BerandaIndo Hayati
Minggu, 23 Des 2017 07:22

Semoga Tokhtor Sumatera Belum Punah

Burung tokhtor sumatera (Carpococcyx viridis) yang terancam kepunahan. (alamendah.org)

Pernah dianggap sudah punah, burung tokhtor sumatera akhirnya ditemukan lagi lewat tangkapan kamera seorang fotografer. Belum banyak penelitian mengenai burung ini lantaran sulit ditangkap dan populasinya nggak sampai 300 ekor.

Inibaru.id – Pernah dengar burung yang dinamakan tokhtor sumatera? Agak asing, ya.

Nah, burung khas Sumatera yang punya nama ilmiah Carpococcyx viridis itu pernah disebut telah punah. Tapi sejak 1997, kepunahannya diralat karena burung itu kembali dijumpai.

Republika.co.id (26/9/2017) menulis, burung tokhtor  sumatera yang terancam punah tertangkap kamera untuk kali pertama di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Sumatra Utara melalui jaringan 120 kamera perangkap di kawasan tersebut.

Perlu diketahui, dengan perkiraan populasi hanya 50-249 individu dewasa, penampakan itu menggarisbawahi pentingnya keanekaragaman hayati dan konservasi di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

Seperti apa sebenarnya burung tokhtor sumatera itu?

Dikutip dari Wikipedia, tokhtor adalah burung endemik Sumatera yang termasuk ke dalam 18 burung paling langka di Indonesia. Burung ini didaftar sebagai Satwa Kritis (Critically Endangered), yakni status konservasi dengan keterancaman paling tinggi.

Seperti sudah disebutkan, tokhtor sumatera pernah dianggap punah karena tidak pernah dijumpai lagi sejak  1916. Baru pada November 1997, seekor tokhtor sumatera berhasil difoto untuk kali pertama oleh Andjar Rafiastanto.

Baca juga:
Lobi-lobi eh Tomi Tomi, Si Kecut yang Semakin Langka
Rangkong Badak, Burung Suci Orang Dayak

Dari laman Alamendah.org, burung tersebut terdokumentasi kali kedua lewat kamera perangkap di Taman Nasional Kerinci Seblat pada 2006. Baru pada Januari 2007, tim survei satwa liar dari Wildlife Coservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) berhasil menangkap spesies burung tokhtor sumatera hidup. Itupun setelah burung tersebut terperangkap jeratan untuk menjebak ayam hutan.

Burung ini merupakan satu dari tiga spesies tokhtor yang ada di dunia selain tokhtor kalimantan (Carpococcyx radiceus) yang endemik Kalimantan dan Coral-billed Ground-cuckoo (Carpococcyx renauldi) yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya, tokhtor sumatera dan tokhtor kalimantan dianggap sebagai satu spesies yang sama yang dinamai tokhtor sunda.

Perlu kamu tahu, tokhtor sumatera merupakan burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran tubuh yang besar mencapai 60 cm. Kaki dan paruhnya berwarna hijau. Mahkota hitam, sedangkan mantel, bagian atas, leher samping, penutup sayap dan penutup sayap tengah berwarna hijau pudar. Bagian bawah tubuh berwarna cokelat dengan palang cokelat kehijauan. Sayap dan ekor hitam kehijauan mengilap. Tenggorokan bawah dan dada bawah hijau pudar, bagian bawah sisanya bungalan kayu manis, sisi tubuh kemerahan. Kulit sekitar mata berwarna hijau, lila, dan biru.

Burung itu memakan vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik Sumatera yang sangat langka dan terancam punah ini termasuk binatang pemalu.

Baca juga:
Selamatkan Kanguru Asli Indonesia dari Perburuan!
Penyu Sisik, Selangkah Menuju Punah

Perlu dijelaskan, nggak mudah mendeskripsikan perilaku burung langka ini. Pasalnya belum banyak penelitian yang bisa dilakukan. Apalagi dengan sedikitnya jumlah spesies yang ditemukan dan berhasil diamati.

Ya, semoga saja burung tokhtor sumatera yang pernah dianggap punah dan kini diduga hidup di sekitar Pegunungan Barisan benar-benar belum punah. (EBC/SA)

 

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Cuculiformes

Famili: Cuculidae

Genus: Carpococcyx

Spesies: Carpococcyx viridis

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024