Inibaru.id - Pelaku usaha Indonesia dihadapkan pada tantangan dan peluang seiring dengan meningkatnya minat global terhadap produk halal, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Perubahan peta rantai pasok global serta konflik internasional turut memengaruhi perdagangan Indonesia di tingkat nasional dan global.
Hal ini disampaikan oleh Plh. Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Didi Sumedi saat membuka Gambir Trade Talk (GTT) #12 dengan tema "Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2024" di Hotel Aryaduta, Bandung, Jawa Barat.
Didi menjelaskan bahwa produk halal dan berkelanjutan semakin diminati oleh masyarakat global, dan transformasi luar biasa dalam perdagangan global memunculkan peluang baru.
"Produk halal, produk ramah lingkungan, dan produk berkelanjutan mulai diminati masyarakat global. Perdagangan global pun telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Pergeseran peran negara-negara maju dan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang juga telah membuka peluang perdagangan yang lebih besar,“ terang Didi.
Kementerian Perdagangan fokus pada ekspor barang dan jasa bernilai tambah untuk meningkatkan produktivitas perekonomian dan mendukung pertumbuhan ekspor di tahun 2024.
Upaya ini mencakup kebijakan penguatan daya saing ekspor, promosi perdagangan, penguatan informasi ekspor, hingga kebijakan perdagangan hijau.
Meskipun target pertumbuhan ekspor dan surplus neraca perdagangan pada 2024 telah ditetapkan, Didi menyadari bahwa kondisi perekonomian global yang nggak menentu dan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan 2024 menunjukkan pertumbuhan lebih rendah dari target.
Dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2023, ekspor nonmigas pada 2024 ditargetkan naik 3,3-4,5 persen YoY, dengan neraca perdagangan surplus sebesar USD 22,5 miliar.
Namun, dengan mempertimbangkan tantangan ekonomi global, pertumbuhan ekspor dan surplus neraca perdagangan Indonesia pada 2024 diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dari target.
GTT #12 juga membahas pergeseran mitra dagang utama Indonesia, di mana India menjadi mitra dagang utama dengan surplus perdagangan nonmigas terbesar. Meskipun neraca perdagangan Indonesia tetap surplus, kinerja perdagangan luar negeri mengalami penurunan pada 2023.
Dalam menghadapi dinamika perdagangan global, para narasumber, termasuk Mufti Hamka dari Komite Perjanjian Perdagangan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Mohammad Faisal dari CORE Indonesia, memberikan sejumlah strategi.
Mereka menyoroti diversifikasi pasar, adaptasi regulasi, inovasi produk dan layanan, serta respons terhadap tren global berkelanjutan dan ramah lingkungan.
GTT #12 diharapkan menjadi wadah bagi para pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah untuk berkolaborasi, memahami peluang dan tantangan perdagangan global dan nasional pada 2024, serta merumuskan langkah-langkah antisipasi yang perlu diambil. Acara ini dihadiri oleh 250 peserta dari kementerian/lembaga, pelaku usaha, dan akademisi.
Gimana, kamu dapat ide nggak buat jualan tahun depan? (Siti Zumrokhatun/E10)