BerandaKelirupedia
Selasa, 20 Nov 2017 16:34

Dulu Kau Tunggu Para Bajingan, Kini Kau Mengumpatinya

Aksi para bajingan pada Festival Gerobak Sapi di Candi Banyunibo, Prambanan, Jateng, Minggu (29/10/2017)(Gudegnet/Wirawan Kuncorojati)

Kata “bajingan”mengalami pergeseran makna. Dari sosok yang ditunggu-tunggu itu berubah jadi momok yang harus dijauhi.

Inibaru.id - Band kita, Jamrud, punya sebuah lagu bertajuk “Kau Jahanam, Aku Bajingan”. Salah satu baitnya berbunyi: Kau jahanam, aku bajingan/Kita gak beda jauh tapi bukan kau yang di hati/Karena pasti masih ada yang tak sepertimu/Kau jahanam, aku bajingan.

Dari lirik lagu itu, jelas sekali kata “bajingan” setara maknanya dengan kata “jahanam”, sebuah makna berkonotasi negatif.

Dalam keseharian, kita juga sering mendengar orang mengumpat, ”Bajingan kau!” atau “Dasar kau bajingan!”.

Dalam keseharian pula, seseorang memberi nasihat , “Jadilah orang baik, jangan jadi bajingan.”

Yap, jadi kata “bajingan” memang kata bermakna negatif.

Keliru? Tunggu dulu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merestui makna berkonotasi negatif tersebut. Cek saja, dalam KBBI kita akan menemui lema “bajingan” yang berarti (1) penjahat; pencopet, dan (2) (kasar) kurang ajar (kata makian).

Baca juga: Wong Berpakaian Seronok kok Dilarang?

Sampai di sini, kita mungkin akan terkejut bila membawa judul berita seperti ini: “139 Bajingan Ikuti Festival Gerobak Sapi” ( , Minggu, 29 Oktober 2017).

Sebelum membaca beritanya, kita bisa saja berteriak atau hanya membatin, “La kok para penjahat ikut festival, siapa yang mau nonton? Jangan-jangan judul berita itu keliru….”

Tidak, berita itu tidak keliru. “Bajingan”  dalam berita itu dimaksudkan untukpara penarik (kusir) gerobak sapi.  Jadi, mereka orang yang pas untuk ikut festival gerobak sapi.

Lantas, bagaimana ceritanya “bajingan” yang sebenarnya sosok berpekerjaan mulia itu berubah makna menjadi sosok negatif yang harus dijauhi?

Inilah menariknya bahasa. Ia bisa mengalami pergeseran makna, dari negatif ke positif, atau sebaliknya. Untuk kata “bajingan” ini, pergeserannya jadi positif ke negatif.

Dua versi menengarai asal-usul pergeseran makna itu. Versi pertama, “bajingan” adalah kusir gerobak sapi. Versi kedua menyebutkan “bajingan” adalah pengawal gerobak sapi yang disewa oleh juragan gerobak.

Dua versi itu memunculkan kisah keluarnya umpatan terhadap para “bajingan” itu. Karena lambat jalannya, gerobak sapi atau pedati sering terlambat sampai di tujuan.  Begitu pula, sering ada pengawal pedati yang berlaku curang, yaitu mengutil barang muatan. Si juragan yang tak sabar menunggu atau marah atas kelakuan para pengutil itu mengumpat, “Dasar bajingan!”

Baca juga: Graha, Buaya yang Moncer sebagai Nama Perumahan

Cerita lain dari daerah Banyumas, Jateng, menyebutkan,  bajingan sebagai penarik pedati sering ditunggu oleh orang-orang yang ingin ikut menumpang. Orang-orang yang menunggu itu sering tidak sabar, lebih-lebih ketika sang penarik pedati tak datang. Mereka mengumpat, ”Dasar bajingan, dienteni ora teka-teka.” (Dasar bajinga, ditunggu tidak datang-datang)

Jadi, kemungkinan besarnya adalah umpatan kekesalan itulah yang menjadikan “bajingan” sebagai sosok dengan pekerjaan mulia itu berubah menjadi sosok yang bikin kesal dan marah yang harus diumpati.

Sekali lagi, dalam ilmu bahasa, pergeseran makna itu adalah keniscayaan.

Itu terjadi pada kata lain seperti “bramacorah”, “preman”, dan lain-lain. Tapi itu dibahas nanti-nanti, ya? (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: