BerandaKulinary
Jumat, 14 Apr 2022 10:41

Jejak Sejarah Martabak Telur, Asli Lebaksiu Tegal!

Martabak telur, sejarahnya berasal dari Lebaksiu, Tegal. (Inibaru.id/Annisa Dewi)

Dijual di satu gerobak yang sama, martabak telur dan martabak manis sangat berbeda. Nah, kamu tahu nggak kalau martabak telur punya sejarah sendiri? Ceritanya bermula dari Lebaksiu Tegal, lo. Seperti apa sih?

Inibaru.id – Ada dua jenis martabak yang kita kenal, yakni martabak manis dan martabak telur. Meski sama-sama disebut martabak, keduanya sangat berbeda. Martabak manis lebih mirip seperti kue, sementara martabak telur adalah gorengan.

Penyebutan martabak manis bisa jadi perdebatan karena ada sebutan lain di daerah-daerah yang berbeda. Ada yang menyebutnya sebagai kue bandung, apam balik, kue terang bulan, dan lain-lain. Beda cerita dengan martabak telur. Sebutannya ya merujuk pada satu makanan yang dimaksud di mana-mana.

Cerita soal martabak telur yang bisa kamu jadikan lauk ataupun camilan ini berawal dari sebuah kecamatan di Tegal, Jawa Tengah. Nama kecamatan tersebut adalah Lebaksiu. Kalau menurut Ketua Almarian (Asli Lebaksiu Martabak dan Jajan) H Maskun, martabak telur diperkenalkan oleh seorang saudagar yang berasal dari India bernama Abdullah.

Sang saudagar punya istri asli Lebaksiu bernama Hj Masniah. Merekalah yang mempopulerkan martabak telur hingga kini dikenal seantero Indonesia.

“Awal mula munculnya martabak telur ada di Lebaksiu. Tegal itu menurut cerita pendahulu martabak itu tahun 1935 ada seorang saudagar dari India yang kebetulan usahanya martabak di Semarang. Kebetulan mendapatkan jodoh orang Lebaksiu Kidul namanya Hj Masniah,” ungkapnya di Lebaksiu, Minggu (10/10/2021).

Awalnya, Abdullah dan istrinya berjualan mengikuti komidi putar yang selalu mengundang keramaian. Namun, saat sudah mengetahui spot yang membuat jajanan laris, pada akhirnya mereka berjualan di situ. Nah, tatkala Abdullah meninggal, Hj Masniah meminta saudaranya membantu. Lambat laun, saudara-saudaranya bisa membuka usaha martabak telur sendiri di tempat lain.

Martabak telur Lebaksiu beda dengan martabak khas India. (Inibaru.id/Annisa Dewi)

Kini, H. Maskun mengklaim 80 persen warga Lebaksiu punya keahlian membuat martabak telur. Bahkan, meskipun profesi aslinya bukan penjual martabak, mereka tetap bisa melakukannya karena membuat masakan ini seperti menjadi budaya di sana.

“Budaya membuat martabak harus ditanamkan. Teman-teman saya ada yang anaknya di kedokteran atau apa, rata-rata bisa (membuat) martabak. Kecuali perempuan, kalau laki-laki setengah wajib bisa (membuat) martabak,” ceritanya.

Menariknya, kalau menurut pedagang martabak senior di Lebaksiu, Asrofi, rasa martabak telur masa kini beda dengan rasa martabak yang diperkenalkan Abdullah. Hal ini disebabkan oleh adanya inovasi yang dilakukan pedagang dari Lebaksiu pada tahun 1970-an agar rasanya lebih sesuai dengan lidah lokal.

“Jadi dulu itu martabaknya (versi Abdullah) kalau dimakan ambrol karena tidak ada perekatnya,” ujarnya, (1/3/2019).

Inovasinya adalah dengan menambah bahan berupa telur, daging, bumbu rempah di dalam martabak tersebut.

“Kalau martabak India kan hanya adonan terigu dan daun bawang teropong saja. Khusus rempah-rempah ada 15 macam yang biasa kita beri, agar aromanya harum,” jelasnya.

Wah, sejarah martabak telur dari Lebaksiu, Tegal, ternyata sangat menarik, ya Millens. Kalau kamu, lebih suka makan martabak telur apa martabak manis nih? (Pan, Det/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024