BerandaKulinary
Senin, 26 Des 2021 11:37

Mengapa Tahu Identik dengan Sumedang?

Mengapa Tahu Identik dengan Sumedang?

Tahu Sumedang (Wawayasaruna/IG - @graciellafei)

Bicara tahu, pasti yang terpikir adalah Sumedang. Realitanya, tahu dan Sumedang seperti berjodoh di dunia kuliner nasional. Lantas, seperti apa sih sejarah tahu Sumedang dan apa rahasianya sehingga membuatnya begitu melegenda?

Inibaru.id – Kamu pasti sering banget mendengar kelakar ini. Tahu dari mana? Tahu dari Sumedang. Yap. Entah bagaimana ceritanya, tahu dan Kabupaten Sumedang seperti berjodoh dan ditakdirkan untuk terkait satu sama lain. Jadi penasaran sih bagaimana bisa Sumedang bisa begitu identik dengan penganan ini.

Tahu Sumedang memiliki ciri khas berupa kulitnya yang masih bertekstur kenyal meski sudah digoreng. Warnanya padahal sudah kecokelatan, sangat berbeda dengan saat masih belum dimasak, yakni putih. Tahu yang memiliki rasa asin ini juga bertekstur lunak dan cenderung mudah ditelan. Nah, bagian dalamnya yang kopong juga membuatnya terkadang disebut sebagai tahu pong.

Konon, berkelindannya sejarah tahu dan Sumedang diawali oleh berdirinya Tahu Bungkeng pada 1917 lalu. Saat itu, seorang keturunan Tionghoa, Ong Kino yang memperkenalkan tahu di Sumedang. Awalnya, dia hanya membuat tahu untuk istrinya. Lambat laun, tamu-tamu yang datang ke rumahnya mencicipi nikmatnya tahu yang dia buat.

Bupati Sumedang di kala itu, Pangean Aria Suria Atmaja yang mendengar selentingan tentang tahu yang sangat nikmat di daerahnya akhirnya meminta Ong Kino untuk menjualnya ke masyarakat Sumedang. Dia yakin, kalau makanan ini bisa dinikmati seluruh masyarakat Sumedang, bakal memberikan berkah.

Nggak disangka, apa yang dikatakan Pangeran Aria Suria Atmaja terwujud hingga sekarang. Banyak warga Sumedang yang menjadi pembuat tahu. Ada juga yang kemudian merantau di tempat lain dan akhirnya mempopulerkan tahu Sumedang ke seantero Indonesia.

Tahu Bungkeng, perintis Tahu Sumedang. (Kompas/Aam Aminullah)

Khusus untuk tahu buatan Ong Kino, ternyata sejak awal berdiri terus berkembang pesat hingga kemudian diteruskan oleh anaknya, Ong Bung Keng. Dari nama putra tunggal Ong Kino inilah, Tahu Bungkeng kemudian abadi jadi cikal bakal sejarah tahu Sumedang.

Menariknya, keluarga keturunan Ong Kino nggak mempermasalahkan siapa saja di Sumedang ikut menjual tahu yang kini jadi salah satu warisan kuliner nasional ini. Toh, hingga sekarang saat Tahu Bungkeng dikelola generasi ketiga Ong Kino, yakni Suriadi, masih dianggap sebagai legenda dan peminatnya juga terus berdatangan.

“Kewajiban kami tinggal menjaga rasa dan kekhasannya,” tegas Suriadi terkait alasan mengapa Tahu Bungkeng tetap eksis hingga sekarang.

Lantas, mengapa tahu Sumedang bisa sangat khas rasanya? Kalau menurut Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran Nina Herlina Lubis menyebut nggak ada rahasia di balik pembuatan tahu Sumedang. Menurutnya, para pembuat tahu di sana menjaga dengan benar proses pembuatannya sesuai dengan yang diwariskan oleh para pendahulu sehingga cita rasanya terjaga hingga sekarang.

Meski begitu, keberadaan air yang berasal dari Gunung Tampomas di dekat dengan Sumedang konon membuat air di sana kaya akan kandungan kalsium. Air ini tentu dilibatkan dalam proses pembuatan tahu. Hal ini membuat cita rasa dan keawetan tahu Sumedang tetap terjaga hingga sekarang.

Hm, kalau kamu, suka dengan tahu Sumedang, nggak, Millens? (Kum,Rep,Tri/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Soto Yesus, Destinasi Wisata Kuliner selewat Jam Malam di Pusat Kota Semarang

9 Apr 2025

Uniknya Tiongkok: Snack Ukuran Raksasa di Supermarket Changsa!

9 Apr 2025

Pelanggan Pascabayar Keluhkan Lonjakan Tagihan, Benarkah Tarif Listrik Naik?

9 Apr 2025

Siomay Jadi Jajanan Street Food Terbaik Ketiga Dunia Versi Taste Atlas

9 Apr 2025

Ceplas-Ceplos Bukan Jujur, Anak Perlu Belajar Bicara dengan Empati

9 Apr 2025

Corleo, 'Kuda Besi' Canggih Bertenaga Hidrogen untuk Jelajahi Medan Ekstrem

9 Apr 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Minta Pemprov Mandiri, Riset dan Pertanian Harus Jadi Motor Ekonomi Baru

9 Apr 2025

Lebih Terpantau; Kanal Aduan Warga Semarang 'Lapor Semar' Versi Terbaru

9 Apr 2025

Momen Dramatis Penerbangan Balon Udara Warna-warni di Langit Wonosobo

9 Apr 2025

Alunan Musik Yogyakarta Royal Orchestra yang Menyatu dengan Suara Laju Kereta di Stasiun Tugu Jogja

10 Apr 2025

Sudahi Kontrak di Red Sparks, Megawati akan Dirindukan Penggemar Voli di Korea

10 Apr 2025

Kuda yang Jadi 'Kambing Hitam' atas Bau Pesing di Kawasan Malioboro Jogja

10 Apr 2025

Menghidupkan Kembali Hewan Punah: Mungkinkah Etis?

10 Apr 2025

Forum Senayan Peduli Jateng Perdana Digelar, Ketua DPRD Sumanto: Sinergi Kunci Kemajuan Daerah

10 Apr 2025

Benahi Layanan BRT Semarang, Pemkot Segera Atasi 'Cumi Darat' dan Perbaiki Shelter

10 Apr 2025

Menteri Maruarar: Program Rumah Subsidi untuk Jurnalis Bukan untuk Membungkam Kritik

10 Apr 2025

Lolongan dari Masa Lalu; Dire Wolf Lahir Kembali lewat Rekayasa Genetika

10 Apr 2025

Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur Lebaran

10 Apr 2025

Seniman Penuh Talenta Berumur Panjang Itu Kini Berpulang; Titiek Puspa Namanya!

11 Apr 2025

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja; Tercipta karena Nggak Disengaja

11 Apr 2025