BerandaKulinary
Minggu, 16 Agu 2025 11:01

Kelezatan Yopia Cap Kupu-Kupu Lasem yang Terus Bertahan Lebih dari 2 Abad

Yopia Cap Kupu-kupu Lasem hadir sejak 200 tahun lalu. (Catarina Tenny Setiastri)

Yopia Cap Kupu-kupu sudah eksis sejak kurang lebih 200 tahun lalu. Apa ya rahasia dari terus bertahannya jajanan manis yang melegenda ini?

Inibaru.id - Di tengah riuhnya jajanan kekinian, ada satu camilan tradisional yang tetap setia mempertahankan rasa dan cara pembuatan turun-temurun, yaitu Yopia Cap Kupu-kupu. Kamu bisa menemukan jajanan zaman dahulu (zadul) ini di Jalan Karangturi Gang 7, No. 14, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Yopia bukan hanya sekadar jajanan manis yang digemari banyak orang, tetapi juga simbol dari kekuatan tradisi dan warisan budaya yang telah terjaga selama hampir dua abad. Sejak kali pertama diproduksi, Yopia Cap Kupu-kupu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kawasan Tiongkok Kecil Heritage Lasem.

Dengan resep yang hampir tidak berubah sejak awal, Yopia Cap Kupu-Kupu pun menjadi salah satu saksi bisu perjalanan panjang budaya kuliner Lasem.

Di balik manisnya yopia, terdapat dedikasi luar biasa yang terus dijaga dari generasi ke generasi. Toni Haryanto, pemilik saat ini, adalah generasi keempat yang melanjutkan usaha keluarga ini. Menurut Toni, jika dihitung, Yopia Cap Kupu-kupu sudah ada sejak hampir 200 tahun yang lalu.

"Ini sudah generasi keempat, saya sendiri penerusnya sekarang. Kalau dihitung, sudah hampir 200 tahun mungkin," ungkap Toni dengan bangga sebagaimana dinukil dari Joglojateng (31/7/2025).

Produksi sejak dini hari

Produksi Yopia Cap Kupu-kupu dilakukan sejak dini hari dengan resep yang terus dipertahankan sejak lama. (Joglojateng/Dyah Nurmaya Sari)

Layaknya yang dilakukan sejak puluhan tahun sebelumnya, pembuatan Yopia dimulai sejak subuh. Toni memulai aktivitasnya sekitar pukul 04.30 WIB dan baru selesai menjelang pukul 13.00 WIB. Setiap harinya, ia dapat memproduksi hingga 400 potong yopia yang dikemas dalam box berisi 10 buah dan dijual seharga Rp 35 ribu.

Bahan utama yopia adalah gula merah, tepung terigu, air, dan minyak nabati. Meskipun bahan-bahan yang digunakan sederhana, rasa yang dihasilkan sungguh luar biasa, penuh kenangan, dan kehangatan.

Yang menarik dari Yopia Cap Kupu-kupu adalah kesetiaannya pada resep asli yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya. Toni mengungkapkan, "Dari dulu sampai sekarang, resepnya tidak pernah kami ubah. Cuma ini saja, isi gula merah. Dulu sempat coba isi nanas dan kacang hijau, tapi tidak tahan lama. Yang penting saat ini menjaga kualitas.”

Bukan hanya rasa yang menjadi daya tarik, tapi juga semangat untuk melestarikan budaya lokal. Banyak pelanggan setia yang turut mempromosikan Yopia melalui media sosial, bahkan tanpa harus diminta.

"Saya sendiri enggak punya TikTok. Tapi yang beli itu, banyak yang bikin video sendiri dan viral. Itu lebih bagus daripada kita promosi sendiri," ucap Toni mengungkap salah satu alasan mengapa yopia produksinya tetap eksis hingga sekarang.

Karena pelanggannya nggak hanya hadir dari Rembang, melainkan dari kota-kota lain seperti Surabaya, Kudus, dan Purwokerto, tantangan terbesar yang dihadapi Yopia Cap Kupu-kupu pada masa sekarang adalah pengiriman.

"Terkadang yang minta dari luar kota juga ada. Tapi saya takut barangnya rusak di jalan. Ongkos kirimnya malah bisa lebih mahal dari harga yopianya sendiri," terang Toni.

Yopia Cap Kupu-kupu eksis nggak hanya sekadar menjadi camilan manis, tetapi juga menunjukkan kisah perjalanan budaya yang tak ternilai harganya. Sebuah warisan yang mengingatkan kita bahwa, meskipun dunia terus berubah, cita rasa dan tradisi yang sudah ada sejak lama tetap layak untuk dirayakan. Setuju, Gez! (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: