Inibaru.id – Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah terkenal banget dengan bandengnya. Oleh-oleh legendaris itu bahkan nggak hanya dijual di daerah Pati. Nah, selain bandeng, Juwana ternyata juga dikenal karena produk kuningan, lo.
Meskipun termasuk sebagai kerajinan, sebagian masyarakat merasa bahwa produk olahan kuningan di Juwana ini lebih tepat disebut sebagai industri. Di Juwana, pengecoran kuningan dilakukan secara massal dengan membuat peralatan bantu terlebih dahulu. Seperti ditulis laman patinews.com, peralatan itulah yang akan memudahkan produksi kuningan.
Hasil produksi kuningan Juwana dijual hingga ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri. Penjualan ini biasanya juga dibantu oleh pemborong dari Jakarta dan Bali yang akan menjual kembali produk kuningan tersebut sebagai barang ekspor. Karena itu, banyak produk yang dibuat berdasarkan pesanan.
Baca juga:
Kampung Gerabah Kebumen yang Enggan Punah
Aneka Keripik Sayur dari Kebumen
Yang unik, bahan baku yang digunakan adalah bahan baku bekas, lo. Alhasil, harganya pun murah dan bahannya mudah diperoleh. Bahan tersebut didaur ulang menjadi beragam produk. Mereka membuat suku cadang kompor gas, meteran air, keran air, gagang pintu, lampu hias, patung, miniatur, dan lain-lain. Harga jualnya pun murah, mulai Rp 3.000 hingga ratusan ribu rupiah.
Variatif sekali, ya? Mengutip ulinulin.com (3/10/2017), pengembangan produksi seperti ini didorong oleh kemauan warga setempat untuk mengembangkan usaha sebagai pengrajin kuningan. Apalagi, bahan baku yang tersedia cukup murah dan produk yang dihasilkan memiliki pangsa pasar yang luas.
Nah, kepiawaian warga dalam melebur kuningan ini diwariskan dari sosok yang dikenal sebagai Mbah Rewok. Mbah Rewok adalah seorang pekerja pembuatan jalan pantura yang diinisiasi oleh Daendels pada masa kolonialisme Belanda. Makam Mbah Rewok berada di Desa Pajeksan, Kecamatan Juwana.
Tapi, sayang sekali nih Millens, industri kuningan yang sempat berjaya tahun 1990-1995 itu turut mengalami kelesuan akibat kondisi ekonomi yang sulit. Mengutip murianews.com (6/2/2017), pasar menuntut harga yang murah, padahal total biaya produksi meningkat. Akibatnya, sejumlah industri kuningan pun tutup. Padahal, dulu jumlah pengusaha bisa mencapai 600 orang.
Baca juga:
Pamor Kampoeng Lampion hingga ke Negara Pizza
Melongok Sentra Pembuatan Gamelan di Sukoharjo
“Saya kurang begitu tahu jumlah yang pasti. Tetapi kalau ditaksir, masih ada sekitar seratus pengusaha yang masih tetap bertahan,” kata Sutrisno, Ketua Klaster Kuningan Juwana.
Karena itulah, saat ini banyak pengrajin yang juga merintis penjualan melalui daring untuk memudahkan transaksi. Dengan adanya laman resmi dari penjual, pembeli nggak harus datang langsung ke Juwana untuk melakukan pemesanan. Praktis, kan?
Nah, kalau Millens ingin melihat langsung barang-barang produksi dari kuningan, jangan lupa mampir ke sentra produksi kuningan Juwana, ya. (AYU/SA)