Inibaru.id – Pendiri Amazon Jeff Bezos suatu ketika pernah menyampaikan sepenggal pameo dalam sebuah forum, bahwa persona adalah apa yang digunjingkan orang di belakang kita. Artinya, citra diri terbentuk bukan karena kita mengatakannya, tapi dari apa yang mereka lihat dari diri kita.
Maka, mempertimbangkan apa saja yang ingin kita tampilkan di muka publik tentu menjadi begitu penting, terutama kalau kita adalah pesohor yang tengah mendapat sorotan masyarakat. Dalam dunia politik, kita mengenal istilah “pencitraan”.
Istilah pencitraan sejatinya netral, tapi karena erat dengan politik praktis yang cenderung kotor, kata ini jadi berkonotasi negatif; berbeda dengan “branding” yang meski secara harfiah mempunyai arti yang sama, ia lebih terasa positif.
Istilah branding lebih banyak dipakai dalam dunia bisnis. Konsultan kreatif asal Kota Semarang Ikhwan Syaefulloh mengatakan, dalam dunia bisnis, branding dibagi menjadi dua, yakni corporate dan personal branding.
Menciptakan Kedekatan
Corporate branding bertujuan untuk memberikan citra tertentu pada sebuah brand atau merek, sedangkan personal branding untuk menunjukkan persona seseorang. Menurut Ikhwan, fungsi keduanya sebagian besar sama, yakni menciptakan kedekatan dengan orang lain.
“Bagi perusahaan, branding adalah intangible asset (aset tak berwujud) yang nggak bisa disentuh, tapi mampu memberikan dampak signifikan terhadap nilai bisnis dalam jangka panjang,” tutur lelaki yang lahir Banjarnegara tersebut.
Sementara itu, dia melanjutkan, personal branding adalah upaya membangun persepsi. Maka, mengutip perkataan Jeff Bezos, personal brand bisa diartikan sebagai persona atau kesan apa yang ingin orang lain pegunjingkan di belakang kita.
“Persepsi adalah apa yang ada di pikiran orang lain tentang kita dan itu bisa dikendalikan. Ibarat sedang melempar bola ke tembok, apa yang kita lempar ke orang lain akan kembali ke diri kita,” jelas founder perusahaan konsultan brand dan kreatif IKSA Brand tersebut kepada Inibaru.id, beberapa waktu lalu.
Popularitas dan Kredibilitas
Personal branding adalah upaya mempromosikan diri. Ikhwan nggak memungkiri bahwa salah satu senjata terjitu untuk melakukannya adalah melalui media sosial seperti Instagram atau Tiktok. Namun begitu, dia menegaskan, personal branding itu nggak semata popularitas, tapi juga kredibilitas.
“Value tertinggi seseorang adalah ketepercayaan atau kredibilitas, bukan sekadar persepsi. Jadi, saat seseorang mau berbisnis, dia harus mampu merawat personal brand-nya minimal di lingkungan sekitar seperti keluarga, orang terdekat, partner, teman, sampai khalayak umum,” tegasnya.
Bagaimana caranya? Owner The Pikas Resort Adventure Banjarnegara ini mengungkapkan, seseorang harus menemukan satu value terbesar yang dimilikinya. Itulah yang kemudian dicitrakan secara konsisten dan terus-menerus.
“Value itu diterjemahkan menjadi persepsi yang akan ditangkap orang dari narasi, postingan, bahkan sikap yang kita lakukan setiap hari,” papar Ikhwan.
Personal Branding=Pencitraan?
Berdasarkan penuturan Ikhwan, istilah personal branding dengan pencitraan tentu saja menjadi begitu beririsan. Dia juga nggak menampik anggapan orang yang mengasosiasikan istilah pencitraan sebagai suatu tindakan negatif.
“(Menganggap pencitraan negatif) menjadi wajar, sebab selama ini banyak orang yang melakukan pencitraan diri dengan menampilkan kebohongan dan sesuatu yang dilebih-lebihkan,” kata lelaki kelahiran 7 September 1981 itu, lalu tersenyum simpul.
Pada kenyataannya, Ikhwan mengimbuhi, nggak ubahnya personal branding, pencitraan juga akan memunculkan kesan tertentu dari seseorang terhadap orang lain berdasarkan pengetahuan atau hal-hal yang diketahui orang tersebut, yang tentu saja akan dikonfirmasi kebenarannya.
“Pencitraan adalah membangun persepsi, yang orang akan ingat, kita itu apa,” lontar Ikhwan. “Maka, pencitraan yang benar adalah dengan mencari sesuatu yang paling unggul, menaikkannya menjadi satu value paling kuat, lalu mencitrakannya lewat berbagai media.”
Di akhir obrolan, Ikhwan pun menganalogikan tiap orang sebagai sebuah brand. Menurutnya, hanya dengan branding yang tepat kita bisa menjadi “produk” branded yang dipercaya orang. Caranya gimana, itulah yang perlu kita pikirkan sendiri! Ha-ha. (Siti Khatijah/E03)