BerandaKulinary
Rabu, 16 Jun 2020 19:20

Hanya Ada di Kedai Kopi Tjolo, Nikmati Rasa Unik Kopi Susu Parijoto!

Kopi Susu Parijoto khas Kedai Kopi Tjolo Kudus. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Kalau mengaku pemburu kopi, kamu wajib mencoba inovasi terbaru Kedai Kopi Tjolo berupa kopi susu parijoto yang ada di lereng Muria ini!

Inibaru.id – Kopi. Mendengar namanya, pikiranmu mungkin akan melayang pada banyak hal, mulai dari minuman pahit yang bikin mata terjaga hingga bagian dari gaya hidup yang disukai anak muda. Nggak hanya espresso atau latte, variasi kopi bertambah dengan pelbagai racikan dan penaambahan.

Kalau kamu termasuk pencinta kopi yang suka coba-coba, berkunjunglah ke Kedai Kopi Tjolo. Lalu, cobalah memesan Kopi Susu Parijoto di kafe yang berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tersebut.

Menu yang memadukan kopi nan pahit dengan buah parijoto (parijata) yang asam itu memang terasa menarik di lidah. Perlu kamu tahu, parijata merupakan tanaman liar yang tumbuh di dataran tinggi nan lembap dan teduh dengan buah berwarna merah keunguan

Di Jawa, tanaman bernama latin Medinilla speciosa itu banyak ditemukan di lereng Gunung Muria Kudus. Lantaran mengandung antioksidan dan beta-karotena tinggi, sebagian masyarakat percaya buah yang dominan asam dan sedikit sepat di lidah itu mampu meningkatkan "kesuburan".

Kedai Kopi Tjolo yang menyediakan Kopi Susu Parijoto. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Kopi susu parijoto ini memang cukup terkenal di kedai yang dikelola Komunitas Kopi Muria tersebut. Rasa sepat dan asam pada buah parijata rupanya cukup pas saat disandingkan dengan kopi yang pahit. Maka, jadilah sirup parijata dicampurkan dalam kopi susu.

“Herbal kan menutup cita rasa kopi. Nah, saya cari perpaduan lain yang sinkron dengan rasa kopi,” ungkap Ato, Ketua Komunitas Kopi Muria. “Ketemulah rasa buah parijata ini.”

Selain kaya manfaat dan bisa nge-blend dengan rasa kopi, Ato juga menjelaskan bahwa kopi susu parijoto dibuat untuk membantu para pelaku UMKM lain yang diproduksi warga lereng Muria.

“Kami bantu, istilahnya, menyemangati yang bikin sirup parijata,” kata Ato.

Seperti Menyesap Kopi Arabika

Salah satu pengunjung Kedai Kopi Tjolo. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Kali pertama mencicipi kopi susu parijoto, saya yang nggak terlalu familiar dengan rasa parijata mengira, rasa kecut yang saya kecap berasal dari ciri khas kopi arabika yang asam. Namun, rupanya saya keliru, karena kopi yang ditanam di lereng Muria sebagian besar adalah jenis robusta yang bold.

Sirup parijata-lah yang menciptakan cita rasa asam pada kopi itu. Selain asam, ada sedikit rasa sepat khas buah-buahan yang tertinggal di tenggorokan. Hm, aftertaste yang menarik, menyatu dengan kopi robusta yang kuat dan susu yang membuatnya creamy.

Rombongan pengunjung yang datang dari Kecamatan Kaliwungu, Kudus, juga mengaku merasakan hal yang sama. Fajar, salah seorang dari mereka, mengatakan, ini merupakan kali pertama bagi dia dan rombongannya datang ke Kedai Tjolo, setali tiga uang mencicipi kopi signature di kedai tersebut.

Kopi susu ditambah sirup parijotoo. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Menurut Fajar, rasa khas kopi Muria sangat terasa. Dia juga merasa nyaman dan berniat datang kembali ke tempat ini kalau ada kesempatan.

“Ya, pasti datang lagi, kalau ada teman-teman yang pengin ke sini lagi. Harga sesuai, tempat juga nyaman,” terangnya.

Oya, buat kamu yang pengin datang ke sini, nggak perlu khawatir dengan protokol kesehatan ya. Pengunjung yang nggak mengenakan masker bakal diberi masker gratis. Terus, setelah pengunjung pergi, mereka juga bakal menyemprot tempat itu dengan cairan disinfektan.

Nah, segera masukkan kedai ini dalam daftar tempat ngopi yang harus kamu kunjungi kalau main ke Kudus ya, Millens! (Rafida Azzundhani/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024