BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 9 Mar 2018 12:55

Aneka Keripik Sayur dari Kebumen

Keripik Pare (rkb.id)

Kamu sudah pernah mencoba keripik sayur? Nggak hanya memiliki rasa yang enak, keripik sayur juga menyehatkan. Cocok buat kamu yang ingin menikmati sayur dengan cara yang berbeda.

Inibaru.id – Kamu penyuka sayuran? Atau malah  sebaliknya, termasuk orang yang nggak suka makan sayuran?

Seperti yang kamu tahu, Indonesia memiliki keanekaragaman sayuran. Namun sayang, meski mempunyai kandungan gizi yang tinggi, banyak juga orang yang kurang atau nggak suka mengonsumsi sayur-sayuran dengan alasan yang beragam. Nah, salah satu alternatifnya adalah dengan mengolahnya menjadi makanan yang nikmat namun tetap bergizi yaitu sebagai keripik sayur.

Menjadi salah satu makanan ringan yang banyak digemari, biasanya keripik akan dijadikan sebagai camilan untuk dinikmati pada segala suasana. Umumnya varian keripik yang ada di pasaran hanya keripik singkong atau keripik kentang. Namun di tangan Sri Watini, ada beberapa sayuran yang bisa diolah menjadi keripik.

Oleh warga Desa Mertasari, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah itu, sayuran yang biasanya hanya dimasak untuk konsumsi sehari-hari bisa dijadikan keripik. Pare yang pahit berhasil diolah menjadi keripik yang gurih dan nikmat. Wah, inovatif ya?

Baca juga:
Dari Bahan Baku Bekas, Industri Kuningan Juwana Suguhkan Beragam Karya
Kampung Gerabah Kebumen yang Enggan Punah

Mengutip suaramerdeka.com (5/3/2018), perempuan yang awalnya membuka usaha roti sejak tahun 2010 itu menemukan ide membuat keripik sayur secara nggak sengaja. Ya, semuanya berawal setelah dia menikmati camilan keripik pare pada sebuah acara hajatan di desa tetangga. Sepulang dari hajatan, dia lalu mencoba untuk membuat keripik pare.

Supaya pare nggak pahit saat dibuat keripik, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Selain itu juga harus memilih jenis pare tertentu yang nggak terlalu pahit.

Setelah berhasil membuat keripik pare, sedikit demi sedikit kerpik pare buatannya mulai disukai banyak orang. Hal tersebut lantas membuat Sri pada 2012 memutuskan untuk membuatnya dalam jumlah banyak.

Keripik pare produksi Sri memiliki beberapa varian rasa yaitu original, balado, dan jagung manis. Untuk membuat keripik pare, dalam satu hari dia paling nggak membutuhkan sekitar 40-50 kilogram pare. Namun ketika diolah menjadi keripik, pare tersebut akan menyusut menjadi sekitar 20 kilogram.

Meski demikian, harganya masih terjangkau. Sebungkus keripik pare seberat 125 gram dia hargai sekitar Rp 12 ribu.

Mengusung merek Putra Roti, nggak hanya keripik pare saja yang dibuatnya. Karena banyak permintaan keripik sayur, Sri juga mulai membuat inovasi dengan membuat keripik sayur lainnya. Selain pare, dia juga membuat keripik terong, keripik daun bayam, dan daun kangkung.

Para pembeli semakin antusias. Hal ini membuat pemasarannya otomatis juga bertambah. Belum cukup puas dengan hasil yang dicapai, Sri kembali mencoba membuat varian keripik baru yaitu keripik pegagan.

"Kini saya mulai membuat keripik pegagan yang ternyata juga diminati. Katanya ada yang memanfaatkannya sebagai obat alami atau herbal," katanya.

Harga untuk varian keripik lainnya nggak jauh berbeda. Ada yang per bungkusnya Rp 9 ribu hingga 15 ribu. Adapun untuk keripik pegagan harganya lebih mahal. Ini lantaran ketersediaan bahan bakunya yang nggak banyak. Karena itu, terkadang dia kehabisan stok bahan baku.

Baca juga:
Pamor Kampoeng Lampion hingga ke Negara Pizza
Cokelat Tempe, Kreasi Unik dari Boyolali

Lalu dimanakah bisa mendapat keripik sayur buatannya? Untuk wilayah Banjarnegara, kamu bisa mendapatkannya di Kios Oleh-oleh Kidul Alun-alun. Selain itu, keripiknya juga telah dipasarkan ke luar kota seperti Purwokerto, Surabaya hingga Jabotabek. Tapi kalau kamu kesulitan untuk menemukannya, kamu bisa membelinya secara online.

Kini, melalui usahanya tersebut dia sudah bisa membuka lapangan pekerjaan untuk beberapa tetangganya. Menjelang Lebaran, biasanya jumlahnya akan bertambah. Sebab akan ada banyak pesanan sehingga pekerja yang dibutuhkan juga semakin banyak. (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024