BerandaInspirasi Indonesia
Senin, 26 Apr 2020 10:05

Begini Cara Para Pendakwah Agar Tetap Interaktif dengan Jemaah saat Ngaji Daring

Mempromosikan ngaji daring lewat sosmd dan membuka pertanyaan lewat DM. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Berbagai trik ini dilakukan oleh pendakwah atau lembaga keagamaan agar tetap interaktif dengan jemaah yang mengikuti kajian. Namun ada juga lo pengalaman nggak menyenangkan yang terjadi di baliknya.

Inibaru.id - Pandemi corona mengharuskan masyarakat mengurangi kegiatan yang melibatkan banyak orang, termasuk pengajian. Yap, agar metode dakwah satu ini nggak berhenti, kini para pendakwah dan lembaga keagamaan mencoba metode baru dengan menggelar pengajian secara daring. Namun bisakah metode yang satu ini bisa membuat pengajian tetap interaktif?

Menjawab hal ini, M Rikza Chamami, ustaz yang dekat dengan kaum milenial ini punya cara tersendiri. Menurutnya pengajian secara daring ini bukanlah hal baru baginya. Dia mengaku memulai pengajian daring ini sejak Ramadan tahun lalu. Hal inilah yang bikin namanya melambung menjadi satu pendakwah yang cukup dikenal di di Kota Semarang.

“Kalau dakwah (daring) secara masif mulai dari sekarang. Sebelumnya saya dakwah dengan keluar masuk studio televisi dan buat channel Youtube pada Ramadan 2019,” tutur Rikza.

Kini dia menggunakan berbagai media sosial untuk melakukan kajian seperti Instagram dan Facebook pribadinya. Melalui siaran langsung, dirinya tetap bisa melakukan komunikasi dua arah dengan para jemaahnya.

“Di IG dan FB sering pakai kamera depan dan komentar tidak kita tutup agar jemaah bisa bertanya. Selanjutnya akan saya buka sesi tanya jawab di akhir sesi,” turturnya membagikan resep.

Selain dua media tersebut, dia sering kali membuat konten Youtube serta siniar (poscast). Meski nggak bisa menerima pertanyaan langsung dari jemaah, dirinya mengaku telah mengumpulkan berbagai pertanyaan dari jemaahnya lewat DM Instagram atau pesan WhatsApp sebelumnya.

Ketua Pemuda Majelis Taklim Al-Quran Gunungpati, Farid Syafrodhi, mengaku bahwa metode pengajian yang dilakukan oleh MTA nggak membatasi jemaah untuk berinteraksi langsung dengan pendakwah. Hal ini karena metode dakwah daring yang dilakukan oleh MTS Gunungpati ini menggunakan media Zoom sehingga jemaah seakan tatap muka secara langsung dengan pendakwah.

“Jam 20.30 dibuka sesi tanya jawab sampai jam 22.00 WIB,” ungkapnya.

Meski waktu sudah cukup lama, nggak semua pertanyaan jemaah bisa terjawab dalam satu sesi. Untuk itu, Farid mendorong agar jemaah mengikuti pengajian selanjutnya agar pertanyaan bisa terjawab oleh pendakwah yang lain.

“Meskipun ustadnya ganti-ganti, insyaallah pemahamann dari ustadnya seragam dari apa yang disampaikan dan menjawab pertanyaannya merujuk pada Al-quran dan hadis sahih,” tambahnya.

Terbatas Namun Terus Berusaha

Sebelum siaran, Rikza selalu memeriksa media sosial miliknya untuk mengumpulkan pertanyaan dari warganet. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Meskipun sebisa mungkin pendakwah dan penyelenggara mencoba agar pengajian daring ini bisa seinteraktif mungkin dengan jemaah, namun berbagai kekurangan nggak bisa dimungkiri. Rikza mengakui keterbatasan saat dirinya melakukan siaran langsung.

“Jika jemaah di depan kita bisa komunikatif, kalau di media sosial ada keterbatasan tapi tetap mencoba untuk komunikasi,” tuturnya.

Namun dirinya berharap agar sesi dakwah singkat yang dibawakannya secara singkat tersebut bisa mengobati kerinduan jemaahnya. Berbeda dengan Rikza, Farid mengaku sempat mengalami kendala dalam menggunakan aplikasi Zoom yang terbatas waktu.

“Awalnya kita pakai zoom ada banyak kendala, pakai yang gratis cuma 40 menit, banyak respon yang kecewa karena cuma 100 partisipan,” kenangnya.

Namun kini, lembaganya telah meng-upgrade berbagai kebutuhan penunjang kelancaran pengajian daring agar bisa dilaksanakan secara lancar dan memenuhi ekspektasi jemaah.

Wah salut banget dengan berbagai usaha pendakwah dan penyelenggara ini agar tetap bisa hadir untuk jemaah ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024