BerandaHits
Minggu, 5 Mar 2022 12:25

Warmindo, Warisan Terbesar Kuningan bagi Pendidikan Indonesia

Warmindo, warung makan andalan mahasiswa dan anak muda Indonesia. (Blog.titipku)

Ternyata, 90 persen pedagang Warmindo atau Burjo yang merupakan tempat andalan bagi para mahasiswa dan anak muda makan adalah orang Kuningan. Warung ini pun dianggap sebagai salah satu warisan terbesar Kuningan bagi dunia pendidikan Indonesia.

Inibaru.id – Kalau kamu bertanya ke para mahasiswa soal tempat makan favorit, Warmindo atau Burjo khas Jawa Barat pasti bakal jadi salah satu yang disebutkan. Ada yang bahkan menyebut Warmindo sebagai warisan terbesar Kuningan bagi Indonesia. Sampai segitunya, ya? Haha.

Sebelum kini lebih akrab dikenal dengan sebutan Warmindo, dulu sebutan yang populer adalah Burjo yang merupakan singkatan dari bubur kacang hijau. Maklum, menu utamanya dulu memang bubur yang digemari masyarakat Indonesia ini. Di warung makan ini, sebenarnya menunya beragam. Ada nasi dan lauk sederhana, namun yang justru paling digemari adalah olahan mi instannya.

Saking populernya rasa mi instan dari Burjo, banyak orang yang sampai bertanya-tanya atau mencari tahu apa rahasia resep mi instan yang dibuat Aa Burjo (sebutan bagi pemuda yang memasak di Warung Burjo). Nah, sejak saat itulah, sebutan Burjo mulai bergeser jadi Warmindo (Warung makanan Indomie, salah satu jenama mi instan terkemuka di Indonesia).

Salah satu area di mana Warmindo sangat populer adalah Kota Pelajar Yogyakarta. Maklum, di DIY saja, setidaknya sepertiga orang yang tinggal di sana adalah pelajar atau mahasiswa yang butuh makan enak, murah, dan mengenyangkan. Nah, Warmindo pasti jadi salah satu tujuan untuk mendapatkannya.

Seorang pedagang Warmindo yang ada di Sleman, DIY, bernama Anggi yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat, menjelaskan alasan mengapa banyak orang Kuningan merantau untuk membuka Warmindo. Ternyata, sejarahnya bisa dirunut hingga tahun 1943 lalu.

Kabarnya, 90 persen penjual Warmindo berasal dari Kuningan, Jawa Barat. (Medium/Badrul Arifin)

Menurut ceritanya, dua tahun sebelum proklamasi kemerdekaan dilontarkan Sukarno, seorang perantau dari Kuningan bernama Rurah Salim berdagang burjo pikulan di Yogyakarta. Ternyata, buburnya laris hingga Rurah akhirnya bisa membuka kios. Nah, karena yang dijual hanya bubur kacang hijau, maka sebutan kiosnya pun jadi Burjo.

Barulah pada 1990-an, warung Burjo yang semakin menjamur di Yogyakarta mulai menjual olahan mi instan. Meski begitu, baru dalam beberapa tahun belakangan saja sebutan Warmindo mulai populer dan menggeser sebutan Burjo.

Anggi menjelaskan kalau kini, Warmindo khas Kuningan jamak ditemui di Yogyakarta, Surakarta, Semarang, serta Jakarta. Bentuk warung, spanduk, papan menu, hingga penataan mejanya pun sangat khas dan pasti bisa kamu kenali.

“Hampir 90 persen mah kalau kata saya pedagang Burjo dari Kuningan semua, dari Jalan Siliwangi, Kota Kuningan,” ungkap Anggi.

Kini, pilihan menu Warmindo semakin beragam. Dari yang awalnya berupa tempat makan murah para mahasiswa, banyak Warmindo yang kini jadi tempat nongkrong untuk melepas penat atau sekadar bercengkerama dengan teman-teman. Satu hal yang pasti, eksistensi mereka berpengaruh besar pada semangat dan tenaga para anak muda yang menempuh pendidikan.

Kalau kamu, suka makan di Warmindo khas Kuningan juga nggak, nih, Millens? (Moj, Kom/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024