BerandaHits
Selasa, 24 Agu 2020 20:00

Tentang Kiamat, Prediksi Fisikawan: Semesta Akan Gelap, Dingin, dan Sepi

Ilustrasi: Kapan semesta akan berakhir? (Science Photo Library/Detlev Van Ravenswaay)

Akhir semesta nggak terjadi melalui ledakan besar, tapi kegelapan lantaran sebagian besar bintang meredup dan mendingin perlahan hingga nol derajat. "Ini akan menjadi tempat yang menyedihkan, sepi, dan dingin," kata asisten profesor fisika di Illinois State University, menggambarkan kiamat versinya. Kapan ini akan terjadi?<br>

Inibaru.id – Banyak orang meprediksi kiamat, mulai dari ucapan serampangan, interpretasi kitab suci, hingga hasil riset para ilmuwan. Yang sudah-sudah, prediksi itu nggak terbukti, karena hingga kini bumi masih berputar dan mentari tetap terbit dari timur. Namun, tetap saja, "tebak-tebakan" ini dilakukan.

Prediksi kiamat terbaru digambarkan Dr Matt Caplan. Dalam jurnal sains bertajuk Black Dwarf Supernova in the Far Future yang diterbitkan Monthly Notices of the Royal Astronomical Society (MNRAS), dia memprediksi, kiamat mungkin ditandai dengan kegelapan alam semesta, bukan ledakan besar.

Menurut asisten profesor fisika di Illinois State University ini, jagat raya akan menjadi tempat yang menyedihkan, gelap, dan dingin. Peristiwa yang disebut kematian panas (heat death) ini, kata dia, terjadi sangat jauh ke depan dan nggak ada manusia yang menyaksikannya.

Dikutip dari Sciencedaily, saat itu sebagian besar alam semesta adalah lubang hitam dan bintang-bintang yang terbakar. Dalam penelitianya, bintang yang disebutnya sebagai white dwarf (katai putih) mungkin akan meledak dalam supernova. Ini terjadi jauh setelah semesta menjadi tempat yang sunyi.

Sementara, bintang yang lebih kecil, dikatakan Caplan, akan "mati" dengan lebih bermartabat. Alih-alih meledak, bintang ini akan menyusut dan menjadi katai putih, lalu mendingin dalam beberapa triliun tahun, dan membeku pada akhirnya, menjadi black dwarf (katai hitam).

"Bintang yang kurang dari 10 kali massa matahari tidak memiliki gravitasi atau massa jenis untuk menghasilkan besi di inti mereka, sehingga tidak dapat meledak dalam supernova," terang Caplan.

Gelap dan Kosong

Sisa-sisa ledakan supernova Cassiopeia A. Meski beku, katai hitam tetap bisa menjadi besi dan memicu supernova. (NASA)

Hanya karena katai hitam dingin bukan berarti reaksi nuklir berhenti. Bintang bersinar karena fusi termonuklir, yang cukup panas untuk menghancurkan inti kecil bersama-sama untuk membuat inti yang lebih besar, yang melepaskan energi.

"Penggabungan terjadi, bahkan pada suhu nol, tapi waktunya lebih lama," aku Caplan, menerangkan bahwa katai hitam tetap bisa menjadi besi dan memicu supernova, yang dia namai supernova katai hitam (black dwarf supernova).

Caplan menuliskan, awal dari akhir alam semesta itu akan terjadi dalam ratusan triliun tahun ke depan atau sama dengan 10 pangkat 1.100 tahun. Saat itu, alam semesta sudah nggak bisa dikenali, karena galaksi akan menyebar, lubang hitam menguap, dan perluasan alam akan menarik ke dalam semua objek yang tersisa.

Hanya katai hitam paling masif, sekitar 1,2 hingga 1,4 kali massa matahari, yang akan meledak. Ini berarti, satu persen dari semua bintang yang ada saat ini atau sekitar satu miliar triliun bintang, dapat mati dengan cara ini. Sementara, sisanya akan tetap menjadi katai hitam.

Ilustrasi: Bintang-bintang di langit suatu saat akan meledak atau memudar cahayanya. Saat kiamat, langit mungkin akan gelap, dingin, dan sepi. (Pinterest)

Katai hitam paling masif akan meledak lebih dulu, diikuti bintang yang semakin kecil, sampai nggak ada lagi yang tersisa untuk meledak setelah sekitar 1.032.000 tahun. Pada titik itu, alam semesta mungkin benar-benar gelap dan kosong.

"Sulit membayangkan apa yang terjadi setelah itu. Supernova katai hitam mungkin menjadi hal indah terakhir yang terjadi di alam semesta," terang Caplan.

Yap, sulit membayangkan apa yang akan terjadi setelah itu. Namun, apa yang pernah ada memang suatu saat pasti bakal tiada, Millens. Jadi, nikmatilah alam semesta selagi memungkinkan! (MG32/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025