BerandaKulinary
Minggu, 6 Feb 2021 07:00

Tempe Gembus, Penganan Kaya Sejarah dengan Kasta Gizi Terendah

Tempe gembus, sering dianggap berkasta lebih rendah dari tempe kedelai. (Wikipedia/Wibowo Djatmiko)

Gembus kerap disandingkan dengan tempe. Namun, berkebalikan dengan tempe yang senantiasa menempati level gizi teratas, penganan kaya sejarah ini justru sering disebut sebagai bahan makanan nggak berfaedah lantaran dianggap menempati kasta gizi terendah.

Inibaru.id – Dibandingkan dengan tempe kedelai, pamor tempe gembus memang kalah segala-galanya. Namun, tempe gembus juga memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai makanan masyarakat kecil, khususnya pada masa penjajahan yang berlangsung cukup lama di Nusantara.

Tempe diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12, yang tertuang dalam serat Sri Tanjung. Dalam karya sastra Jawa Pertengahan berbentuk kidung itu disebutkan bahwa tempe berasal dari kawasan Yogyakarta. Ini dipertegas dengan disebutkannya nama tempe dalam Serat Centhini.

Kendati manuskrip ini dibuat pada abad ke-19, latar belakang kisah tentang tempe berasal dari abad ke-16. Ada dugaan bahwa nama tempe bahkan diambil dari bahasa Jawa Kuno tumpi. Arti dari kata ini adalah makanan dengan warna putih.

Dari beragam jenis tempe yang bisa kita temukan di pasaran, tempe gembus jarang dijadikan pilihan utama. Meski sama-sama terbuat dari kedelai, harga tempe gembus biasanya lebih murah dari tempe atau tahu. Ya, harganya memang lebih murah, karena berbahan ampas pembuatan tahu.

Jika tahu terbuat dari sari kedelai yang dipadatkan, gembus adalah ampas kedelai yang sejatinya lebih sering dipakai sebagai pakan ternak. Maka, sudah pasti harganya lebih terjangkau. Tekstur gembus lebih empuk ketimbang tempe.

Kelangkaan Pangan

Tempe gembus dan tempe kedelai adalah makanan merakyat di Indonesia. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Dalam belantika kuliner di Indonesia, tempe adalah salah satu bahan makanan yang begitu mendarah daging. Murah, mudah didapatkan, dan bergizi tinggi. Namun, rupanya ada satu masa ketika harga tempe nggak terjangkau bagi masyarakat di negeri ini.

Konon, inilah ihwal mula tempe gembus dibuat. Sejarah mencatat, masyarakat Indonesia mulai mengenal gembus para 1943. Kala itu, negeri ini tengah mengalami krisis bahan pangan, sehingga masyarakat pun memaksimalkan bahan apa pun yang bisa dikonsumsi.

Tanpa tempe gembus, mungkin krisis bahan pangan di Tanah Air kian parah dan kelaparan semakin mendera negeri ini. Namun, rupanya kebiasaan mengonsumsi gembus nggak bisa dihilangkan meski kondisi ekonomi di Tanah Air sudah membaik. Gembus pun menjadi bagian dari kuliner di Indonesia.

Dari segi rasa, gembus nggak jauh berbeda dengan tempe. Cara mengolahnya pun nggak jauh berbeda. Namun, namanya juga ampas, dari segi gizi tentu saja nggak bisa disamakan. Bahkan, ibarat tempe berada di level tertinggi, gembus mungkin menempati kasta terendah untuk urusan gizi.

Eits, tapi tunggu dulu! Dibanding tempe, kandungan protein pada gembus jelas kalah telak. Namun, gembus juga rendah lemak dan rupanya memiliki kadar serat yang cukup tinggi. Kamu juga bisa menemukan asam lemak esensial dan isoflavon di dalamnya.

Selain menjadi campuran lodeh, atau tumisan, tempe gembus juga bisa digoreng dengan terlebih dulu dibalut tepung. Kamu pernah mengonsumsinya, Millens? (Kum/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024