BerandaKulinary
Senin, 26 Sep 2021 10:15

Dibuat dengan Belatung, Kisah Casu Marzu, Keju Paling Berbahaya di Dunia

Keju casu marzu yang siap untuk disantap. Dianggap keju paling berbahaya di dunia. (Ussfeed.com)

Casu marzu disebut sebagai salah satu keju yang paling berbahaya di dunia karena dianggap setara dengan narkoba. Proses pembuatannya bahkan memakai belatung! Berani coba?

Inibaru.id - Pernah mendengar nama Pulau Sardinia, nggak, Millens? Kalau penggemar sepak bola biasanya sih akrab dengan salah satu klub Serie A Italia, Cagliari, yang memang berasal di pulau ini. Hanya, kita nggak membahas soal sepak bolam kok, melainkan membahas tentang kuliner uniknya, yakni sang keju yang dianggap paling berbahaya di dunia, Casu Marzu.

Saking berbahayanya, keju ini masuk ke dalam daftar produk yang ilegal di negara-negara Uni Eropa. Banyak negara yang melarang beredarnya keju tradisional ini karena dianggap setara dengan narkoba. Oleh karena itu, jika ingin menyantapnya, kamu harus mencarinya di pasar-pasar gelap Sardinia.

Bahan pembuatan casu marzu ini sebenarnya mirip seperti bahan pembuatan keju lainnya, yakni susu domba. Namun, proses pembuatannya sangatlah nggak biasa. Bagaimana tidak, casu marzu dibuat menggunakan bantuan belatung. Meski terlihat menjijikkan, belatung ini berfungsi untuk membantu proses pembusukan berlangsung dengan pas.

Nah, soal nama casu marzu yang nggak biasa ini, juga sesuai dengan proses pembuatannya, Millens. Maklum, artinya adalah 'keju busuk'. Hm, busuk tapi masih bisa dimakan, ya?

Cara Pembuatan Keju Casu Marzu

Cara pembuatan casu marzu ini menggunakan larva dari lalat keju yang termasuk dalam keluarga Piophola casei. Lalat yang digunakan ini juga dikenal dengan sebutan cheese skipper.

Pembuatan keju ini memakan waktu beberapa bulan jauh lebih lama daripada pembuatan keju biasa. Pertama-tama, yang dibuat adalah keju tradisional bernama pecorino dengan cara memanaskan susu domba. Susu ini akan dibiarkan mengendap selama tiga minggu hingga membentuk gumpalan keju.

Keju Casu Marzu dilarang beredar di Eropa. (Cnn)

Setelah jadi, keju pecorino akan dipotong dan bagian luarnya yang keras akan dikupas hingga menyisakan bagian yang lembab dan empuk. Bagian ini akan dibiarkan terbuka untuk mengundang lalat datang dan meninggalkan telur di permukaannya. Telur-telur ini akan menetas jadi larva atau belatung.

Agar proses pembentukan belatung maksimal, keju akan dimasukkan ke dalam sebuah gubuk gelap yang tertutup rapat selama dua hingga tiga minggu. Keju pun akan membusuk dan menjadi makanan larva. Keju yang masuk ke dalam pencernaan larva akan memiliki aroma dan cita rasa yang khas.

Kalau ingin mencicipi cita rasa yang paling khas, keju casu marzu ini bisa kamu makan ketika larva masih hidup. Kalau kamu memakannya saat larva atau belatuh sudah mati, konon rasanya nggak akan seunik biasanya. Selain itu keju juga sudah dianggap rusak dan bisa memicu keracunan kalau dimakan.

Dibutuhkan nyali yang sangat besar untuk mengonsumsi keju ini karena belatung yang masih hidup tentu saja masih menggeliat di permukaan atau bagian dalam keju. Belatung harus digigit dahulu agar mati sehingga nggak ada belatung hidup yang masuk ke dalam perut kamu, Millens.

Bayangkan saja kalau ada belatung hidup masuk ke pencernaan, pasti berbahaya, kan? Kok, mengerikan kalau dibayangkan, ya?

Casu marzu ini bisa disantap dengan apa saja. Namun, di tempat asalnya Sardinia, casu marzu yang bertekstur lunak ini biasanya disantap dengan roti yang moist dan segelas anggur.

Di tengah keunikannya, casu marzu dinyatakan membahayakan tubuh manusia dan tidak memenuhi standar kesehatan negara Uni Eropa. Di Italia, peredaran casu marzu dilarang dan siapa pun yang nekat menjualnya akan terseret masalah hukum.

Kalau kamu, bakal berani nggak makan keju casu marzu, Millens? (Kom/MG44/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: