BerandaJalan-jalan
Sabtu, 25 Agu 2017 14:40

Ketika Para ‘Bule’ Berkubang di Lumpur Sawah

Para bule menikmati sensasinya bermain lumpur. (Foto: Asatu.id)

Bagaimana jadinya jika para bule diajak bersinggungan langsung dengan atmosfer khas pedesaan, termasuk mempelajari seni budaya khas daerah lokal di Indonesia?

Inibaru.id - Ketika kepenatan dunia modern yang begitu dibatasi tembok kian menghimpit, suasana alam perdesaan lengkap dengan segala kegiatan yang melingkupinya adalah pelarian yang tepat. Inilah yang dilakukan Elizabeth Gilbert, protagonis film Eat, Pray, Love (2010), kala ia berkunjung ke Bali.

Beruntunglah bagi kita yang tinggal di Indonesia. Negeri ini masih begitu dipenuhi desa-desa dengan panorama alami yang begitu memukau mata ketika melihatnya. Ragam budaya yang melekat dengan erat di seluruh pedesaan juga menjadi daya tarik yang begitu menakjubkan.

Bagi kita yang biasa melihat persawahan, hal ini tentu tidaklah begitu mengagumkan. Namun, bagi orang luar negeri yang jarang bersinggungan dengan aroma khas pedesaan, wisata alam adalah “surga dunia” bagi mereka yang merindukan kedamaian dan ketenangan.

Seakan mengetahui hal ini, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) Universitas Diponegoro Semarang mengajak sejumlah mahasiswa dari luar Indonesia untuk mengecap suasana alam di pedesaan. Mereka pun dibawa ke Desa Wisata (Deswita) Kandri, Gunung Pati, Semarang.

Tak sekadar berkunjung, para mahasiswa itu juga turut terlibat langsung dalam berbagai kegiatan di desa tersebut, termasuk bersinggungan dengan seni budaya sekitar. Mereka seperti menari, bermain gamelan, bahkan belajar memanah. Tak lupa, para “bule” itu juga diajak makan bersama dengan beralaskan daun pisang.

Sekjen Upprenuer project AIESEC Undip, Berlian Shinta, mengatakan, Desa Kandri sebagai deswita yang ada di Semarang ini memiliki kearifan lokal yang nampaknya memberikan pengalaman yang menarik bagi anggota AIESEC luar negeri.

“Di sini kita juga ingin mengenalkan seni budaya di desa wisata ini. Dan, ternyata teman-teman dari luar negeri mengatakan: ini sangat luar biasa!” ujarnya kepada asatu.id, Selasa (15/8/2017) lalu.

Ia menambahkan, banyak mahasiswa dari luar negeri tersebut belum pernah merasakan sensasi di area persawahan.

Adapun permainan di area sawah yang dilakukan itu menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa yang tergabung dalam AIESEC.

“Hari kedua di Desa Wisata Kandri ini kita agendakan bermain di sawah. Bermain lumpur-lumpuran. Walaupun awalnya gimana gitu, tapi ending-nya seru,” imbuhnya.

Mahasiswa asal Kanada bernama Isabell mengaku, bermain di sawah adalah pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya

“Nggak pernah terbayangkan sebelumnya bisa seseru dan sekeren ini,” ungkapnya sumringah.

Isabell juga menyatakan keinginanya untuk bisa kembali legi ke Semarang, khususnya ke Desa Kandri untuk belajar dan bermain di desa tersebut. (GIL/IB)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025