Inibaru.id – Apapun makanan yang kamu pesan, es teh pasti jadi yang kali pertama dipertimbangkan. Yap, es teh kini memang jadi minuman sejuta umat di Indonesia. Nggak hanya menyegarkan, minuman ini juga murah meriah. Namun, kamu tahu nggak sejarah es teh di Tanah Air?
Cerita es teh terkait dengan penjajahan Belanda di Indonesia. Hal ini diungkap oleh Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan UGM Prof Dr Ir Murdijati Gardjito. Di masa itu, Belanda yang aktif berdagang rempah-rempah di Maluku memperkenalkan teh ke warga Pulau Jawa.
Pada abad ke-17, Belanda membawa teh pertama di Tanah Jawa tatkala mendarat di Pantai Sukabumi. Nah, di Jawa Barat, teh ternyata bisa tumbuh dengan subur. Perkebunan teh pun berkembang pesat di sana hingga mencapai 131 lokasi. Setelahnya, teh menyebar di Jawa dan Sumatera, khususnya di Sumatera Selatan.
“Sebetulnya, yang lebih dulu minum teh di Indonesia itu orang Jawa Barat, yang akhirnya menyebar ke Sumatera, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” ujar Profesor Murdijati, Rabu (20/1/2021).
Belanda yang paham betul bagian terbaik teh ada di pucuknya, kemudian menjual bagian ini ke Eropa. Sisanya, berupa batang teh dipergunakan di sini. Untungnya, orang-orang zaman dulu terampil sehingga mampu membuat ekstrak batang teh sekalipun menjadi minuman yang nikmat.
Kalau menurut Profesor Murdijati, bagi orang Belanda, batang teh dianggap cuma sisa atau sampah, tapi bisa dijadikan cai the yang bisa diberikan secara gratis.
“Itulah mengapa teh tawar panas bisa gratis di rumah makan Sunda, tapi kalau di tempat lain bayar. Soalnya memang masyarakatnya memang nggak terdidik untuk minum teh,” lanjutnya.
Hal yang mirip terjadi di Jawa Tengah (Jateng). Keterampilan warganya membuat mereka mampu menciptakan minuman teh hijau nikmat. Maklum, kalau dijadikan teh hitam, harus melalui proses fermentasi, sementara pembuatan teh hijau hanya membutuhkan proses menyangrai daun teh yang jauh lebih simpel.
Selain itu, orang Jawa Tengah juga mampu membuat teh yang dicampur dengan bunga melati. Rasanya? Sampai sekarang terkenal seantero negeri sebagai salah satu varian teh paling digemari.
Keberadaan pabrik gula yang menjamur di Jawa Tengah juga membuat masyarakat terbiasa minum es teh dengan campuran gula pasir kualitas terendah atau ketiga dengan warna butir kecokelatan. Sejak saat itulah, teh manis jadi akrab dikonsumsi warga Jawa Tengah dan Jawa Timur, Millens. Nah, soal ke mana gula dengan kualitas di atasnya? Tentu saja diekspor Belanda.
Kedatangan es batu pun kemudian mengubah kebiasaan orang Indonesia minum teh manis. Maklum, suhu udara di Indonesia terbilang panas sehingga es teh manis pun dianggap sebagai penawar dahaga sekaligus rasa gerah tersebut.
Kamu, lebih suka minum es teh manis atau es teh tawar, nih, Millens? (Kum/IB09/E05)