BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 25 Jun 2020 11:23

Perkenalkan H Mustofa, 'Tukang Terbang' dari Demak Langganan Presiden Indonesia

H Mustofa saat berada di ruang tamu rumahnya. (Inibaru.id/ Audrian F)

Mustofa merupakan pembuat beduk dan rebana dari Demak. Profesi ini dia dapat secara turun-temurun. Dalam membuat beduk dan rebana pun ada ilmu khusus yang hanya dia pahami. Ilmu tersebut hanya bisa diajarkan secara turun-temurun.<br>

Inibaru.id - Mustofa menyebut dirinya “Tukang Terbang”. Katanya sebutan tersebut merupakan singkatan dari “tabuh banter, tangane abang” (tabuh kencang, tangan memerah). Di depan rumahnya pun juga dipasang papan nama yang mendaku kalau dirinya Tukang Terbang. Sekaligus sebuah penanda kalau dirinya adalah pembuat rebana dan beduk.

Menjadi pengrajin terbang sudah dilakoni oleh Mustofa secara turun temurun. Dia adalah generasi ketiga dan untuk saat ini sudah bersiap untuk menurunkan ilmu kepada seorang dari dua anaknya yang membantu produksi. Mereka adalah Taufikul Kamal atau Farid Fatullah. Entah siapa nanti yang akan dia pilih.

O ya, kata Mustofa, ilmu membuat beduk dan rebana seperti ini nggak bisa sembarangan dan asal-asalan.

“Tampaknya mungkin hanya seperti itu (pembuatan beduk dan rebana), tapi itu semua butuh perhitungan khusus yang nggak bisa dijabarkan secara literer,” ujarnya.

Membuat beduk butuh perhitungan khusus. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Mustofa kemudian berkisah. Pada 1925, kakeknya, Salwadi awalnya membuat beduk dan rebana untuk bertahan hidup. Bahan baku utama seperti selongsong kayu diraih bukan dengan membeli, tapi menebang pohon. Hal itu juga masih dilakukan sewaktu dia masih belajar.

Meskipun kini Mustofa mendapatkan kayu-kayu dari pemasok. Namun dia nggak terus meninggalkan ajaran dan ketaatan ilmu dalam membuat beduk dan rebana. Dia merumuskan inti dari pembuatan beduk dan rebana yang dia genggam sepanjang hidup.

“Kuncinya bekerja secara temen (serius), tekun dan jujur. Lalu SNI: Sabar, nerimo, dan ikhlas,” tuturnya.

Taufikul Kamal, anak dari Mustofa yang dipercaya akan meneruskan jejak bapaknya. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Hal itu mungkin tercermin dari hasil pembuatan beduk dan rebana miliknya. Meskipun sudah memiliki banyak pegawai plus dibantu dua anaknya, Mustofa nggak bisa lepas tangan begitu saja. Dia tetap memantau pembuatan dan khususunya dalam pengolahan kulit.

Kulit atau lapisan untuk memukul bedug dan menabuh rebana adalah bagian yang paling penting. Cara pemasakan dan pengeringannya nggak bisa sembarangan. Hanya Mustofa seorang yang tahu rumus tepatnya.

“Kepercayaan dan kepuasan pelanggan adalah yang utama. Bahkan jika ada pesanan banyak, semua saya produksi dengan porsi yang sama,” jelas laki-laki yang tahun ini berusia 59 tersebut.

Bahkan dalam memilih kayu, Mustofa punya pakem. Dia nggak mau jika kayu yang digunakan adalah kayu bekas kuburan. Ada satu kepercayaan yang digenggamnya kalau kayu kuburan nggak baik jika digunakan.

Bedug bikinan Mustofa di Masjid Agung Demak. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Hal itu juga berdasarkan pengalaman yang pernah dia alami. Katanya, entah benar atau enggak, jika pakai kayu kuburan, salah seorang akan mengalami mala (musibah) bahkan bisa merenggut nyawa.

Kehati-hatian ini membuat beduk berkualitas tinggi. Salah satu tempat yang menggunakan beduk buatannya adalah Masjid Agung Demak. Nggak cuma itu, reputasi Mustofa sudah terdengar hingga Istana Negara.

Mustofa menyebut semua Presiden yang telah membeli beduk dari dirinya seperti Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

“Yang belum Gus Dur dan Jokowi,” tambahnya.

Selain itu penjualannya pun sudah menembus pasar internasional, lo. Kalau kamu hendak memesan beduk atau rebana, lokasinya berada di daerah Tanubayan, Kabupaten Demak. Orang-orang di sana sudah familiar dengan Mustofa. Dia pun juga memiliki toko yang berada di sekitar Kadilangu.

Wah reputasi Mustofa sebagai tukang terbang cukup mentereng juga ya, Millens. (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024