BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 15 Jan 2024 19:00

Kecintaan Sri Hastuti pada Sepak Bola Putri: Melatih Rela Tidak Digaji

Pelatih Putri Mataram Sleman, Sri Hastuti. (Instagram @putri_sleman_mataram)

Sri Hastuti menggeluti sepak bola putri sebagai atlet sejak usia remaja. Kini dia menjadi pelatih klub Putri Mataram Sleman. Dalam melatih selama bertahun-tahun, dia rela tak digaji karena baginya materi bukan yang utama.

Inibaru.id - Bagi Sri Hastuti, sepak bola bukan sekadar olah raga untuk kebugaran tubuh, pengisi waktu luang, atau sumber cuan. Lebih dari itu, perempuan 57 tahun itu menjadikan sepak bola perempuan sebagai salah satu hal yang paling dicintainya.

Sri Hastuti atau akrab disapa Itut, mulai melatih klub sepak bola perempuan Putri Mataram Sleman pada 2005. Sejak itu pula, upah materi bukan jadi yang utama. Baginya yang terpenting adalah terus melatih atlet-atlet sepak bola perempuan dan menyuntikkan semangat juang yang tinggi kepada mereka.

Demi mengurus keberlangsungan klub Putri Mataram Sleman, tak jarang Itut pontang-panting dan merangkap beberapa peran. Bahkan suatu ketika, dirinya pernah seorang diri mengurus segala hal yang menjadi kebutuhan para atlet.

"Saya dulu pelatih sekaligus merangkap jadi tukang masak, tukang cuci, tukang pijet dan sebagainya. Tapi tahun ini ada kepengurusan baru. Alhamdulilah saya jadi bisa fokus pada pembinaan atlet," ucap perempuan lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO) Yogyakarta itu pada Inibaru.id beberapa waktu lalu.

Kini, perempuan yang juga menjadi kepala sekolah di salah satu SD di Sleman itu telah mengantongi lisensi kepelatihan C pada tahun 2021. Baginya, lisensi hanyalah secarik kertas, sementara pengabdian memajukan Putri Mataram Sleman adalah hal yang utama.

Pemain Bola Andalan

Sri Hastuti saat berbincang santai dengan pelatih Ratanika Semarang dan Persis Solo Women. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Rasa cinta pada dunia sepak bola sudah bersemayam di hati Itut sejak lama, tepatnya saat duduk di bangku SMP. Kala itu, dia bergabung dengan klub Putri Tornado, Kaliurang, Sleman. Untungnya, renjana tersebut mendapat dukungan penuh dari kedua orang tua yang juga besar di dunia olahraga. Alhasil, Itut remaja memiliki tekad yang kuat menjadi pesepak bola profesional.

Pada tahun 1980-an perempuan yang menekuni sepak bola tidak banyak. Namun, kompetisi untuk olahraga ini tetap bergeliat dan klub Putri Tornado sering mengikuti turnamen regional seperti Hadikusumo Cup DIY.

"Turnamen Hadikusumo diikuti beberapa klub dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Yang saya ingat Putri Pagelaran salah satu tim paling kuat," kenangnya.

Di eranya, Itut adalah salah seorang libero yang tangguh. Tugasnya yaitu menghentikan penyerang lawan mendekati gawang. Melihat kelihaian Itut itu akhirnya klub Putri Mataram Sleman kepincut.

Bermain Bola saat Hamil

Pelatih Putri Mataram Sleman termasuk Itut disalami para pemain seusai pertandingan melawan Persis Solo Women. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Prestasi Itut saat berada di klub Putri Mataram Sleman semakin bersinar. Dirinya sering mengikuti berbagai turnamen baik tingkat regional, nasional hingga internasional. Namun, bukan berarti dirinya nggak pernah menemui tantangan yang dilematik.

Beberapa kesempatan, Itut terpaksa tetap bermain bola dalam kondisi hamil. Bahkan, saat ibu tiga anak itu mengandung anak terakhir, dia masih memperkuat Putri Mataram Sleman. Kondisi kandungan kala itu sudah menginjak empat bulan.

"Pasca melahirkan lewat operasi sesar dan anak saya yang lain masih usia tujuh bulan, saya tinggalkan demi main di kejurnas. Lah gimana, pemain di posisi (libero) nggak ada dan suami memperbolehkan," terangnya.

Pengalaman berharga lainnya dari perempuan yang berkarier sepak bola pada 1981 hingga 2004 itu adalah ketika dirinya mengenakan seragam Timnas Indonesia di ajang Piala Ibu Tien Soeharto.

"Indonesia mengeluarkan dua timnas yakni Tim Mawar dan Melati. Saya tergabung ke Timnas Melati yang mayoritas pemainnya dari Putri Pagelaran. Saya satu-satunya perwakilan dari Putri Mataram," ungkapnya penuh bangga.

Dia juga pernah memperkuat Timnas Indonesia dalam Piala Asia yang diselenggarakan di Hongkong pada tahun 1980-an. "Kami kalah agregat dengan Hongkong. Kalau lolos ke semi final kami bisa lolos ke Piala Dunia. Jadi hampir sekali," tandasnya.

Di masa akhir kariernya, Itut turut membantu pembinaan di Putri Mataram dengan menjadi asisten pelatih. Setahun berikutnya, dia dipercaya menjadi pelatih utama Putri Mataram Sleman sampai sekarang.

Itulah perlajalan panjang seorang Sri Hatuti dalam menggeluti sepak bola khusus untuk kaum hawa. Kini yang menjadi harapannya adalah sepak bola perempuan di Indonesia semakin berjaya dan lebih banyak diminati. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024