ungkap Lurah Mudal, Saliman, yang juga mengikuti tradisi tersebut.
Yap, Idulfitri memang bisa jadi momentum yang pas untuk terus menjaga kerukunan warga. Apalagi jika dilakukan dengan tradisi yang unik seperti tradisi Selametan Tedun Bada ini. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)