BerandaInspirasi Indonesia
Minggu, 17 Okt 2020 08:00

Mitos Seputar Pandai Besi, Juyono: Air Rendaman Besi Dianggap Suci!

Juyono, pandai besi dari Kota Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)

Dulu, pandai besi disebut 'mpu'. Kendati berasal dari kelas sosial rendah, penempa gaman dan perkakas ini adalah sosok istimewa yang dianggap suci. Bahkan, mitos seputar pandai besi pun masih bertahan sampai sekarang, salah satunya adalah air rendaman besi yang dianggap mujarab.

Inibaru.id - Juyono mungin menjadi sedikit pandai besi tradisional yang tersisa di Kota Semarang, Jawa Tengah. Alasannya, bisa jadi karena sebagian orang memilih membeli perkakas besi pabrik yang lebih murah dan rapi karena dicetak secara massal, bukan ditempa satu per satu dengan tangan.

Seiring dengan banyaknya pabrik yang memproduksi perkakas, profesi pandai besi tradisional mungkin mulai dianggap nggak lagi menjanjikan. Namun, bukan berarti karya seni bikinan Juyono nggak banyak yang meminati. Setiap berjualan di Pasar Gunungpati pada hari pasaran Kliwon, produknya selalu ludes.

Profesi pandai besi memang belum habis. Mereka punya pasar sendiri. Bahkan, nggak sedikit orang yang masih menganggap pandai besi sebagai profesi istimewa atau menganggap para pande sebagai orang suci.

Juyono pernah mengalaminya sendiri. Beberapa kali dia mendapati orang yang datang ke tempatnya, bukan untuk membeli perkakas besi, melainkan mengambil air bekas rendaman besi. Lelaki paruh baya itu mengatakan, air rendaman besi tersebut nantinya akan digunakan untuk obat.

“Iya, untuk obat sakit. Entah benar atau tidak, saya kurang tahu. Mereka langsung izin ke saya buat ambil air,” terang lelaki yang kini tinggal di Kampung Kaligetas, Kelurahan Jatibarang, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tersebut.

Kepercayaan Zaman Dulu

Di zaman dahulu, seorang pandai besi dianggap suci. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Mitos pandai besi sebagai orang suci sejatinya nggak lepas dari anggapan orang Jawa zaman dulu. Sebagai informasi, pandai besi telah menjadi bagian penting dari perburuan kekuasaan di seluruh dunia, termasuk zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Sejarawan Anthony Reid, sebagaimana dikutip dari Historia, sempat menulis, pandai besi dianggap penting bagi kerajaan dan digunakan sebagai simbol penciptaan kekuasaan.

“Pengerjaan barang-barang dari logam merupakan penciptaan kekuasaan, sebab alat-alat dari logam pertama-tama diperlukan untuk perang, baru sesudahnya untuk pertanian,” tulis Reid di Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga.

Reid mencontohkan, perebutan tahta Kerajaan Galuh sekitar abad ke-7 nggak lepas dari cerita Ciung Wanara yang menyertakan pandai besi beserta kekuatan magisnya, sebagai tokoh penting.

Hal serupa juga berlaku di Majapahit. Pandai besi dikumpulkan dan dilindungi keberadaannya untuk menjamin kekuatan perang dan menyediakan senjata bagi para tentara. Ini juga dilakukan Kerajaan Demak dan Mataram.

Dianggap Sosok Istimewa

Air rendaman besi Juyono sering dipercaya sebagai obat. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Pandai besi memang begitu penting pada zaman itu. Meski secara kelas sosial mereka termasuk "jelata", sebagian dari mereka dianggap istimewa. Selain menguasai cara menempa logam, mereka juga kerap dianggap memiliki kesaktian.

Kamu mungkin masih ingat kisah di kitab Pararaton tentang Keris Mpu Gandring yang memakan korban tujuh keturunan Ken Arok. Berniat membunuh Raja Tumapel Tunggul Ametung untuk memperistri Ken Dedes, Arok meminta Mpu Gandring membuatkan keris yang harus selesai dalam sehari.

Oya, "mpu" adalah sebutan untuk pandai besi pada zaman itu. Nahas, keris sakti tanpa sarung tersebut kemudian justru digunakan untuk membunuh Mpu Gandring. Sebelum meregang nyawa, Mpu Gandring sempat mengutuk Arok dengan mengatakan keris itu bakal membunuh Arok dan tujuh keturunannya.

Semua ini menjelaskan bahwa pandai besi memang nggak cuma mahir menempa logam, tapi punya kekuatan linuwih untuk menghasilkan gaman atau perkakas yang bagus. Maka, nggak mengherankan juga kalau masih ada yang menganggap Juyono sebagai orang suci.

Air Rendaman Logam hingga Remahan Besi 

Remah-remah rontokan besi juga sering digunakan orang untuk tolak bala. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Juyono sebetulnya nggak habis pikir mengapa ada yang datang untuk sekadar meminta air rendaman besi yang tengah ditempanya untuk jadi perkakas. Secara logika, air rendaman logam pastilah kotor, mana mungkin bisa menyembuhkan orang sakit?

"Yang namanya sugesti, air selokan saja mungkin juga diminum," kelakar Juyono pada akhirnya. Dia nggak mau ambil pusing.

Selain air rendaman logam, Juyono juga mengaku ada orang-orang yang meminta cuilan atau rontokan besi yang berjatuhan saat ditempa. Konon, remahan besi itu digunakan sebagai syarat sebelum membangun rumah.

“Biasanya dicampur di pembauatan pagar rumahnya atau ditaburkan di halaman, saya juga kurang tahu. Alasannya untuk penolak bala,” terang Juyono, lalu tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Hm, adakah yang baru tahu keyakinan semacam ini, Millens? ? (Audrian F)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024