BerandaKulinary
Sabtu, 29 Nov 2019 19:30

Pecahkan Dingin Malam di Gunungpati dengan Teh Hangat Asli Gunung Slamet

Segelas teh tubruk gunung Slamet ini cocok banget diseruput di tengah dinginnya malam. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Teh seduh tentu memiliki cita rasa yang nggak tergantikan. Seperti teh tubruk gunung Slamet yang satu ini. Terasa lebih istimewa karena bahan dan proses pembuatannya. Penasaran?

Inibaru.id - Malam itu Patemon lebih dingin dari biasanya. Badan yang sedang terserang flu bikin saya sedikit menggigil. Saya  menepikan kendaraan di gang kecil sekitaran Universitas Negeri Semarang. Adalah Kedai Serah yang menyediakan berbagai minuman kopi dan non-kopi.

Salah satu yang nggak bisa ditemukan di tempat lain adalah teh tubruk Gunung Slamet. Salah satu pemilik kedai kecil ini, Puspita mengatakan bahwa teh ini dipetik dari lereng Slamet. “Tepatnya di Pemalang,” sambungnya.

Saya masih bisa melihat satu pucuk teh dengan 2 hingga 3 cabang yang masih menempel dengan daunnya. Benar-benar teh utuh! Puspita bilang, tehnya ini adalah teh pilihan karena dari pucuk teh asli. “Biasanya di pasaran bentuknya kan udah halus. Itu bukan pucuk teh, tapi teh kualitas jelek,” katanya mengejutkan saya.

Hampir segenggam teh ia masukkan ke gelas besar disusul dengan air panas yang baru dia angkat dari panci. Uap air panas yang baru saja dia tuangkan memecah dingin di Gunungpati malam itu.

Puspita menambahkan banyak teh, bikin rasanya pekat banget. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Puspita lantas menambahkan gula aren. Namun jika kamu ingin pakai gula pasir juga bisa lo. Perlahan daun teh kering yang diseduh mengambang, warna air di dalam gelas semakin lama semakin pekat.

Pahit dan Smokey

Angin musim kemarau terasa lebih dingin di Patemon, saya lantas menyeruput teh yang sudah berwarna pekat. Beberapa teh yang mengambang di atas memang terasa agak menganggu, tapi nggak masalah. Teh hangat melesat dari mulut melewati kerongkongan dan berakhir di lambung. Ah seketika badan saya yang kedinginan terasa membaik.

“Gimana?" Tanya Puspita yang terus mengajak saya mengobrol. Rasanya jauh beda dengan teh biasa, Millens! Rasanya cenderung pahit dengan sedikit sepat, namun nggak sesepat produksi Tegal itu ya. Yang paling mencolok adalah aroma smokey yang begitu kental. Meski rasanya cenderung pahit, tapi gula aren sedikit menetralisasinya.

Yang bikin istimewa, teh ini dibuat sendiri oleh nenek Puspita di kampung halamannya. “Di-roasting sendiri pakai tangan sama nenek,“ katanya bikin saya seketika kangen rumah. Menurutnya, teh di kedainya dan di pasaran punya perbedaan yang dominan. Itu karena bahan dan prosesnya memang berbeda.

Segelas teh ini bisa kamu tebus dengan Rp 5 ribu rupiah saja, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

 

Kedai Serah

Alamat                             : Jl. Cempakasari 2, Semarang

Jam Operasional               : Setiap Hari, 17.00 – 02.00 WIB

Harga Minuman                : Rp 5.000 – Rp 15.000

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024