BerandaInspirasi Indonesia
Senin, 28 Feb 2021 16:00

Raden Saleh, Pelukis Elit dari Semarang

Raden Saleh, bumiputra pertama yang belajar melukis hingga ke Eropa. (Gemeinfrei)

Raden Saleh merupakan putra keluarga bangsawan di Semarang, Jawa Tengah. Bakat melukisnya terendus Joseph Payen, seorang pelukis Belgia yang tinggal di Jawa. Atas rekomendasi Payen, Raden Saleh diberangkatkan ke Belanda untuk belajar melukis. Sepuluh tahun kemudian, namanya termasuk dalam deretan pelukis bergengsi di Eropa.

Inibaru.id – Nama lengkapnya Raden Saleh Syarif Bustaman. Dia dilahirkan pada Mei 1811 sebagai putra dari keluarga bangsawan di Semarang, Jawa Tengah. Raden Saleh merupakan bumiputra pertama yang belajar melukis di Eropa.

Orang yang berjasa pada pendidikan seni Raden Saleh adalah Joseph Payen. Dia seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di Jawa.

Raden Saleh baru 18 tahun sewaktu diberangkatkan ke Belanda untuk mengasah kemampuan melukisnya. Dia nggak les privat dengan satu pelukis, melainkan sekaligus dua. Keberangkatan Raden Saleh tentu bukan hal yang biasa mengingat adanya sekat yang cukup tebal di kalangan masyarakat Eropa mengenai orang berwarna.

Jadi, sudah jelas ya kalau Raden Saleh sangat berbakat sampai-sampai orang Eropa nggak peduli warna kulitnya.

Raden Saleh menimba ilmu selama sepuluh tahun. Sebelum kembali ke Tanah Air, dia meminta izin untuk dapat berkeliling Eropa. Eits, Raden Saleh mengelilingi Eropa bukan buat jalan-jalan ya. Dia mau belejar lebih banyak tentang aliran seni lukis.

Kota yang pernah dikunjunginya dengan singkat adalah Kota Düsseldorf, Frankfurt, dan Berlin. Setelah itu, dia sampai di kota Dresden dan tinggal beberapa tahun di sana. Di kota ini, Raden Saleh sangat menyukai aliran lukisan Jerman yang romantis.

Di sana dia sangat sukses sebagai pelukis. Di kota itu pula dia menemukan teman serta pemujanya, seperti Friedrich Anton Serre serta Bangsawan Herzog Ernst II von Sachsen-Coburg-Gotha.

Kembali ke Tanah Air

Karya Raden Saleh mampu membius mata. (Dok. Istana Kepresidenan RI)

Raden Saleh tinggal di Dresden sampai dengan 1844. Laki-laki berdarah Arab ini pulang ke Hindia-Belanda pada 1852. Setelah itu, dia sempat melakukan perjalanan kembali ke Eropa pada 1875 sampai 1878. Pada rentang tahun itu, Raden Saleh sempat tinggal di Coburg selama satu tahun.

Ketika kembali ke Tanah Air, dia nggak lantas bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda. Raden Saleh telah menjadi sosok terkenal dan mendapat banyak Bintang Penghargaan dan Tanda Jasa dari Jerman. Dia juga dipuja oleh banyak negara di Eropa.

Di Indonesia, dia tinggal di Puri kecilnya di Cikini, di Jakarta. Di sana dia menerima banyak tamu berbahasa Jerman. Kini, puri tersebut digunakan sebagai kantor dari Rumah Sakit Cikini. Raden Saleh membangun tempat tinggalnya itu dengan meniru arsitektur Puri Callenberg yang berada di dekat Coburg. Di tempat tersebut, dia sering menginap bersama Bangsawan Herzog Ernst II von Sachsen serta keluarganya.

Karya Raden Saleh

Lukisan Anti-Kolonialisme Karya Raden Saleh "Penangkapan Pangeran Diponegoro" (1857). (dok. Istana Kepresidenan RI)

Lukisan-lukisan Raden Saleh banyak terpajang di museum-museum Jerman atau Leiden seperti "Letusan Gunung Merapi". Banyak pula yang berada di tangan-tangan pribadi kolektor seni. Di Indonesia, salah satu lukisan paling fenomenal Raden Saleh adalah “Penangkapan Pangeran Diponegoro” (1858).

Raden Saleh menggambarkan Pangeran Diponegoro yang menantang para penangkapnya. Secara moral, Pangeran Diponegoro merupakan pemenang Perang Jawa. Lukisan ini baru dikembalikan Belanda kepada Indonesia setelah kemerdekaan.

Raden Saleh meninggal pada Jumat, 23 April 1880 akibat pembekuan darah setelah dia lolos dari kecurigaan Kolonial mengenai keterlibatannya dalam pemberontakan Bekasi 1869. Yap, menjadi "kesayangan" Belanda nggak berarti dia luput dari kecurigaan. Senin pagi, 26 April 1880 Raden Saleh dimakamkan di Kampung Empang, pinggiran kota Bogor.

Menjadi pelukis Jawa modern pertama, Raden Saleh memberikan suatu seni pandang dan pewarnaan yang baru dari Eropa. Dia membawa pengaruh yang besar bagi sejarah seni lukis modern di Jawa.

Selain “Penangkapan Pangeran Diponegoro”, karya Raden Saleh mana lagi yang kamu tahu, Millens? (Kek,Jak,Ali/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024