BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 18 Mei 2021 17:35

Anak-Anak yang Tertawa Lebih Lebar di Rubbik School Semarang

Suasana Rubbik School saat anak-anak sedang mengerjakan tugas menggambarnya. (Inibaru.id/Bayu N)

Selama hampir 13 tahun Rubbik School konsisten menaungi anak-anak kurang mampu. Selain untuk belajar, sekolah yang dulu bernama Indoshelter ini juga menjadi tempat bermain, berkumpul, atau sekadar beristirahat bagi anak-anak.

Inibaru.id - Derai tawa anak-anak terdengar renyah di balik dinding sebuah rumah berpagar besi ini, yang berlokasi sekitar 30 menit perjalanan berkendara ke arah tenggara dari pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Di antara keriuhan itu, sebagian anak tampak menggambar, belajar, atau sekadar duduk dan bermain.

Raut ceria tampak terpancar dari wajah anak-anak tersebut. Di rumah yang dikenal sebagai Rubbik School ini, mereka memang punya kebebasan untuk memilih kegiatan apa yang ingin mereka lakukan. Bagi mereka, tentu saja tempat itu bak surga di dunia.

Oya, Rubbik School adalah semacam ruang belajar swadaya yang diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu di Kota Semarang. Kata "rubbik" merupakan kependekan dari Rumah Belajar Bermain Inspiratif dan Kreatif.

Didirikan sekitar 2008 lalu, Rubbik semula bernama Indoshelter. Eko Srirahayu, sang pendiri, mengaku mengubah nama itu agar lebih mudah diucapkan. Perempuan yang akrab disapa Keyko itu mengaku, sewaktu masih menggunakan Indoshelter, warga setempat banyak yang sulit mengucapkannya.

"Karena ternyata orang-orang sini banyak yang kesulitan nyebut shelter, ya sudah, akhirnya kami ganti saja jadi Rubbik," tutur Keyko. "Toh, lebih simpel juga!”

Tempat Bernaung yang Ramah

Berada di Rubbik, anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan sesuai keinginan mereka agar tetap ceria dan nggak tertekan. (Inibaru.id/ Bayu N)

Rubbik School berada di di Jalan Delikrejo, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Sesuai namanya, tempat ini merupakan shelter atau tempat bernaung yang diperuntukkan bagi anak-anak. Rubbik memang sengaja didirikan di wilayah yang kurang ramah bagi tumbuh kembang anak.

"Harapan kami, tempat ini mampu menaungi anak-anak tersebut," tutur Keyko, yang juga berkeinginan menjadikan Rubbik School sebagai wadah yang nyaman bagi anak untuk belajar.

Kendati dengan embel-embel school atau sekolah, Rubbik nggak melulu menjadi wadah untuk belajar laiknya di sekolah. Di tempat ini, anak-anak juga dipersilakan bermain, bercanda, bahkan sekadar duduk-duduk atau beristirahat.

Tanti, pengajar yang menjadi teman seperjuangan Keyko, mengatakan, anak-anak memang diberi kebebasan di Rubbik. Sistem yang membebaskan. Tanpa tuntutan.

"Sedari awal kan memang mau jadi tempat bernaung bagi anak-anak. Yang penting mereka seneng, bisa melupakan masalah-masalah yang ada di rumahnya,” terang Tanti.

Peduli Anak, Peduli Orang Tua

Mural yang terdapat pada dinding ruang belajar Rubbik School. (Inibaru.id/ Bayu N)

Nggak cuma anak-anak di sekitar Rubbik, Keyko dan Tanti juga menaruh kepedulian terhadap para orang tuanya. Salah satunya, mereka rutin melakukan kegiatan parenting yang diwujudkan dalam bentuk pengajian hingga edukasi gimana agar menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak.

Meski awalnya sempat dipandang sinis dan nggak diacuhkan beberapa orang di sekitar Rubbik, saat ini sudah semakin banyak dari mereka yang mulai sadar akan pentingnya tumbuh kembang anak. Bahkan, sejumlah orang tua kini mulai sengaja mengantar dan menunggui buah hatinya itu selama "besekolah".

Beberapa anak di Rubbik pernah memenangkan perlombaan, salah satunya lomba drum band. (Inibaru.id/ Bayu N)

Selama hampir 13 tahun menjadi tempat yang nyaman untuk bernaung, Keyko meyakini, Rubbik telah berhasil meluluskan banyak anak asuh yang tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

"Ada anak yang dulu kerjanya nggak jelas kayak ngamen-ngamen gitu, sekarang alhamdulillah sudah dapat kerjaan di salah satu perusahaan,” ungkap Keyko. Raut senang menghiasi wajah perempuan berjilbab ini.

Setiap anak berhak mendapatkan tempat bernaung yang baik untuk tumbuh kembang mereka. Maka, kehadiran Rubbik School di tengah masyarakat kurang mampu tentu saja menjadi oase yang patut diapresiasi. Semoga lebih banyak lagi yang seperti ini ya, Millens! (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024