BerandaHits
Kamis, 24 Mar 2021 18:50

Uniknya Sejarah Lampu Lalu Lintas, Awalnya Hanya Dua, Di Jepang Beda Warna

Seperti apa sejarah lampu lalu lintas? (Hippopx)

Tanpa ada lampu lalu lintas, perempatan jalan jadi tempat yang membahayakan dan sulit diatur. Nah, kamu tahu nggak sejarahnya? Konon, dulu awalnya hanya ada dua warna, lo.<br>

Inibaru.id - Kamu tahu nggak sebutan lampu lalu lintas di Indonesia adalah APILL alias Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas? Kalau di daerah, sebutannya bahkan bisa lebih unik. Sebagai contoh, ada yang menyebutnya sebagai lampu merah atau bangjo. Nah, kamu sudah tahu nggak seperti apa uniknya sejarah lampu lalu lintas?

Tanpa adanya lampu lalu lintas, persimpangan jalan pasti bakal kacau. Risiko terjadinya kecelakaan pun jadi sangat besar. Jadi, bisa dikatakan, peralatan ini sangatlah penting bagi kehidupan manusia, Millens.

Coba tebak, sejak kapan lampu lalu lintas ada? Sejumlah sumber menyebut kali pertama lampu lalu lintas dipakai adalah di Kota London, Inggris. Tepatnya pada 10 Desember 1868. Jangan bayangin deh saat itu lampunya memakai tenaga listrik seperti sekarang. Saat itu, lampu lalu lintas memakai tenaga gas yang ditempatkan di persimpangan dekat gedung pemerintahan.

Menariknya, meski sudah terpasang lampu lalu lintas, petugas keamanan jalan raya ternyata tetap bertugas di dekatnya. Mereka mengatur jalanan dengan sinyal semaphore.

Di awal-awal kemunculannya, lampu lalu lintas ini hanya punya dua warna, yakni merah dan hijau untuk tanda berhenti dan maju. Sayangnya, gara-gara masih memakai tenaga gas, terkadang terjadi kebocoran yang berbahaya.

Lampu lalu lintas awalnya pakai gas. (Hippopx)<br>

Barulah pada 5 Agustus 1914, cikal bakal lampu lalu lintas modern dengan tenaga listrik muncul. Hanya, lokasinya bukan di London, tapi di Cleveland, Negara Bagian Ohio, Amerikat Serikat.

Enam tahun kemudian, tepatnya pada 1920, seorang polisi bernama William Potss mengusulkan lampu lalu lintas 4 arah untuk dipasang di persimpangan jalan. Dia juga menyarankan penambahan 1 warna lagi, yaitu warna kuning buat tanda “hati-hati”. Seiring berjalannya waktu, lampu lalu lintas ini kemudian ditiru di banyak tempat hingga akhirnya merambah ke seluruh penjuru dunia.

Nggak Ada Lampu Hijau di Jepang

Ada sejarah unik terkait warna lampu lalu lintas di Jepang. Di sana, warna lampu lalu lintas sempat berbeda dari negara-negara lainnya. Jika di negara-negara lain memakai warna hijau, di Jepang, justru memakai warna biru. Hal ini disebabkan oleh kultur masyarakat Jepang yang saat itu memang nggak mengenal warna hijau dan menganggapnya sama dengan biru.

Sebelumnya, di bahasa Jepang hanya ada 4 jenis warna yaitu hitam, putih, merah, dan biru. Jadi, kata ‘ao’ yang berarti warna biru dalam bahasa Jepang digunakan untuk menyebut warna hijau.

Hanya, Konvensi Vienna pada 1968 yang juga mengatur rambu lalu lintas disepakati banyak negara. Nah, Jepang juga ikut menandatanganinya. Alhasil, mereka pun harus mengubah warna lampu lalu lintasnya dari biru menjadi hijau.

Meski begitu, warna hijau ini baru benar-benar dipakai di Jepang mulai 1973. Itu pun warna hijaunya masih memiliki unsur kebiru-biruan yang sangat kuat.

Wah, sejarah lampu lalu lintas di dunia ternyata unik, ya. Mengingat fungsinya sangat besar, pastikan untuk nggak melanggarnya demi mencegah kecelakaan, ya? (Ind/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024